My Latte

My Latte
Please Subscribe to read the full chapter

Memasuki sebuah coffe shop bergaya Eropa, semerbak aroma kopi langsung menyambut Leo. Salah seorang pelayan muda menyapa Leo dengan ramah. Namanya Ravi, diketahui dari nametag di dadanya. Dengan penuh sopan santun Ravi mempersilakan Leo untuk menuju tempat duduk yang kosong. Seulas senyum terus terlukis di wajah Ravi, menunjukkan keramahannya pada sang palanggan. Leo menepuk pundak Ravi halus, “Jangan berakting”. Ravi terdiam. Senyumannya terlihat kikuk setelah mendengar perkataan Leo yang rasanya bagaikan tombak yang mengenai organ dalamnya.

“Hyung, Ravi sedang mengasah kemampuan aktingnya jadi berilah dukungan sedikit”, celetuk seorang barista.

“Sudahlah Hongbin-ah, aku memang tidak cocok jadi actor”, ujar Ravi putus asa.

Leo cukup dekat mengenal keduanya. Berawal dari seringnya Leo mampir ke coffe shop milik Hongbin itu Leo jadi akrab dengan kedua pemuda itu. Sedikit banyak Leo mengetahui karakter mereka. Misalnya Hongbin yang gila kebersihan. Debu sekecil apa pun tidak akan ditolerir. Tidak heran jika coffe shop ini begitu nyaman, membuat betah para pengunjung. Berbeda lagi dengan Ravi, pemuda bersuara seksi ini justru kebalikan dari Hongbin. Dia cukup cuek, tidak peka dengan kebersihan dan cenderung grusa-grusu. Sebenarnya Ravi tidak cocok jika harus bekerja sebagai pelayan di coffe shop ini tapi Hongbin yang memaksanya. Telisik punya telisik sebenarnya itu permintaan khusus dari ibu Ravi pada Hongbin. Beliau ingin Ravi belajar dari keuletan dan kegigihan Hongbin. Tapi Ravi sendiri tidak mengetahui hal itu.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan Hongbin dan Ravi seperti yang biasa Leo lakukan, pemuda bermata tajam itu menuju ke balkon di lantai 2. Terdapat sepasang kursi berhadapan yang ditengahi oleh sebuah meja kayu bundar. Tempat itu adalah tempat favorite Leo. Dari sana Leo bisa memandangi asrinya perbukitan dan menghirup udara segar yang lembut memanjakan pernapasan.

Leo memutar kursi kayu menghadap kearah perbukitan. Dengan begitu Leo bisa lebih santai menikmati karya nyata Sang Pencipta. Secangkir latte dan capuccino hangat di meja menemani Leo. Pemandangan yang indah terpampang di depan mata Leo. Begitu indah hingga membuat Leo terbayang seorang sosok yang telah membukakan mata hatinya akan sebuah keindahan yang lain. Leo teringat kembali bagaimana dirinya pertama kali bertemu dengannya. Di caffe shop ini juga semua berawal.

Sekitar 6-8 bulan yang lalu takdir telah membawa Leo bertemu dengan sosok itu. Saat itu Leo ada keperluan dengan Hakyeon, sahabatnya. Singkatnya mereka berdua janji bertemu di caffe shop ini krena letaknya yang mudah dijangkau sekaligus nyaman dan santai. Tanpa Leo ketahui ternyata Hakyeon datang tidak sendirian. Sosok yang tidak Leo kenal sudah duduk bersama Hakyeon menunggunya di dalam coffe shop. Mereka terlihat asyik mengobrol sambil diselingi tawa lepas yang membuat mereka berdua tidak menyadari kedatangan Leo. Dari jarak beberapa meter dari tempat mereka Leo mengamati sosok bersurai coklat yang membawa virus keceriaan itu. Hidung mancungnya yang diatas rata-rata menimbulkan kesan bahwa dia bukan orang local. Leo mulai bertanya pada dirinya sendiri, sejak kapan Hakyeon mengenal orang asing?

Tebakan Leo meleset. Sama seperti Leo dan Hakyeon dia orang Korea tulen. Hanya saja dia beruntung memiliki hidung yang jarang dimiliki orang Korea pada umumnya. Itu yang menyebabkan Leo berpikir bahwa dia orang dari Negara lain. Mendengarnya berbahasa Korea dengan lancar sedikit menggelitik Leo.

Hakyeon mengenalkannya pada Leo. Sosok yang ternyata lebih muda darinya itu sepupu adalah Hakyeon. Sekali lagi Leo mengamati sosok itu. Tapi kali ini dengan jarak yang lebih dekat karena Leo duduk tepat disamping sosok itu. Setiap inchi wajahnya menjadi fokus penglihatan Leo. DEG! Jantung Leo berdetak kuat ketika Leo bertemu mata dengan sosok itu. Reflek Leo segera membuang pandangannya kearah lain menghindari kontak mata dengan sepupu Hakyeon itu. Entah mengapa Leo merasa wajahnya sedikit memanas. Leo menjadi kikuk sendiri. Sosok itu hanya memiringkan kepalanya kebingungan melihat tingkah Leo.

Perlahan Leo merasa nyaman didekatnya. Meski tidak banyak kata keluar dari bibir Leo tapi dia merasa hanyut dalam suasana hangat yang tercipta. Mereka bertiga tapi obrolan yang terjadi lebih didominasi oleh Hakyeon dan sepupunya. Leo lebih suka mendengarkan celotehan mereka berdua sambil menikmati espresso di pesanannya. Walaupun sebenarnya Leo tidak terlalu suka keramaian tapi anehnya kali ini Leo menikmati suara-suara yang tertangkap pendengarannya. Terutama suara dari tawa sosok itu yang terdengar seperti melodi yang menentramkan jiwa. Jika bukan karena sosok itu mungkin sekarang Leo sudah pulang setelah menyelesaikan urusannya dengan Hakyeon tadi.

Secangkir espresso yang tadinya penuh sudah Leo habiskan lebih dulu daripada yang lain. Leo memang penggemar kopi. Dia tidak akan melewatkan sehari saja tanpa kopi. Itulah sebabnya coffe shop adalah salah satu tempat favoritnya.

“Kau tidak suka kopi?”, tanya Leo pada sosok itu. Melihat minuman di hadapannya masih tersisa banyak. Dari warna dan aromanya Leo bisa menebak kalau itu adalah Americano.

“Aku hanya tidak tahu harus memesan apa”, sosok itu menertawakan dirinya sendiri.

“Untuk orang sepertimu mungkin latte atau moccachino lebih cocok”, saran Leo pada sosok yang ternyata tidak biasa mampir di coffe shop.

“Iya kah? Lain kali akan kucoba tapi temani ya”, ujar sosok itu sambil memamerkan deretan giginya pada Leo seakan itu adalah senyum terbaiknya.

Leo menelan ludahnya, kerongkongannya tiba-tiba terasa kering setelah mendengar perkataan sosok itu yang jika dicermati dengan seksama itu merupakan ajakan untuk bertemu lagi. Samar-samar rona kemerahan menghiasi wajah Leo.

Terbayang bagaimana sosok itu tertawa renyah. Suaranya yang nyaring itu terngiang terus di telinga Leo. Sesampainya di rumah Leo tidak bisa sejenak melenyapkan sosok itu di benaknya. Sosok itu seakan menghantui kemana pun Leo berada. Saat Leo bersiap tidur pun bayang-bayang sosok itu menggelayuti pikirannya. Leo menatap langit-langit kamarnya yang seolah tergambar wajah ceria sosok itu. Keinginan untuk bertemu dengan sosok itu sedikit demi sedikit semakin menguat.

Lewat tengah malam tiba-tiba handphone Leo berbunyi. Dengan mata setengah watt Leo meraih benda yang mengusik tidurnya itu.

“Le..le..e..leo hyung”, panggil seseorang diujung telepon dengan ragu-ragu hingga terdengar seperti orang gagap.

“Hnn?”, sahut Leo malas.

“Maaf aku membangunkanmu”

“….”. Saking mengantuknya Leo tidak menyahut lagi. Selimut tebal ditariknya hingga menutupi kepala. Dibalik selimut mata Leo semakin berat untuk dibuka. Leo tidak peduli dengan siapa yang menghubunginya saat itu. Rasa kantuk yang kuat membuat Leo enggan menanggapi si penelepon meski dengan setengah sadar Leo bisa menangkap apa yang dikatakannya.

“Kau tidur? Ini aku sepupu Cha Hakyeon”, celetuk sang penelepon.

Bagaikan mendapat vonis mati oleh hakim, Leo tersentak. Seketika mata Leo membulat selebar-lebarnya. Leo menendang selimut yang membungkus tub

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Uleeyeon #1
Chapter 1: awww so sweet... buat lagi yaaaa
nitanit #2
Chapter 1: Aaaakkk so sweet, aku baru suka vixx dan seneng nemuin ff keo bahasa indo di aff.. Ayoo bikin ff keo lago
Roseeta #3
Bagus, buat keo ff yg bahasa indonesia lg ya!
Jeonjiminee
#4
Chapter 1: Oh my god, that was really nice!! So freaking sweet and cute, I really love it!!
DaeMinJae #5
Chapter 1: Aku baca sampe ga bisa diem! KEOOOO astagaaa... sweet bgt>< tapi kenapa aku baru tau ada nih ff :""" *akibat jarang buka aff*
Semua berawal dari latte~ Aku suka insiden waktu leo minta maaf ama kennie~ kalo dibaca kayak natural bgt bayanginnya/?
ada lanjutannya?
hi_mey #6
Chapter 1: keooooooooooo ><
ah senangnya ketemu ff keo wkwk, bacanya sambil ngebyangin xD
hyuk nya mana?
ditunggu lanjutannya
Vannila #7
Chapter 1: Hehhehe * tiba tiba ketawa author ff nya seru banget beneran ... aku suka... banget sama ff keo tapi sayang ff keo susah dicari thor huwaaa... :'(
hneulra
#8
Chapter 1: Sifat Hongbin disini ngingetin saya ama Levi dari Snk... sama-sama cleaning freak
Sedatar-datarnya dan sekejam-kejamnya Taekwoon, kalo jatuh cinta ternyata bakal berubah xD /lirik adegan rasa ngantuk Leo langsung ilang pas tau Ken nelpon/
Terusterusterus---adegan Leo disiram latte ngebuat saya shock! Ga nyangka Ken bakal berbuat kayak gitu lol
jaexyong9597
#9
Chapter 1: Awww I love this fic. You write it nicely. I rarely read Indonesian fic but when I find a fic as good as this, it feels really good! Thanks for writing this.... ^^