I Can't Be With You

I Can't Be With You

I Can't Be With You

it feels like a sad Chopin's piece

| yifan , lay , tao | sad-romance | drabble |general |

❝arlene's storyline❞

 

 

Lay menatap pria itu dari balik kaca studio musik, melihatnya tersenyum dengan sebuket Anyelir di genggaman. Lay hanya mengetahui nama pria itu, hanya mampu memperhatikan dari jauh, hanya mampu mendamba hati yang sang empunya tidak tahu. Lay mendegus kesal saat seseorang berjalan ke arah pria itu, yang membuat Lay merasa pesimis dia akan mendapatkan cinta Yifan.

 

Anyelir tersebut berpindah tangan, dengan senyum merekah di antara keduanya seperti bunga pertama musim semi. Lay merasa hatinya jatuh ke lembah paling dalam, dalam benaknya dia membayangkan jika Yifan dan dirinya duduk berdampingan di depan piano hitam ini. Tetapi itu tidak mungkin.

 

Lain hari, lain cerita. Lay mendengar kabar bahwa Yifan tidak lagi menjadi penjual bunga, orang-orang bilang Yifan akan menikah di gereja kota, tidak lama lagi. Lay bisa menebak siapa yang akan dinikahi Yifan, tapi itu bukan masalah. Yang menjadi masalah, Lay sangat ingin mengungkapkan perasaannya pada Yifan, meski akan ditolaknya mentah-mentah—tentu saja—setidaknya Yifan akan tahu.

 

“Lay, kau diundang main ke pernikahan Yifan, kau mau tidak?” Produser Kim Joon Myeon menawari Lay—yang kaget bukan main mendengarnya.

 

“Siapa yang meminta?”

 

“Yifan sendiri, dia bilang ingin mendengar lantunan dari seseorang yang selalu memperhatikannya.”

 

Produser Kim pergi, meninggalkan Lay dalam keadaan gundah. Jika selama ini Yifan tahu, mengapa tidak pernah sekali saja menapakkan kaki ke dalam studio? Apa menyenangkan baginya mengetahui dia punya secret admirer?

 

Ada banyak hal yang tidak Lay tahu, beribu pertanyaan bersarang dan menumpuk dalam benaknya. Lagu pernikahan, Lay akan memilih lagu-lagu paling indah untuk Yifan. Dengan sedikit airmata mengalir, Lay mulai mencari, helai-helai partitur yang akan dia mainkan kelak di gereja dalam acara sakral tersebut.

***

Lay berjalan menyusuri sisi jalan yang penuh dengan manusia, dia tidak bisa memfokuskan diri pada satu titik hingga menabrak banyak orang. Lay menangis lagi, cintanya benar-benar pergi. Hanya menyesal yang dia rasakan, apapun itu tidak akan mengobati luka hatinya kini. Yifan bukan siapa-siapa, tetapi Lay merasa dia memiliki pria itu.

 

“Lay.” Sebuah suara menyapanya, itu Yifan.

 

Lay berbalik, mendapati tubuh lelaki itu mematung di tempatnya. Lagi-lagi Anyelir yang Yifan bawa, itu mungkin untuk tunangannya, atau mungkin untuk Yifan sendiri. Tetapi perkiraan Lay salah, bahwa Anyelir itu untuk dirinya, sementara Yifan ikut menangis di hadapannya. Keadaan benar-benar membuat Lay bingung sekarang, mengapa seorang Yifan memberikan Anyelir dan menangis?

 

“Yifan, kau tidak apa-apa?” Lay berusaha terdengar normal dengan suara seraknya yang tertahan akibat menangis.

 

“Harusnya aku yang bertanya seperti itu, apa hatimu baik-baik saja Lay?” Yifan menyentuh dada Lay, setitik besar airmata jatuh lagi membasahi syal cokelat pria itu.

 

“Aku tahu kau sangat menginginkan sebuket bunga dariku, aku tahu kau terus menatapku ketika aku membeli bunga, aku tahu kau selalu ada meski semua orang tidak menyadarinya. Aku merasa bersalah padamu, maaf.” Yifan menekuk wajah lagi, nafas hangatnya berhembus menyentuh kulit Lay.

 

Lay tidak bisa berucap, Yifan datang padanya karena rasa bersalah. Apalagi yang bisa Lay katakan? Semuanya terlanjur seperti ini, tidak ada yang bisa diperbaiki. Yifan menatap matanya dalam-dalam, tersirat banyak rasa dalam tatapan itu.

 

“Aku menikah bukan karena aku ingin, tetapi aku telah berjanji akan menikahi ZiTao pada kedua orangtuaku. Awalnya aku memang menyukai ZiTao, tetapi setelah ada kau, perasaanku berubah haluan. Karena aku tahu pada akhirnya akan menikahi ZiTao, aku berpura-pura tidak menyadari eksistensimu, berpura tidak tahu kau sedang memperhatikan aku.”

 

“Yifan, jangan bicara lagi.” Lay merasa sedih, bukan karena dirinya akan ditinggalkan oleh Yifan, tetapi lebih karena Yifan membohongi dirinya sendiri dan Lay.

 

“Kau marah?”

 

“Tidak, aku selalu mencintaimu apapun yang terjadi. Kau boleh menikah besok atau kapan saja, tetapi hatimu ada padaku. Yifan, jika aku harus memainkan sebuah partitur dalam pernikahanmu nanti, bolehkan aku memainkan lagu sedih?”

 

“Apapun yang kau mau.”

 

“Tentu.”

 

Yifan memeluk Lay, Yifan menangis lagi, dan Lay merasa dunianya berputar-putar. Meski segalanya terungkap jelas, pada akhirnya sama saja: Yifan bukan milik Lay.

 

Kumainkan padamu instrument hitam.

Berisi tangis dan duka mendalam.

Siapa lagi kau dalam hidupku?

Sebaris nada berdenting.

Ragaku tak bergeming.

Chopin, jelaskan padaku.

Nada mana yang paling sedih.

Gagak hitam bernyanyi serak.

Awan kelabu berarak.

Apakah Sonata atau Nocturne?

Dengarkan padaku alunan piano tua.

Biarkan aku menangis hingga beranak sungai.

Aku mencintai yang tidak dapat kuraih.

Dirinya menghilang ditelan buih.

Chopin, jelaskan padaku

Nada mana yang paling sendu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rabbitbee6 #1
Chapter 1: Kapan kalian bahagia? ??!!
#pelukKray
seideer #2
Chapter 1: hadohhh ini yifan...suka tapi pasrah...
hohoho
cuma terlalu singkat yaaa