Sonnenblume

Sonnenblume

SONNENBLUME

 

Hari masih pagi, baru pukul 6 lebih. Mentari masih belum menampakkan diri sepenuhnya di balik gedung-gedung pencakar langit Seoul. Sekarang sudah memasuki minggu terakhir bulan Juni, tapi hawa dingin masih saja menghantui Seoul di setiap paginya. Bahkan selapis kabut tipis tengah menyelimuti beberapa area di Seoul,membuat jarak pandang semakin menipis.

“Taecyeon-ah, ireona! Kau mau bermalas-malasan di musim panas, huh?”

“Memangnya kenapa, Khun? Hari ini kita kan free. Biarkan aku tidur,” ujarnya masih dengan mata terpejam, tak bergerak sedikitpun.

“Ssshh, kau i–,” belum sempat Nichkhun melanjutkan kata-katanya, suara decitan pintu putih di belakangnya membuatnya menoleh ke belakang. Sesosok pemuda berpiyama coklat dengan garis-garis hitam muncul dari balik pintu, menghampiri Nichkhun yang tengah mematung di samping ranjang Taecyeon. Sedangkan sang pemilik kamar masih saja di posisinya, tak bergeming sama sekali.

“Hyung, ada yang mengirim ini,” jelas pemuda yang lebih pendek. Tangan kanannya mengulurkan setangkai bunga matahari pada Nichkhun.

“Untukku, Wooyoung-ah?”

Aniya, untuk Taecyeonie hyung. Baca saja kartunya, hyung!” perintah pemuda bernama Wooyoung itu, telunjuknya menunjuk pada sebuah kertas kuning yang tergantung di tangkai bunga matahari itu.

Sesaat setelah mendengar perintah Wooyoung, Nichkhun membuka kertas kuning yang terlipat itu. Dan sebaris kalimat dengan bahasa yang tak ia mengerti tertera di atasnya. Yang ia mengerti hanya ada kata Taecyeon oppa di akhir kalimat.

“YAAA!! Taecyeon-ah, kau mendapat bunga dari penggemar rahasiamu. Cepat bangun!” Kali ini ia mengguncang-guncangkan tubuh Taecyeon, berharap pemuda itu segera bangun, tapi hasilnya nihil. Mau tak mau Nichkhun akhirnya meninggalkan kamar Taecyeon bersama Wooyoung dan meninggalkan bunga matahari itu di atas nakas di samping ranjang.

Setelah dua jam, barulah sang pemilik kamar mulai membuka matanya perlahan. Tangan kekarnya menyingkap selimut bermotif polkadot yang sejak semalam menutupi tubuhnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, tangannya terulur ke arah nakas, meraih setangkai bunga matahari yang tergeletak di sana. Dibukanya kertas kuning yang terlipat dan tergantung di tangkai bunga matahari itu. Deretan kata-kata yang entah berasal dari bahasa mana tertera dengan jelas disana.

Ich bin deine sonnenblume, Taecyeon oppa.

“Aiiissh, siapa yang iseng mengirimiku bunga matahari sepagi ini? Aku bahkan tak tahu artinya,” keluhnya sambil meletakkan kembali bunga matahari itu di atas nakas sebelum ia melenggang keluar kamar.

 

*******

 

Hari ini, tepat sebulan semenjak kejadian bunga matahari itu. Sekarang, tepat di  hari keduapuluh tujuh bulan Juli, tidak lebih dari pukul 7 pagi, setangkaibunga matahari dengan kertas kuning terlipat yang tergantung di tangkainya (lagi) tengah tergeletak di depan pintu utama dorm member 2PM. Kali ini bukan lagi Wooyoung yang menemukannya, tapi sang maknae.

Sang giant maknae itu segera menyerahkanbunga matahari itu pada Taecyeon yang tengah asyik menyantap sarapannya, membuat hyungnya menghentikan aktivitasnya. Tangannya terulur mengambil bunga matahari yang tergeletak di depan mangkuk sarapannya. Dengan perlahan dibukanya kertas kuning yang terlipat itu. Kali ini dengan tulisan yang ia mengerti.

Soe kimiwa watashino nakade ichiban teraeiru taiyoudayo…

Mulutnya menggumamkan rangkaian kata-kata di kertas kuning yang dipegangnya. Sedangkansang maknae yang masih berdiri di samping meja makan tengah tersenyum kecil mendengar gumaman hyungnya.

“Dan kau adalah matahari yang paling terang untukku?” ulang Chansung dalam bahasa korea. Taecyeon hanya mengangguk pelan, meletakkan bunga matahari itu di samping mangkuknya dan melanjutkan sarapannya tanpa berkata apa-apa.

 

*******

 

Bulan ketiga musim panas hampir berakhir. Hanya menyisakan empat hari sebelum beranjak ke bulan September. Hari ini, tepat tanggal 27 di bulan Agustus, lagi dan lagi, setangkai bunga matahari sudah tergeletak di depan pintu utama lengkap dengan kertas kuning yang terlipat. Kali ini member tertua 2PM yang menemukannya. Dan tanpa membuka kertas kuning yang tergantung di tangkainya, ia sudah tahu benar untuk siapa bunga matahari itu.

“Untukmu, Taecyeon-ah,” serunya sambil menyodorkan setangkai bunga matahari.

Tanpa basa-basi, Taecyeon menerimanya dan membuka kertas kuning yang terlipat itu, menggumamkan rangkaian kata dalam bahasa jepang itu.

Watashiwa itsumo kimino koto wo miteiru…

“Aku selalu memandangmu?” Junho yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mendengar gumaman hyungnya sontak menyahut dan mengulang kalimat itu dalam bahasa korea. “Apa dia sasaeng fans, hyung?”

“Kurasa bukan, dia tidak mengirimiku dengan hal yang aneh-aneh, hanya bunga matahari,” bantah Taecyeon yang masih membolak-balik kertas kuning, mungkin berharap akan ada petunjuk lain.

“Dan kertas kuning bertuliskan ‘dan kau adalah matahari yang paling teranguntukku. Aku selalu memandangmu.’?”

Taecyeon hanya diam, memandangi Junho yang sedang menuju ke kamarnya. Ia tak tahu bagaimana harus merespon perkataan Junho tadi.

 

*******

 

Musim gugur baru saja dimulai. Dedaunan yang sebulan lalu masih tampak hijau segar, kini mulai menguning kecoklatan. Angin musim gugur kali ini terasa lebih dingin daripada tahun lalu, membuat siapapun lebih memilih tinggal di rumah daripada berkeliaran di luar. Begitu juga dengan Taecyeon, ia lebih memilih tinggal di kamarnya yang nyaman yang dilengkapi dengan pemanas ruangan, hingga ia mengingat satu hal. 27th of September. Ia segera beranjak dari ranjangnya, menuju pintu utama dengan setengah berlari, membuat Wooyoung dan Chansung yang tengah menonton televisi terlonjak kaget.

Ia kembali dengan setangkai bunga matahari lagi, yang dikirimkan setiap tanggal 27. Ia menghampiri Wooyoung dan Chansung, kemudian mendudukkan dirinya di sofa dan membuka lipatan kertas kuning yang menggantung di tangkai bunga matahari itu. Tampak Wooyoung dan Chansung mulai mengerubutinya, penasaran akan isi kertas kuning itu.

EKD-TLS-DL SK-DML AH-TMV-DMF AH-FMS-EK-RH GO-EH RHOS-CKSG-DK.

Igeo mwoya? Apa dia sedang belajar menulis abjad, hyung?”

Taecyeon hanya mendelik menanggapi pertanyaan Wooyoung. Ia sendiri juga tak tahu apa maksudnya. Bahkan tulisan itu tak bisa dibaca, membuat keningnya berkerut.

Hyung, kurasa dia sama anehnya sepertimu,” ceplos Chansung sambil menunjuk kertas kuning yang masih dipegang Taecyeon.

“YAAA! Kau bilang apa? Aneh sepertiku?”

 

*******

 

Sebulan berlalu, dan sekarang tepat tanggal 27 Oktober pukul 11 lewat beberapa menit. Tampak keenam member 2PM turun dari mobil yang tengah terparkir di garasi dorm mereka. Satu per satu mereka berjalan ke arah pintu dorm dan menemukan setangkai bunga matahari (lagi) yang terlihat agak layu. Taecyeon yang berjalan paling depan segera memungutnya dan menombol deretan angka-angka password dorm mereka.

Hyung, kau tidak membaca kertas kuning itu bersama kita?” tanya Junho begitu melihat Taecyeon berjalan ke arah kamarnya.

“Tidak,” lirihnya pelan seperti orang tak bertenaga. Tentu saja, seharian ini mereka ada kegiatan di luar dari pagi buta hingga menjelang tengah malam ini.

“YAAA! Aku kan penasaran, hyung!” teriak Junho begitu melihat pintu kamar Taecyeon tertutup.

Sedangkan Taecyeon kini tengah merebahkan dirinya di ranjang king size miliknya. Kedua tangannya tengah memegang lipatan kertas kuning yang sudah terbuka.

RJ-RL SN-RNS-RK-RK SJ-QH-EK SLC-SL-EH RHOS-CKSG-DK, SO-RK SJ-DML GKS-TKD RUX-DP DLTT-DJ-WNF-RP…

Lagi-lagi hanya kumpulan abjad yang tak bisa dibaca, yang membuatnya mengela napas panjang sebelum akhirnya meletakkan bunga matahari itu di atas nakas dan bergegas tidur, mengabaikan tulisan yang tertera di kertas kuning itu.

 

*******

 

Keenam member 2PM kini tengah berkumpul di ruang tengah dorm mereka, memandangi sebuah obyek yang selama enam bulan ini membuat mereka penasaran, terutama Taecyeon. Kertas kuning yang tergantung di tangkai bunga matahari itu sudah terbuka, memaparkan deretan abjad yang tak bisa dibaca lagi.

RJ-RL DJS-WP-SK SJ-DML GO-QK-FK-RL-RK EHL-DJ-WNF-RP.

“Sebenarnya apa yang ingin dia katakan padamu, Taecyeon-ah?” tanya Minjun yang duduk di sisi kiri Taecyeon heran. Taecyeon hanya menggeleng pelan.

“Kurasa aku tau,” celetuk Nichkhun, kemudian merampas kertas kuning dari tangan Taecyeon. Lima pasang mata langsung beralih menatap Nichkhun, menunggu pemuda itu untuk memberikan kejelasan.

“Hangul Jamo Unicode. Seperti yang Junho gunakan untuk username twitternya,” jelas pemuda Thailand itu. “Akan kuterjemahkan.”

Chankanman,” teriak Taecyeon sambil berlari ke arah kamarnya dan tak lama kemudian kembali dengan dua kertas kuning di tangannya.

“Ini yang pertama, dan ini yang kedua,” jelas sang rapper sambil menyodorkan kedua kertas kuning ke arah Nichkhun.

Tak sampai sepuluh menit, rangkaian abjad dari ketiga kertas kuning itu sudah berbentuk hangul, membuat semua member bengong, tak tahu harus bereaksi apa.

“Taecyeon hyung, lihat ini,” seruan Wooyoung membuat semua mata terarah padanya. “ada tulisan lagi di balik kertasnya.”

Aku menunggumu. 27th of December.

“Bukankah itu ulang tahunnya Taecyeon hyung? Dan kita ada fanmeeting kan?” tanyaChansung.

Semua member mengangguk menyetujuinya.

 

*******

 

27th of Desember. Hari yang Taecyeon tunggu selama sebulan ini. Bukan hanya karena hari ini hari ulang tahunnya atau ada fanmeeting, lebih dari itu, dimana ia akan bertemu dengan seseorang yang sejak tujuh bulan lalu selalu mengiriminya bunga matahari setiap bulannya.

Manager hyung, aku ijin pergi keluar sebentar, ne?”

Belum sempat sang manager menjawabnya, ia sudah melenggang keluar dari backstage, membuat kelima member yang baru saja menyelesaikan fanmeeting itu bengong.

Pemuda jangkung itu tengah berkeliaran menyusuri kawasan di sekitar Seoul, lengkap dengan mantel coklat selutut, topi dan kacamata hitam. Tak ada seorangpun yang mengenali sosok rapper 2PM itu. Kaki panjangnya berhenti melangkah ketika ia melihat seorang gadis dengan dress kuning dan cardigan putih di ujung jalan yang dilaluinya tampak sedang membagi-bagikan sekeranjang bunga mawar merah pada siapapun yang melewatinya. Tanpa ragu-ragu, ia mendekati gadis itu. Dan dengan reflek gadis itu hendak memberikan setangkai mawar merah untuknya, tapi gadis itu mengurungkannya begitu pemuda jangkung itu melepas kacamatanya.

“Gadis bunga matahari?” tanyanya sambil sedikit membungkuk, mencoba melihat lebih jelas gadis di depannya.

Gadis itu tersentak sesaat, kemudian menjawab, “Naneun Park Hyeri imnida.” Ia berdehem pelan sebelum menyuarakan sesuatu lagi.

Saengil chukha hamnida. Saengil chukha hamnida. Saranghaneun uri Taecyeon. Saengil chukha hamnida.” Dan setangkai bunga matahari terulur dari tangan mungil Hyeri.

Gomawo,” lirih Taecyeon sembari menerima bunga matahari itu. “Tapi, kenapa tidak memberiku bunga mawar seperti yang lain?”

“Karena ia egois,” jawab Hyeri pendek, terlihat senyum simpul di sudut bibirnya.

“Lalu, kenapa bunga matahari?”

“Karena ia menyimbolkan kesetiaan dan kekaguman, tidak peduli orang yang ia cintai melihat kehadirannya atau tidak, tidak peduli jika ada orang yang lebih bersinar dari yang ia cintai, ia hanya akan memandang satu orang saja, mataharinya.” Hyeri berhenti sejenak sebelum akhirnya melanjutkan kata-katanya. “Bukankah aku sudah mengatakan hal ini setiap bulan, dengan bunga matahari itu?”

“Ya, tapi kau mengatakannya dalam bahasa yang tak kumengerti.”

Hyeri hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Taecyeon. “Semuanya ada di kertas kuning itu.” Ia menunjuk kertas kuning terlipat yang menggantung di tangkai bunga matahari di tangan Taecyeon.

Ich werde immer deine sonnenblume sein, oppa.Saengil chukhahaeyo! Annyeong~” Hyeri membungkukkan tubuhnya dan beranjak pergi meninggalkan Taecyeon yang tengah bengong sendirian.

Menyadari gadis itu telah menghilang dari hadapannya, Taecyeon segera membuka kertas kuning itu.

 

Ich bin deine sonnenblume, Taecyeon oppa. (Aku adalah bunga mataharimu, Taecyeon oppa)

Soe kimiwa watashino nakade ichiban teraeiru taiyoudayo… (Dan kau adalah matahari yang paling terang untukku)

Watashiwa itsumo kimino koto wo miteiru… (Aku selalu memandangmu)

EKD-TLS-DL SK-DML AH-TMV-DMF AH-FMS-EK-RH GO-EH RHOS-CKSG-DK. (Dangsini naui moseubeul moleundago haedo gwaenchanha / Tidak apa-apa jika kau tidak melihat kehadiranku)

RJ-RL SN-RNS-RK-RK SJ-QH-EK SLC-SL-EH RHOS-CKSG-DK, SO-RK SJ-DML GKS-TKD RUX-DP DLTT-DJ-WNF-RP… (Geogi nugungaga neoboda bichnado gwaenchana. Naega neoui gyeote isseojulge… / Tidak peduli jika ada seseorang yang lebih bersinar daripada dirimu. Aku akan selalu di sampingmu)

RJ-RL DJS-WP-SK SJ-DML GO-QK-FK-RL-RK EHL-DJ-WNF-RP. (Naega eonjena neoui haebaragiga dwieojulge / Aku akan selalu menjadi bunga mataharimu)

Ich werde immer deine sonnenblume sein. (Aku akan selalu menjadi bunga mataharimu)

 

***THE END***

 

.

.

.

.

.

.

.

Sunflower, symbol of faith, loyalty, and adoration. The idea that this plant follows the path of the sun all day means that it is seen as a symbol of unbending faith,loyalty and devoted love.

–NN-

You’re mysunshine, youre my everyhappiness, is this destiny?

I love you, who’s like a dazzling sun!

–Hikari Hinamoto in her image song “Happy! Sparky!”

.

.

.

.

.

.

.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet