Taste is You

About Us

Enjoy the taste and feel it...

-:-:-

 

Sebatang coklat menjadi cemilanku saat istirahat. Sebotol air mineral dihadapanku dan seseorang yang memberi coklat disampingku. Tangannya terus-menerus mengaduk cola yang ada dihadapannya.

 

Ia terus bercerita tentang kegiatannya yang semakin sibuk. Mempersiapkan ujian akhir yang sudah didepan mata. Aku hanya diam, berusaha menjadi pendengar yang baik. Sesekali aku tersenyum atau mengangguk sekedar merespon keluhannya. Dan sedikit memberi saran padanya agar bisa membagi waktunya untuk belajar memahami materi pelajaran yang diujiankan, bukan bergelut dengan bola basket dipertandingan sekolah.

 

Tujuh tahun kemudian…

 

Meninggalkan coklat yang menjadi kesukaanku rasanya sangat sulit. Tapi coklat itu terus saja melebur menjadi hot chocolate yang sekarang menemaniku bersantai di taman kampus. Dia yang sedang membaca novelnya yang memberikanku minuman hangat dengan rasa manis ini. Aku kembali menyesapnya. Merasakan kehangatan yang menjalar dari tenggorokanku hingga sampai dilambung. Mengecap rasa manis yang masih tertinggal dimulutku.

 

Ia berbeda dengan seseorang dimasa laluku. Seseorang yang berlaku manis sama sepertinya. Tapi berbeda. Dia terlalu sulit untuk digenggam erat seperti sebatang coklat. Terlalu kuat digenggam maka akan hancur. Terlalu hangat genggaman maka akan membuatnya lebur. Aku meninggalkannya bukan karena tidak menyukai, layaknya sekarang aku masih menyukai coklat. Aku hanya tak ingin membuatnya ‘hancur’ dan ‘melebur’. Mungkin ia akan bahagia bersama yang lain. Yang bisa membuatnya tetap ‘utuh’ seperti sebatang coklat yang utuh. Tapi aku merasa ia ‘membeku’ seperti tak akan melebur dihadapanku.

 

Satu tahun kemudian…

 

“Ice Chococino pesanan anda…”

 

Seseorang yang kukenal meletakkan segelas Ice Chococino diatas meja dihadapanku. Aku tersenyum sembari mengucapkan ‘terimakasih’. Ia terlalu berlebihan. Aku hanya menitip membelikan minuman tapi sikapnya seperti seorang pelayan kepada pelanggan.

 

Terasa manis sedikit getir saat aku mencoba minuman itu. Hawa dingin seketika menjalar saat cairan berwarna coklat itu meluncur ditenggorokkanku. Aku suka sensasinya.

 

“Kau suka? Aku sangat suka minuman itu.”

 

Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.

 

Rasanya baru kemarin aku menyukai manis dan hangat. Sekarang aku sudah beralih. Tapi tetap tidak melupakannya. Aku ingat hot chocolate. Bahkan aku tetap mengingat bagaimana rasanya sebatang coklat.

 

Hangat berganti dingin dan manis bercampur rasa getir yang kusuka. Aku seakan takut merasa hangat. Terlalu hangat hingga yang terjauh juga bisa merasakannya. Terlalu manis hingga orang lain bisa mengecapnya. Sikap dan sifatnya telah membuat seseorang datang diantara kami. Hingga ia juga memberikan minuman itu padanya.

 

Dan saat aku kehilangan minuman hangat dan manis itu, seseorang yang tengah tersenyum dihadapanku memberikan minuman baru padaku.

 

Lima tahun kemudian…

 

Tak ada yang kulakukan disudut café ini. Hanya duduk mengamati jalanan ramai kendaraan berlalu-lalang. Menunggu pesanan yang belum datang sejak 10 menit yang lalu. Bosan pada awalnya tapi tidak juga. Bunga yang berjajar didepan café memberikan sedikit kehiburan. Rasanya ingin menyentuhnya tapi terhalang kaca tembus pandang.

 

Aku sedikit tersentak saat seseorang menggeser bangku dihadapanku. Meletakkan dua cangkir putih berisi sesuatu yang ganjil menurutku. Dahiku berkerut hampir menautkan kedua alisku. Memandangnya dengan penuh tanya, minuman apa ini?

 

Ia berganti memandangku. Menorehkan sebuah senyuman manis diwajahnya. Aku selalu suka saat ia tersenyum. Meski wajahnya memberikan kesan tegas seperti sebatang coklat, tapi senyumnya hangat seperti hot chocolate. Ada sensasi sejuk jika didekatnya seperti ice chococino.

 

Marshmallow coffee. Aku tahu kau menyukai manisnya sebatang coklat, rasa hangat hot chocolate, dan bagaimana dingin juga getirnya ice chococino. Tapi kuharap kau menyukai ini. Meski terasa coffee yang getir dan sedikit pahit tapi itu akan melebur bersamaan kau mengunyah rasa manis dan dinginnya marsmallow.”

 

Aku mencobanya. Mengambil satu cangkir putih itu. Meletakkannya diantara kedua telapak tanganku. Hangat. Agak sedikit susah membuat cairan berwarna coklat muda ini masuk kedalam mulutku karena terhalang benda putih kecil lembut yang menutupi permukaannya. Aku sedikit lebih lebar membuka mulutku. Hingga keduanya berhasil masuk.

 

Benar katanya, rasanya pahit tapi saat aku mengunyah benda lembut tadi, rasanya bercampur. Sedikit aneh namun unik. Aku suka.

 

Aku kembali menatapnya yang juga tengah menikmati minuman yang sama denganku. Kurasa ia sangat menyukainya. Memang baru kali ini aku melihatnya meminum minuman unik ini, tapi terlihat dari ekspresinya, ia terlihat menikmatinya.

 

Mungkin akan butuh perjuangan kau masuk kedalam kehidupanku, tapi aku pun akan berusaha untuk membukanya untukmu. Membawa segala positif dan negatif yang kau miliki. Memperkenalkanku pada ‘sosok’ baru yang perlahan kusukai. Merasakan kehangatan saat aku menggenggamnya. Merasakan pahit dan getir yang juga kau rasakan. Dan menikmati manisnya kelembutan yang membuat kita tertawa bersama. Tak berharap untuk benar-benar dapat melupakan ketiga sensasi yang telah kurasakan. Biar saja kuingat untuk sekedar pelajarana. Aku ingin selamanya menyukai sensasi baru ini. Bersama dengan secangkir marsmallow coffee dan juga kamu.

 

-:-:-

 


 

First chapter...

Untuk capter yang selanjutnya masih menceritakan tentang orang yang pertama. Disini aku pinjem(?) nama Lee Taemin. Sebenernya dalam cerita gak akan ada penyebutan nama tokoh. Hehehe...

Mind to review? ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet