One Spring Day

One Spring Day

one spring day

let's re-play some beautiful stories

| kailay | fluff-romance | oneshoot with 1763 words | general |

arlene's storyline

 

Angin musim semi menyambutnya, di kala ia memasuki area yang dulu sering ia jadikan tempat singgah, ketika jam kosong yang membosankan, dan ketika pelajaran Matematika dimulai sehingga dia harus tidur di sana supaya tidak perlu mendengar celoteh guru mengenai Logaritma dan apapun itu.

Tidak ada perubahan yang besar, tetapi ia menangkap sebuah pagar karatan yang membatasi area sekolah dengan hutan di seberangnya. Mungkin, pihak sekolah melarang siswa mereka untuk pergi ke daerah ini, mengingat banyaknya murid yang menjadikan hutan itu sebagai ‘pelarian’ saat pelajaran.

“Dimana tempat itu ya?” Kai berputar-putar sejenak di sisi pagar, mencari ancang-ancang untuk melompatinya. Setelah kakinya berpijak ke sisi pagar yang lain, ia tersenyum simpul.

Pencariannya dimulai lagi, setelah lima tahun berlalu, wajar saja ia lupa dimana pohon mereka. Mereka? Siapa mereka? Tentu saja Kai dan Lay. Mereka mengklaim satu pohon di hutan itu sebagai milik berdua, dan pohon itu ada di dalam sana. Kai semakin pusing dengan semak belukar yang menjalar di bawah kakinya, dan yang bergelantungan menyapu rambutnya. Lima tahun lalu, dia dan Lay seringkali merubah hutan menakutkan ini menjadi taman bermain para peri, dimana banyak bunga dan rumput hijau disana, tetapi tahun demi tahun berganti, dan mereka lulus dari SMA. Maka tiada lagi hari-hari mengasyikkan dan penuh petualangan di hutan ini.

Perlu waktu untuk mencari pohon itu—tentu saja—tetapi Kai tahu betul pohon yang kini menjulang di hadapannya adalah pohon mereka. Tangannya mengusap kulit pohon raksasa yang dipenuhi lumut itu dan menemukan ukiran nama ‘Kai dan Lay’ yang ditulis dengan huruf Hangul. Ia menemukan cangkul yang sengaja dibiarkan disitu selama lima tahun lamanya supaya dia bisa dengan mudah mengambil Time Capsule yang mereka pendam di dalam sana.

Jadi, sebenarnya Kai mencari pohon atau Time Capsule?

Keduanya benar, hanya saja Time Capsule itu lebih penting, dan yang menjadi objek pencarian Kai sedari tadi.

Kai mencangkul sekuat tenaga, sampai ia melihat bungkusan mirip telur berwarna pink kusam. Senyumnya mengembang ketika bungkusan itu sepenuhnya terbebas dari gundukan tanah yang memenjaranya selama ini. Dengan satu tarikan nafas, Kai membuka bungkusan itu.

Hal yang pertama dia lihat adalah wadah obat merah yang kosong. Percaya atau tidak, wadah itu yang membuat Kai dan Lay bersatu...

[Flashback : First Year in Senior High School. 5th April 2013]

“Oper bolanya padaku, Kai!” Xiumin berteriak-teriak seperti orang gila saat ia tahu bola itu ada pada Kai. Mungkin ia ragu pada permainan adik kelasnya itu, meski sebenarnya skill Kai tidak bisa disepelekan. Kai hendak mengoper bolanya kepada Xiumin, tetapi nasib sial lagi-lagi menimpanya hari ini. Kai tersandung tali sepatunya sendiri, dan itu membuat tulang keringnya bergesekan dengan lapangan beton.

“Yak! Kau bodoh sekali! Lain kali jangan pakai sepatu dengan tali sepanjang itu!” Xiumin mulai naik pitam.

Mian, hyung. Aku ke UKS sebentar, setelah itu aku akan kembali untuk latihan.”

“Oh, tidak perlu repot kembali, adik kelas. Kau cukup mendekam di UKS dan menikmati empuknya tempat tidur. Kami tidak membutuhkanmu!” Xiumin pergi meninggalkan Kai yang masih terengah-engah dan berusaha menahan sakit yang menjalar di kakinya. Kai tidak ingin melawan Xiumin saat itu, karena jika ia melakukannya, mungkin perkelahian sudah terjadi. Maka Kai lebih memilih berjalan terseok seorang diri menuju UKS.

“ ’Adik kelas’, begitukah dia menyebut juniornya yang mempunyai potensi sebagai seorang striker?” sebuah suara membuat Kai menghentikan langkahnya, ia sadar bahwa seseorang berambut pirang pendek yang sedari tadi membaca buku Kimia di bangku taman sedang berbicara padanya.

“Kau berbicara padaku?”

“Aku seniormu, kawan. Panggil aku Hyung.”

“Oh, hyung. Maafkan kelancanganku.” Kai membungkuk pelan, ketika ia sadar dari bet yang terjahit di lengan baju kiri lelaki itu, kelas 11-IPA. Dan Kai sendiri masih kelas 10. Samar-samar, Kai mendengar lelaki itu tertawa.

“Apa ada yang lucu, Hyung?”

“Ada. Seharusnya kau segera ke UKS jika kakimu luka seperti itu, tetapi kau malah menungguku berbicara lagi.” Lelaki itu menurunkan buku Kimia dari hadapannya, dan Kai bisa melihat jelas wajah lelaki itu—juga nametag yang menggantung di dadanya.

“Duduk sini.”  Lelaki itu memberi aba-aba pada Kai untuk duduk di sebelahnya. Kemudian mengeluarkan botol air minum dan membasuh luka Kai, ia juga mengelapnya dengan tissue kering untuk kemudian diberi obat merah. Perlu banyak waktu ketika ia sadar bahwa obat merah itu hampir habis, dan ia harus menekan-nekan wadahnya supaya lebih banyak cairan yang keluar.

“Jadi, namamu Zhang Yi Xing. Apa aku harus memanggil nama lengkapmu, hyung?”

“Tidak perlu, pasti sulit bagimu melafalkan nama China. Panggil aku Lay.”

“Lay hyung, ah...lebih mudah di ucapkan.” Kai entah bagaimana bisa—tetapi dia tersenyum lebar sekali saat itu.

Satu menit berlalu dan Lay sudah selesai mengobati luka di kaki Kai. Dia duduk dan kembali membaca buku Kimia-nya tanpa menoleh lagi pada Kai. Sedikit heran, tetapi Kai merasa dia diacuhkan oleh Lay.

Hyung, mengapa tidak bicara padaku?”

“Kau berharap aku bicara padamu? Bukankah pengobatannya sudah selesai? Seharusnya kau yang berucap sesuatu padaku, adik kecil.”

“Namaku Kai.”

Yeah, terserahlah. Ucapkan sesuatu, bodoh.”

“Seperti apa?” Kai terlihat seperti orang dungu saat itu, karena sedari tadi dia begitu terpesona dengan lekuk wajah Lay, sehingga lupa apa yang harus ia ucapkan setelah mendapat bantuan dari orang lain.

“Seperti Thank You, Khamsahamnida, Xie Xie, Gracias, Danke atau apapun itu yang artinya Terima Kasih.”

Seketika Kai melompat dari tempat duduknya dan membungkuk berulang kali.

Jeongmal mianhae, hyung! Khamsahamnida, Khamsahamnida, Khamsahamnida!” Setiap satu kata, Kai membungkuk satu kali. Hal itu bahkan membuat tawa Lay meledak dua kali lebih keras dari yang tadi.

“Ya ampun, tidak perlu sampai seperti itu! Kau ini...hahahaha...lucu sekali!” Lay memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa terlalu lama. Untuk yang kesekian kali, Kai terpesona oleh Lay. Kai menyukai lesung pipi milik kakak kelasnya itu, dan kulit putihnya, dan tawanya, dan kebaikan hatinya, juga cara dia memperlakukan Kai sebagai adiknya sendiri—tidak seperti Xiumin yang mungkin menganggap Kai sebagai budaknya yang tidak becus.

Detik-detik berlalu, Kai masih berdiri mematung sementara Lay mulai bisa mengontrol diri dari tawanya. Bisa Kai lihat, mata Lay yang berair karena tawa hebohnya tadi. Kai tidak bisa tertawa, karena ia merasa tidak ada yang lucu.

“Jadi, kau dari kelas apa Kai?”

“Bahasa.” Kai berucap singkat, masih tidak bisa membuang pandangan dari wajah tampan Lay.

“Jangan beri aku tatapan seperti itu, kau akan membuatku tertawa lagi.” Lay menyeka airmatanya.

“Apa aku selucu itu? Aku bahkan tidak pernah membuat lelucon untukmu, atau bergaya kocak.”

“Kau seperti anak anjing, dan itu cukup lucu buatku.” Lay bangkit berdiri sambil menekuk buku Kimia-nya menjadi seperti gulungan bolu. Tak lama selang, bel masuk kelas berbunyi, pertanda pergantian jam pelajaran.

“Ayo, kuantar kau ke kelasmu.” Lay melingkarkan lengannya di bahu Kai, tidak berjalan terlalu cepat karena Lay tahu kaki Kai masih sakit. Jadi mereka berjalan perlahan menuju kelas Kai di lantai tiga gedung sekolah.

Sesampainya di depan kelas, terjadi sedikit percakapan.

“Simpan obat merah ini, masih sisa sedikit, pakai sehabis mandi. Dan...euhmm...apa kita bisa bertemu sepulang sekolah? Aku ingin mengajakmu jalan.” Dehaman di sela kalimat itu sudah menandakan kegugupan Lay.

“Kemana?”

“Ke hutan di samping sekolah kita, akan kutunjukkan padamu tempat yang bisa kau gunakan untuk kabur saat pelajaran.”

“Oh, kukira kau murid teladan, hyung.”

“Aku bukan murid teladan, tetapi aku pintar. Kuharap kau tahu bedanya.”

“Tentu saja aku tahu.”

“Kalau begitu, sampai jumpa nanti. Kutunggu di depan gerbang sekolah!” Lay berteriak sembari melambaikan tangannya pada Kai, sosoknya menghilang seiring satu anak tangga yang ia turuni, menuju lantai paling dasar di bawah sana.

Pikiran Kai sendiri masih belum bisa mencerna mengapa hari ini terasa begitu indah, bahkan ketika dirinya belum berada di gerbang sekolah, hatinya sudah berbunga-bunga, karena ia tahu yang menunggunya di ujung sana adalah Lay. Kai mempercepat langkahnya hingga berdiri tepat di belakang Lay, bermaksud mengagetkan lelaki itu. Tetapi sial, Lay sudah tahu duluan jika Kai berada di belakangnya. Untuk yang kesekian kalinya, Lay tertawa lagi hari ini. Dan ada sedikit kejutan, karena Kai ikut tertawa, mungkin malu akan perbuatannya sendiri.

Jika siang hari kemarin begitu terik, maka hari ini Kai bisa melihat awan mendung yang putih bergelantungan di atas sana, angin bertiup ke arah barat, membawa aroma bunga musim semi. Dan ketika anak-anak lain sibuk mengendarai sepeda mereka untuk pulang, maka Kai dan Lay sedang menuju ke dalam hutan dengan bergandeng tangan, untuk kemudian bersantai di bawah pohon besar, yang nantinya akan menjadi tempat penuh kenangan bagi mereka berdua.

[Flashback End]

Tetesan airmata wajar saja ia keluarkan, karena begitu ia mengingat Lay, maka ia akan mengingat pula lima tahun kesendiriannya. Diletakkannya wadah obat merah itu di tanah, dan mengeluarkan sisa-sisa barang di dalam Time Capsule itu. Ada banyak tumpukan foto yang diambil menggunakan kamera Tustel, gelang persahabatan berbentuk tengkorak, kertas ujian Kimia Kai yang mendapat nilai sempurna karena bantuan Lay, botol perfume pemberian Kai, segulung kecil benang layang-layang, dan tali sepatu sepak bola keberuntungan Kai yang berwarna ungu (itu juga pemberian Lay).

“Sial.” Kai menyeka airmatanya, sembari berusaha menenangkan hatinya.

“Sial? Mengapa harus sial? Lagipula, siapa suruh kau membuka itu sendirian?” Sebuah suara membuat Kai menoleh, tetapi ia tidak mendapati seorangpun di belakangnya.

“Hey, bocah. Aku disini.” Lelaki itu berada tepat di depan Kai sambil menjentikkan jarinya beberapa kali.

“LAY HYUUUUUUUUUNG! Sejak kapan kau ada disini? Dengan siapa kau kemari? Bagaimana...bagaimana kau bisa tahu aku disini? Hyung, kau tahu aku merindukanmu, kau tahu--.” Kai langsung menghambur ke pelukan Lay sambil mengucapkan serangkaian kalimat yang tidak jelas.

“Kim Jong In, diamlah sejenak!” Lay menepuk dahi Kai keras-keras guna menenangkan ‘anak anjing yang bersemangat’ itu.

“Jadi, apa yang membuatmu kemari?” Kata Kai dengan nada pelan, setelah berteriak keras sekali tadi.

“Xiumin yang memberitahuku, dia tinggal dekat sini. Dia bilang, kau sedang menyelundup ke hutan dan melewati pagar itu, jadi aku segera kemari.”

“Kemana saja kau lima tahun ini, hyung?” tanya Kai, ia menatap Lay dengan sorot mata yang dipenuhi kerinduan.

“Empat tahun aku kuliah di Australia, dan tahun ini aku kembali ke Korea Selatan. Kau sendiri?”

“Empat tahun kuliah di China, dan baru pulang tahun ini juga. Aku berharap bisa bertemu denganmu di China, tak tahunya kau ada di Australia. Setelah perpisahan SMA, kita benar-benar lost contact.”

“Yeah...” Lay berkata sambil mengamati satu per satu barang-barang yang dikeluarkan Kai dari Time Capsule. Menit berikutnya, mata mereka bertemu, tidak perlu mengucapkan kata ‘rindu’ jika tatapan saja sudah cukup mewakili perasaan mereka berdua. Kai kembali bergelung di pelukan Lay yang kala itu duduk bersandar di batang pohon, ia meletakkan kepalanya di dada bidang Lay. Sedangkan Lay sendiri, sibuk mengeratkan tangan di sekeliling tubuh Kai, berusaha menyampaikan betapa rindunya dia pada adik lelakinya itu.

“Jadi, mari kita kenang barang-barang ini satu per satu...” Lay membulai pembicaraan setelah jeda yang lama, “Kita mulai dari wadah obat merah itu. Kau ingat, Kai? Obat merah itu yang menyatukan kita berdua.”

“Iya, aku ingat sekali. Waktu itu aku jatuh ketika bermain sepak bola...”

Maka dimulailah kisah nostalgia mereka.

 

end

Kebetulan aku punya fanfiction blog, semua isinya (termasuk juga ff ini, dan beberapa ff sebelumnya yang aku publish di sini), kebanyakan drabble dan bertema fluff :)

Kalau nggak keberatan, please visit here , one comment is very precious ^^

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ayuchan98 #1
Chapter 1: Bagus sukak deh sama ceritanya, akhirnya mereka bersatu kembali :D
seideer #2
Chapter 1: ya ampun...1 ke cina 1 ke australia... huhuhuhuuuu..
akhirnya ketemuuu
Widhithania #3
Chapter 1: BAGUS aku suka, terus berkarya >3< nde...hehehe
minchan_lemoncandy
#4
Chapter 1: Uwwa FF-nya so sweet deh ^^
Kapan-kapan kalo ga sibuk aku maen ke Blog kamu ya :),