Strawberry

Strawberry

Nama lengkapnya Park Chanyeol. Laki-laki pemilik tinggi tubuh di atas angka 180 itu merupakan mahasiswa di jurusan musik, bulan november mendatang usianya genap menginjak angka 22 tahun. Chanyeol kini tinggal sendiri di sebuah apartemen sederhana, meskipun dia tidak pernah kekurangan masalah finansial dari kedua orang tuanya, laki-laki bertelinga lebar itu memilih untuk bekerja paruh waktu, mencari pengalaman alasannya.

 

Bagi sahabat-sahabatnya, Chanyeol adalah sosok yang tidak mudah di tebak. Terkadang Chanyeol bisa bersikap begitu normal layaknya manusia patuh akan semua aturan yang ada, terkadang lagi dia bisa bersikap seperti alien yang baru saja tiba di bumi.

 

Kendati begitu siapapun pasti akan merasa nyaman ada di dekatnya, dia bisa beradaptasi dengan semua lingkungan, mencairkan suasana dengan lelucon yang sama sekali tidak bisa di anggap orang lain lucu kecuali drinya sendiri tapi ajaib bagaikan sulap, ketidak lucuan itu malah memicu orang-orang tertawa.

 

Tentang pekerjaan paruh waktunya, sudah hampir enam bulan belakangan ini Chanyeol bekerja sebagai kurir, mengantarkan paket dari rumah ke rumah dan dia tampak sangat menikmati pekerjaannya itu, karena setiap harinya Chanyeol bisa bertemu banyak orang dengan berbeda perilaku pula.

 

Contohnya ketika di mengantar paket ke sebuah rumah mungil dengan halaman di penuhi berbagai macam bunga, dia perlu mengetuk pintu rumah itu kurang lebih sepuluh kali barulah terdengar langkah kaki di seberang pintu lalu di ikuti suara derit pintu, seorang laki-laki berdiri di hadapan Chanyeol.

 

Laki-laki itu tidak lebih tinggi darinya, juga tidak lebih tampan darinya. Berdiri di sana meneliti Chanyeol dari ujung kaki hingga kepala.

 

“selamat sore tuan, Zhang Yixing?” kata Chanyeol menyebut nama yang tertera di sebuah paket dalam genggamannya.

 

“dari mana kau tahu namaku?” laki-laki bernama Zhang Yixing itu tampak terkejut.

 

“ini?” Chanyeol menunjuk paket di genggamannya.

 

“dan apa itu?”

 

“paket”

 

“paket?” kali ini Zhang Yixing tampak bingung. Chanyeol sendiri merasa sedang bicara menggunakan bahasa alien,padahal  dia yakin kalo hari ini dia asli manusia, tanpa adanya alien yang berbisik memberitahu kalo di adalah keturunan alien.

 

yeah dan paket ini milikmu, tuan. Sebelumnya tolong tanda tangan disini” Chanyeol menyodorkan sebuah kertas dan pulpen ke arah Yixing.

 

“Oh tunggu-tunggu” Yixing mundur selangkah, kedua tangan terjulur ke depan, seakan bila bersentuhan dengan Chanyeol bisa tertular virus mematiakn.

 

“kenapa paket itu kau bilang milikku? Dan tanda tangan? Mau apa kau dengan tanda tanganku?” katanya penuh selidik.

 

Mendengar kalimat Yixing sukses membuat mulut Chanyeol menganga lebar. Astaga, selama menjadi kurir baru pertama kali ini Chanyeol bertemu pelanggan seperti Yixing. Chanyeolpun mulai berspekulasi bahwa Yixing adalah keturunan alien.

 

Meski begitu, Chanyeol lebih memilih menghadapi seribu pelanggan seperti Yixing dari pada pelanggannya yang satu ini. Ah, seharusnya ini tidaklah buruk. Pelanggan Chanyeol pagi itu adalah seorang wanita, cantik pula.

 

Masalahnya, wanita itu kelewat genit.

 

“nona Tiffany Hwang?” tanya Chanyeol.

 

that’s me” nada suara wanita bernama Tiffany itu sengaja di buat menggoda. Dia berdiri di ambang pintu dengan sebelah tangan bersandar di sana, sebelah lagi sibuk melilit-lilit ujung surai merah panjangnya. Satu kaki di silangkan ke depan menampilkan kaki mulus jenjang  yang tidak terbalut gaun tidur berwarna pink muda. Posisi Tiffany seolah sedang melakukan pemotretan.

 

“ini paket anda nona, tolong tanda tangan di sini”  Chanyeol menyodorkan selembar kertas serta pulpen untuk Tiffany.  Kali ini Tiffany mengubah posisi berdirinya lebih tegap. Alih-alih mengambil pulpen dan kertas dari Chanyeol dia malah meraba sepanjang lengan Chanyeol, kedua bola matanya menatap Chanyeol seperti mau melahap seonggok daging segar dan seakan hal itu belum cukup, Tiffany terus saja menggigit bibir bawahnya. Menambah kesan menggoda tentunya.

 

Chanyeol yang awalnya hanya mematung mulai bereaksi ketika tubuh Tiffany menempel ke tubuhnya bagai selembar perangko di atas amplop. Reflek, dia mendorong Tiffany, kelewat kasar sebenarnya.

 

“och, slow down baby” bisik Tiffany menggoda. Sebelah bibirnya terangkat ke atas membuat bulu halus Chanyeol berdiri memberi peringatan.

 

Pergi atau Tiffany benar-benar akan melahapmu dalam keadaan hidup!”

 

Maka sebelum Tiffany bisa menyentuhnya lagi, Chanyeol meraih lengan kanannya, menyerahkan paket lalu berlari pergi. Persetan dengan tanda bukti! Dia bisa menandatangani bukti tersebut sendiri. Siapa perduli  tanda tangan asli atau palsu? Toh hanya harus ada sebuah tanda tangan di atasnya.

 

Lain Yixing, lain Tiffany dan lain pula pelanggan selanjutnya, ini bahkan jauh lebih buruk dari Tiffany!

 

Pagi itu Chanyeol harus mengantarkan sebuah paket berukuran sedang ke apartemen lantai 12. Dia berjalan sepanjang lorong lantai 12 sambil bersenandung ria. Suasana hatinya sedang baik, bahkan sesekali dia melompat kecil.

 

Namun ketika dia tiba di depan pintu kamar tujuan. Suasana hati baik mendadak lenyap tergantikan suasana buruk mengganjal hati. Chanyeol menatap pintu kamar bernomor 365 di hadapannya dengan pandangan ngeri. Sebelum tangnnya sempat terangkat untuk memencet bel, daun pintu tersebut mengayun terbuka dari dalam.

 

Dan detik selanjutnya, sepasang bola mata Chanyeol membulat sempurna.

 

Sosok yang muncul dari balik pintu merupakan seorang laki-laki muda masih mengenakan piyama berwarna orange bergambar pororo, surai hitamnya terlihat kusut tipikal bangun tidur, laki-laki itu lebih muda dari Chanyeol, lebih pendek dari Chanyeol, kulitnya lebih gelap dari Chanyeol dan oke, Chanyeol mengakui kalo laki-laki muda tersebut lebih y darinya.

 

Tapi bukan itu masalahnya, tepat ketika si laki-laki membuka pintu sebuah panci melayang ke luar membentur pintu seberang . Persis di belakang Chanyeol. Untung saja panci itu tidak mengenai Chanyeol, hanya lewat tepat di sisi kiri kepalanya.

 

“oh hai, apa itu paket untukku?” tanya si laki-laki seakan tidak ada panci melayang barusan.

 

“ah, tuan Kim Jongin?” tanya Chanyeol sambil mencuri pandang ke dalam apartemen, menampilkan sosok laki-laki lain, lebih kecil darinya maupun Kim Jongin ini. Sebelah lengan laki-laki itu menggenggam bantal sofa yang kemudian dia lempar tepat mengenai belakang kepala Kim Jongin.

 

“KIM JONGIN KE SINI KAU!!!! KITA BELUM SELESAI BICARA!!!” demi tuhan, suara laki-laki mungil itu lebih nyaring dari suara bel di kampus Chanyeol! Susah payah Chanyeol menelan ludah, melirik ke arah Kim Jongin yang menutup rapat kedua matanya.

 

Chanyeol tidak bisa memastikan, apa Kim Jongin ini mau marah atau malah takut terhadap laki-laki itu. Lalu Jongin memutar tubuhnya, menghadap lurus ke arah laki-laki yang sedang bertolak pinggang.

 

“Kyungsoo sebentar, oke? Aku mahei!!!” Kim Jongin menunduk dari serangan apron berwarna pink polkadot milik laki-laki mungil bernama Kyungsoo yang sialnya malah menghantam tepat di wajah Chanyeol. Belum sempat Jongin berbicara ataupun Chanyeol bereaksi, teriakan Kyungsoo mulai terdengar lagi.

 

“KE SINI SEKARANG, KIM JONGIN!”setelahnya, satu bantal sofa melayang lagi. Beruntung, baik Jongin dan Chanyeol berhasil menghindar dari serangan itu. Keduanya duduk jongkok di depan pintu.

 

“maaf Kim Jongin, bisa kau tanda tangani ini? agar aku bisa segera pergi dan kau bisa menyelesaikan urusanmu” kata Chanyeol setengah berteriak karena Kyungsoo masih saja berteriak. Melempari apapun benda yang bisa tangannya jangkau. Panci, wajan, botol, tempat sampah, spatula, telur, kursi, meja apapun itu Chanyeol tidak mau tahu.

 

Dia cuma mau segera pergi dari sini.

 

Jongin memberinya tatapan meminta maaf baru kemudian membubuhkan tanda tangan dan mengambil paketnya. Jongin hendak membuka mulut mengucapkan sepatah atau dua patah kata ketika tau-tau sebuah lengan menggapai kerah piyamanya, menarik laki-laki malang tersebut kembali masuk apartemen dan Kyungsoo membanting daun pintu keras di hadapan Chanyeol yang masih berjonggok di sana.

 

Astaga, dari mana laki-laki sekecil Kyungsoo punya kekuatan sebesar itu? pertama suaranya, sekarang tenaganya? Chanyeol mendapati satu pelajaran hari ini untuk tidak menilai orang dari penampilan fisiknya saja.

 

Ketika Chanyeol sudah berdiri, telinganya bisa mendengar jelas teriakan Kyungsoo bercampur rintihan Kim Jongin. Bahkan Chanyeol rasa seluruh apartemen ini bisa mendengar suara keduanya! Chanyeol menutup kedua kelopak mata rapat, merasakan bulu-bulu halus di permukaan kulitnya satu persatu berdiri.

 

Dia menggelengkan kepala kencang, menghadang bayangan Kim Jongin dan Kyungsoo yang muncul di otaknya. Sudah cukup dia melihat kejadian barusan, Chanyeol tidak mau menambahnya dengan bayangan apapun.

 

Memberi satu tatapan prihatin kearah pintu, Chanyeol berharap kalo besok dia tidak melihat nama Kim Jongin muncul sebagai berita utama baik di koran maupun tv. Dia harap Kim Jongin bisa melewati keadaan ini dalam kondisi hidup-hidup.

 

Lalu langkah Chanyeol meninggalkan apartemen itu masih di iringi oleh suara teriakan dan rengekan yang berasal dari kamar bernomor 365.

***

Hari ini malam minggu, jam kerja Chanyeol sudah berakhir hampir dua jam lalu. Biasanya dia sudah berada di apartemen, menonton film kartun atau komedi ditemani sekotak pizza berukuran besar. Namun tidak untuk hari ini, karena Sehun memohon padanya untuk menggantikan tugas laki-laki tampan itu mengantarkan satu paket terakhir. Hanya satu paket terakhir.

 

“ayolah, Hyung aku mohon” kata Sehun menautkan kedua tangan di depan dada. Kedua sudut bibirnya ditarik kebawah. Uh, kalo saja Chanyeol seorang gadis sudah pasti dia segera mengabulkan permintaan Sehun, karena Sehun terlihat begitu menggemaskan!

 

“beri aku satu alasan masuk akal” balas Chanyeol.

 

“ini malam minggu, hyung

 

“ada apa dengan malam minggu, Sehun?”

 

“karena ini malam minggu dan aku tidak mau menghabiskannya dengan mengantar paket!”

 

“lalu kenapa aku harus?”

 

“karena mengantar paket lebih baik dari pada kau menghabiskan malam minggu dengan duduk sendiri di sofa apartemen, menonton film sambil menyantap pi—“

 

“Oh Sehun!” bentak Chanyeol di ikuti seulas senyum kemenangan Sehun.

 

“aku serius, Hyung. Siapa tau kau bertemu seseorang di jalan dan jatuh cinta padanya”

 

“oke Sehun, cukup” Chanyeol memutar bola mata malas dan tawa Sehun meledak.

 

“memangnya kau mau kemana?” tanya Chanyeol sambil menerima paket dari Sehun. Mendengar pertanyaan itu seumburat merah mewarnai wajah laki-laki yang usianya lebih muda dari Chanyeol.

 

“kau tahu Luhan kan?” jelas Chanyeol tahu, mahasiswa manis keturunan Cina yang mendapat beasiswa sepak bola dikampusnya. Luhan begitu popular dikampus. Baik di kalangan mahasiswa laki-laki maupun perempuan.

 

Akhir-akhir ini juga Chanyeol sering melihat Sehun mengobrol bersama Luhan, menghabiskan waktu makan siang bersama atau mendapati Sehun duduk di pinggir lapangan bola setia menanti Luhan selesai latihan bola. Mengingat itu cukup memunculkan sebuah pemikiran dikepala Chanyeol.

 

“jangan bilang kau

 

“ Kami mau kencan”

.

.

.

.

.

***

Jadi di sinilah Park Chanyeol, berdiri di depan sebuah pintu kayu bercat putih tulang mengenakan seragam kerja. Celana jeans berwarna hitam, kemeja lengan panjang berwarna hitam di padukan rompi berwarna orange terang menanti seseorang bernama Byun Baekhyun segera muncul dari balik pintu sehingga dirinya bisa langsung pulang dan memulai ritual setiap malam minggu.

 

Hanya saja ketika daun pintu itu mengayun terbuka menampilkan sosok laki-laki mungil, berbalut jeans, kaos hitam berlapis jaket merah serta topi beanie berwarna senada dengan jaketnya seketika Chanyeol lupa segalanya. Lupa akan niatnya yang mau mengantar paket dan segera pulang, lupa caranya bernafas juga lupa kapan terakhir kali jantungnya berdetak lebih cepat seperti ini.

 

Siapa tau kau bertemu seseorang di jalan dan jatuh cinta padanya.

 

Tiba-tiba saja kalimat Sehun memenuhi pikirannya. Apa mungkin jatuh cinta bisa secepat ini? hanya sekali lihat lalu kau jatuh cinta?

 

“kau mencari seseorang?” laki-laki di depan Chanyeol membuka pembicaraan. Chanyeol mengerjapkan mata satu kali, mulutnya masih setengah terbuka akibat pesona laki-laki manis ini.

 

“apa kau Byun Baekhyun?” pertanyaan Chanyeol di jawab sebuah anggukan dan seulas senyum manis yang berhasil membuat jantung malang Chanyeol berdetak semakin tak karuan.

 

Uh, sepertinya dia memang jatuh cinta pada Byun Baekhyun.

***

Seminggu telah berlalu semenjak pertemuan pertamanya dengan laki-laki mungil bernama Byun Baekhyun dan Chanyeol tidak bisa berhenti memikirkannya, bahkan di waktu tidur wajah Baekhyun memenuhi mimpinya.

 

Sudah seminggu juga Chanyeol rajin bertanya pada Sehun apakah ada paket untuk Baekhyun. Pertama kali Chanyeol datang padanya bertanya tentang hal ini tentu saja membuat Sehun bingung. Namun melihat senyum lebar memenuhi wajah serta ada kilauan bahagia memancar di balik sepasang bola mata Chanyeol dia menyimpulkan kalo sahabatnya tersebut sedang jatuh cinta.

 

Cuma, sebanyak apapun Sehun mau membantu Chanyeol, tidak satupun ada paket bernamakan Byun Baekhyun yang bisa dia temukan hingga sekarang. Dan kenyataan itu membuat Chanyeol sedikit uring-uringan di balik kubikelnya yang bersebelahan dari Sehun.

 

“Hei Chanyeol” sapa Sehun sembari duduk diatas meja Chanyeol. Pemilik meja sendiri tampak bertopang dagu. Pandangan tidak fokus. Menghembuskan nafas lemah seakan tidak ada jiwa memenuhi raganya.

 

“kenapa tidak kau buat saja paket untuk Byun Baekhyun?”

 

“apa?” masih sambil bertopang dagu, Chanyeol memutar kepala menghadap Sehun disisi kanannya.

 

“buat paket untuk Byun Baekhyun, kau bisa memberinya apa saja. Bukankah ini ide cemerlang? Dengan begitu kau bisa setiap hari men—“

 

“SEHUN! aku sudah pernah bilang belum kalau kau adalah sahabat terbaik yang pernah ku miliki?” potong Chanyeol berteriak sekuat tenaga, kilauan bahagia kembali memenuhi kedua bola matanya, serta merta menarik Sehun ke dalam sebuah pelukan kelewat erat. Sehun sampai di buat sulit bernafas. Namun Chanyeol tidak perduli.

 

Ide Sehun bagai hujan lebat di musim kemarau yang berkepanjangan. Akhirnya setelah satu minggu yang berlalu seperti satu tahun, Chanyeol bisa bertemu Baekhyun lagi.

***

Keesokan paginya, Chanyeol benar-benar menjalankan ide yang Sehun berikan. Mengenakan pakaian kerja lengkap, rambut yang di tata rapi keatas menggunakan minyal rambut dia berdiri lagi di depan pintu kayu itu. senyuman tidak tinggal dari wajah tampannya. Pada ketukan ketiga, pintu perlahan mengayun terbuka.

 

Jantung Chanyeol melompat-lompat bahagia di balik rusuk.

 

“Pagi Baekhyun!” sapanya kelewat riang. Menyebabkan Baekhyun sedikit terlonjak kaget.

 

“oh pagi. Kau.... pak pos tempo hari kan?”

 

“Chanyeol. Namaku Park Chanyeol. Kau bisa memanggilku Chanyeol, jangan pak pos aku tidak setua itu tahu”

 

“baiklah, Chanyeol? Ada paket untukku?”

 

“ah! Benar, paket! Aku disini untuk paket ~” katanya bersenandung, beralih pada tas yang terselempang di tubuh tingginya. Berusaha menemukan paket Baekhyun sementara yang bersangkutan tidak merasa memesan paket apapun.

 

“Baekhyun, pilih. Kau suka yang mana?” Chanyeol menyodorkan dua kotak berukuran sedang kehadapan Baekhyun. Dua kotak yang bisa dikatakan lebih seperti kado dari pada paket. Karena ada pita berwarna biru laut dan merah menghiasi tutup masing-masing kotak.

 

 “Baekhyun ayo pilih! Jangan ragu-ragu!”

 

“Chanyeol, kau yakin ini paket untukku?” tanya Baekhyun memandang lurus ke arah lawan bicara. Ada ekspresi bingun bercampur aneh tampil diwajah manis itu.

 

“tentu saja!”

 

“tapi sejak kapan seseorang bisa memilih paket?” dan pertanyaan itu sukses membuat senyum diwajah Chanyeol menjadi kaku. Sial, dia tidak berfikir sejauh itu. Tujuannya memberi Baekhyun pilihan agar dia tahu yang mana yang Baekhyun lebih sukai. Susu strawberry atau coklat.

 

Ayo Park Chanyeol berfikir! Berikan alasan logis... “karena paket ini untukmu—Byun Baekhyun!”...Great Park Chanyeol. Benar-benar logis. “karena paket ini dari seseorang yang menyukaimu tapi terlalu penakut memberikan langsung kepadamu....” oh tidak terlalu buruk.

 

“baiklah...” Baekhyun akhirnya bersuara, sebelah tangan terulur. Tanpa sadar Chanyeol menahan nafas, memperhatikan jemari Baekhyun yang meraih kotak berpita merah darinya. Dan dia tersenyum, didalam tubuh seperti ada kembang api meledak. Sekarang dia tahu apa yang harus diberikan esok hari untuk Baekhyun. “selamat menikmati paketmu Baekhyun, sampai ketemu besok!” tukasnya sebelum berlalu. Meninggalkan Baekhyun dengan raut wajah bingung. Memandang bergantian kearah paket ditangan dan tempat Chanyeol berdiri tadi.

***

Susu strawberry.

 

Itulah isi kotak berpita merah. Jadi keesokan harinya Chanyeol datang lagi bersamaan senyum lebar memenuhi wajah namun kali ini hanya satu kotak yang dia bawa. Berisikan satu kotak penuh strawberry merah segar yang sengaja tadi pagi-pagi buat dia petik langsung dari kebun sang bibi.

 

Tangannya terangkat bersiap mengetuk ketika daun pintu berwarna coklat tua tersebut ditarik terbuka lebih dulu oleh Baekhyun. “Chanyeol? Kau datang lagi rupanya....”

 

told ya Baek, kau mau pergi?” Chanyeol tak bisa menahan diri menilai dari penampilan Baekhyun hari ini. Kemeja merah kotak-kotak bergaris hitam hijau, dimasukkan rapi kedalam celana jenas hitam dengan ransel coklat menggantung di punggung.

 

“Kampus” kata Baekhyun sembari mengunci pintu. Memunggungi Chanyeol.

 

“kampus mana?”

 

“ Kyunghee” sekarang Baekhyun berdiri menghadap Chanyeol, melihat bagaimana sepasang bola mata Chanyeol melebar terkejut. “Kyunghee? YA! kita satu kampus! Kau ambil jurusan apa?”

 

“musik” giliran mulut Chanyeol menganga lebar. Mereka satu kampus. Satu jurusan. Satu angkatan. DEMI TUHAN KENAPA SELAMA INI DIA TIDAK MENYADARI KEBERADAAN BYUN BAEKHYUN DI KAMPUS??????!!!!

 

“Chanyeol aku harus segera kekampus” Baekhyun melirik jarum pendek pada jam tangannya. 30 menit lagi kelas proffesor Cho mulai. Chanyeol segera sadar dari lamunan, menampilkan senyuman paling lebar yang dia bisa sambil menyerahkan paket pada Baekhyun. “sampai jumpa besok, Baekhyun”

***

Ini malam minggu....

 

Chanyeol duduk di bangku sudut kafe seorang diri. Kepalanya berputar cepat kearah pintu masuk setiap lonceng berbunyi. Namun yang muncul di sana bukanlah sosok yang dia tunggu.

 

Byun Baekhyun...

 

Ya. Setelah seminggu penuh mengirimkan paket kepada sang pemuda tadi pagi dia memberikan sepucuk surat kepada Baekhyun. Surat yang diatas namakan pengagum rahasia Baekhyun. Dia mau mengaku juga menyatakan perasaannya pada Baekhyun.  

 

Lima menit berlalu, Baekhyun belum muncul juga. Chanyeol semakin gusar di tempat duduk. Menggoyang-goyangkan sebelah kaki berusaha mengurangi rasa gugup “Chanyeol?” suara itu menghentikan gerakannya.

 

Itu Baekhyun.

 

“Chanyeol? Kau sedang apa disi—sebuah pemikiran melintas di kepala membuat Baekhyun menggantung kalimatnya. “kau kah, Chanyeol? Semua paket selama ini semuanya darimu? Benar begitu?” lanjut Baekhyun tidak percaya dengan kalimat yang barusan dia ucapkan.

 

Chanyeol menarik nafas panjang sebelum memulai kalimatnya. “aku menyukaimu, Byun Baekhyun. Sejak dari pertama kali aku mengantar paket kepadamu. Aku sungguh ingin bertemu kau setiap hari namun tidak ada satupun paket yang datang atas namamu setelahnya. Jadi aku sengaja mengarang tentang paket-paket itu. Dan setelah satu minggu aku fikir sudah saatnya kau tau identitas pengagum rahasiamu. “ dia melangkah maju memotong jarak di antara mereka berdua, mengambil tangan Baekhyun sambil tersenyum simpul.

 

“aku menyukaimu Byun Baekhyun, maukah kau menjadi pacarku?” Baekhyun tidak langsung bereaksi. Dia masih mencerna kalimat yang barusan Chanyeol katakan dan saat akal sehatnya mulai bekerja dia melepaskan genggaman tangan Chanyeol di tangannya kelewat kasar. Well, bukan respon ini yang Chanyeol harapkan.

 

“tidak.... tidak mungkin.....” gumam Baekhyun pada diri sendiri.

 

“kenapa tidak mungkin?” tanya Chanyeol mencoba menyembunyikan rasa kecewa.

 

“kau, Chanyeol? Seorang Park Chanyeol menyukaiku?”

 

“aku tidak melihat ada yang salah dengan itu, Baekhyun....”

 

“tentu saja salah!” nada suara Baekhyun naik. Beruntungnya mereka duduk di pojok, live musikpun sedikit meredam suara Baekhyun tapi tidak bagiChanyeol. Dia mendengar sangat jelas. “ini salah Chanyeol karena....karena....” Baekhyun menggulirkan bola matanya kesegala arahgelisah “karena kau seorang pengantar paket!” kalimat itu terlontar tanpa sengaja, tanpa bisa pula di tarik lagi. Bingung dengan apa yang baru saja dia dengar dan katakan Baekhyun memilih untuk berlari pergi. Meninggalkan Chanyeol di belakang yang nampak terluka.

***

Sebulan hampir berlalu sejak kejadian terakhir di kafe. Meskipun dia menunggu sepanjang hari tidak akan pernah ada lagi paket datang. Dia merasakan kehilangan, bukan hanya paket tetapi Chanyeol. Mengingat kejadian kemarin membuat Baekhyun merasa kalau dirinya keterlaluan.

 

Demi Tuhan dia tidak bermaksud mengatakan itu. Hanya saja, dia terlalu panik sehingga berbicara tanpa memikirkan dampaknya. Mau bagaimana lagi? Seseorang yang selama ini diam-diam dia sukai datang kepadanya mengaku sebagai pengagum rahasia dan bahkan ingin menjadikannya kekasih!!!

 

Baekhyun lah yang menyukai Chanyeol lebih dulu. Baekhyun selalu mencuri dengar setiap kali Chanyeol memetik senar gitarnya di ruang musik. Kadang di ikut menyanyikan lirik lagu yang Chanyeol mainkan. Baekhyun selalu duduk di pinggir lapangan basket, pura-pura mengerjakan tugas padahal sebenarnya dia sengaja duduk di sana guna melihat Chanyeol.

 

Intinya, Byun Baekhyun adalah pengagum rahasia Park Chanyeol. Bukan malah sebaliknya. Mereka tidak pernah sekalipun bertukar pandang apalagi saling menyapa, lalu bagaimana bisa Chanyeol menyukai Baekhyun? astaga, memikirkan ini kepalanya serasa mau meledak.

 

Hingga kemudian suara ketukan menghentikan kegiatan Baekhyun yang sedari tadi berguling-guling di atas ranjang. Tanpa pikir panjang dia segera meloncat turun, berlari menuruni anak tangga sampai nyaris tersandung. Ada perasaan gugup serta bahagia menyelimutinya.

 

Sayangnya apa yang di lihat bukanlah orang yang di harapkan. Melainkan seorang pemuda, nyaris setinggi Chanyeol, mengenakan seragam sama seperti milik Chanyeol. Bedanya, rambut sang pemuda berwarna perak sedangkan Chanyeol coklat mahoni. Nama yang tertera di dadanya bukanlah Park Chanyeol namun Oh Sehun.

 

“Byun Baekhyun?” kata Sehun membaca deretan hangul pada paket. Baekhyun mengangguk singkat. Enggan bersuara.

 

“paket untukmu” tambah Sehun. Baekhyun langsung membubuhkan tanda tangan, mengambil paketnya dan menutup pintu tepat di wajah Sehun. Terlihat sangat tidak sopan? Ya. Dia mengakui pun merasa tak enak hati terhadap pemuda bermarga Oh itu. Sehun datang di waktu yang kurang tepat, itu masalahnya.

***

Baekhyun baru saja menampakkan satu kaki di anak tangga pertama ketika tiba-tiba pintu di ketuk lagi. Tiga kali. Jeda. Lalu tiga kali lagi. Sedikit malas dia memutar tubuh setelah melempar paket ke sofa, melangkah kembali menuju pintu. Di pikirannya begitu membuka pintu dia akan melihat Sehun di sana. Mungkin Sehun mau menceramahi atas sikap kurang sopannya meskipun di lihat dari penampilan Sehun jelas lebih muda darinya.

 

“halo, Baekhyun” sebuah suara berat menyapa kala pintu di buka. Bukan milik Oh Sehun. Suara Sehun tidaklah berat, katakan cempreng dan sedikit cedal. Suara tersebut milik seseorang yang nyaris membuat Baekhyun gila belakangan ini.

 

Park Chanyeol, pemuda yang mengaku sebagai pengagum rahasia Byun Baekhyun berdiri di depan pintu rumahnya dalam setelan berbeda dari hari biasa. Kemeja putih dan celana biru tua. Tipikal pekerja kantoran bukannya pengantar paket. Kedua tangan Chanyeol tersembunyi di belakang punggung.

 

“Baekhyun, aku memikirkan kata-katamu di pertemuan terakhir kita. Kau benar, kalau hanya sebagai tukang paket mana bisa aku membahagiakanmu. Hidup harus realistis tapi waktu itu aku terlalu naif. Mengira hanya dengan cinta yang tulus kau pasti mau menjadi pacarku” sebelah tangan Chanyeol terangkat mengusap belakang kepalanya. Di sisi lain Baekhyun ingin bersuara, meminta maaf atas kata-katanya itu namun ternyata Chanyeol belum selesai.

 

“saat ini aku berdiri di depanmu tidak cuma bermodalkan cinta. Aku sudah punya pekerjaan yang menjamin masa depan kita kelak, Baekhyun” selesai mengatakan itu tiba-tiba Chanyeol berlutu di hadapan Baekhyun, kedua tangan terulur menggenggam sebuket mawar merah.

 

“aku menyukaimu, Byun Baekhyun. menikahlah denganku”

 

Sama seperti kejadian sebelumnya, Baekhyun tidak langsung bereaksi. Takut bila menerima penolakan lagi Chanyeol segera meraih kedua tangan Baekhyunmasih dalam posisi berlutut. “Baekhyun, dengar. Aku tidak main-main waktu ku bilang aku menyukaimu. Kau lihat kan aku sekarang? Aku sudah berubah, bukan Chanyeol si pengantar paket lagi. Aku

 

“Bodoh....” potong Baekhyun di iringi derai tawa.

 

Eh?

 

“kau bodoh Park Chanyeol” kali ini Baekhyun bicara seraya menggunakan punggung tangan menghapus air matanya.

 

 Tunggu, Baekhyun menangis? 

 

“aku menyukaimu, idiot. Aku yang lebih dulu menyukaimu, bodoh” tambah Baekhyun menuntun Chanyeol untuk berdiri dan membawa buket mawar ke tangannya sendiri. Giliran Chanyeol yang di buat diam tak berekasi.

 

“Chanyeol, aku mau minta maaf. Kata-kataku kemaren itu memang keterlaluan. Tapi sumpah, Chanyeol. Aku tidak bermaksud mengatakan itu. Aku sebenarnya panik kau tiba-tiba membuat pernyataan begitu. Kau mungkin tidak pernah menyadari keberadaanku di kampus, asal kau tahu saja aku selalu memperhatikanmu. Aku penggemar rahasiamu, Chanyeol” ungkap Baekhyun.

 

Chanyeol rasanya mau melompat ke langit paling tinggi. Dia tidak salah dengarkan?  

 

“Hah? Apa, Baekhyun?”

 

“tidak tahu. Kau mendengarnya. Aku tidak mau mengulang” kata Baekhyun. Menjadikan buket bunga sebagai penutup wajahnya yang mulai memerah. Chanyeol tidak bisa menahan tawanya, lalu menarik Baekhyun ke dalam pelukan. Memeluk pemuda mungil itu era-erat.

 

“berarti kau mau menikah denganku kan, Baekhyun?” bisiknya di telinga Baekhyun.

 

“tidak mau” suara Baekhyun teredam dalam dada bidang Chanyeol.

 

“apa?” Baekhyun berdecak kesal. Menarik diri dari pelukan Chanyeol dan mendongak “aku bilang, aku tidak“ dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Karena bibir Chanyeol menempel di bibirnya. Rasanya seperti strawberry, sedikit asam tapi membuat Baekhyun mau lagi. Jadi dia mengalungkan kedua tangan di leher Chanyeol memaksa sang pemuda untuk lebih dekat sehingga dia bisa lebih leluasa menciumnya.

 

Mereka bertahan pada posisi seperti itu cukup lama sampai akhirnya Baekhyun mundur lebih dulu. Senyuman bahagia tidak tinggal di wajahnya yang kini semerah buah tomat. “masih tidak mau menikah denganku, Baekhyun?” goda Chanyeol. Menarik Baekhyun mendekat. Hidung mereka saling bersentuhan.

 

Tawa Baekhyun meledak mendengarnya “kau benar-benar bodoh, Park Chanyeol”

 

.

.

.

.

.

“ngomong-ngomong Baekhyun, paket yang tadi Sehun antarkan itu berisi strawberry. Aku mengambilnya sendiri dari kebun bibiku pagi ini”

 

---END---

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ittaopta #1
Chapter 1: kenapa aku baru baca ff-mu ini sekarang ya gen???
hihihihi..
sweeeeeeeeeeeeetnya kebangetan. hihihi. terus ada kaisoo lewat, si yixing, tippachan, n thx to sehun yg uda ngerengek2 ke chanyeol biay nganterin paket ke rumahnya byunb! hihihihi..
whirlwindseu
#2
Chapter 1: This is actually sweet :) tapi rasanya alurnya kecepetan yah? ada baiknya kalo diceritakan kisah chanbaek sampe chanyeol mau nikahin baekhyun. Yang ini saya baca, rasanya cinta chanyeol itu instan, spontan (?) tapi ini sudah bagus. diksi yang tepat, cara penulisan, juga konsep unik 'pengantar paket' yang fresh bisa menutupi kekurangan kekurangan nya :D good job 'v')b
YuaRei #3
Chapter 1: Kekeke...manis dah FF ni
emyuki
#4
Chapter 1: Ahh, FFnya manis...
Cuma bisa geleng-geleng kepala pas part Yixing, melongo pas part KaiSoo. Jongin kasian amat xD
Dan senyum gaje pas part ChanBaek xD
BaekSung
#5
Chapter 1: Awww...comeellnya... XD
Dari sang pengangum rahasia kepada sang pengagum rahasia lainnya XD

Yixing...haha...ga bisa brenti senyum saat baca,dan tiffany,omg ganjen yak untung si yeol lekas kabur,wkwkkk...
dan buat jongin semoga ia baik-baik saja dan tdk berakhir mengenaskan di tangan kyungsoo
theworstisnotbehind
#6
Chapter 1: Ohmaigat, imutnyaaaa~ aku jarang nyari-nyari fanfic chanbaek, soalnya banyak yang kalo gak OOC, ya (maaf) simply uninteresting. Jadi biasanya aku nyari yang chanbaek nya side pairing sajaaa. Tapi yang ini bener-bener bikin senyum-senyum sendiri deeeh <3 Aku suka cara kamu masukin karakter-karakter lain sebagai figuran tapi tetep menonjol di bagian mereka sendiri. Tiffany nya lol XD

Selamat karena sudah menjadi salah satu pemenang Another Beautiful Word yaaa :D
plumplips #7
Chapter 1: WOAH Byun Baekhyun gak terduga. Dari semenjak Chanyeol nyatain cintanya udah dag-dig-dug kirain si Byun matre. Oalah, ternyata.

Masih kepikiran Kaisoo part-nya. Baca bagian itu aku langsung pengen terjun, Kyungsoo... yasudahlah.

Fanfic-nya bikin aku senyam-senyum sendiri tengah malem. Terimakasih authornim sdh memberikan hiburan untuk aku.

p.s : pst, minta chanbaek yg hurt dong, xoxo.
Alpacapanda #8
Chapter 1: Like this!^^ ChanBaek~
bluebblegum
#9
Chapter 1: lucu banget aaaaa >< Chanyeol sweet banget, Baekhyun nya malu2 gitu. SUKAAA!^^