Dark Days, Chapter 2 : A Little Talk

Dark Days
Hei chingu! Lagi lagi aku bilang, ini fanfic pertamaku, jadi kalau ada kekurangan tolong di review ya… Aku akan menerimanya dengan senang hati. Oh ya ada beberapa hal yang harus di note:
·         Maaf kalau ceritanya gaje
·         Maaf atas OOC dan typo(s)
·         Disclaimer: Tokoh-tokoh di bawah ini di dunia nyata merupakan naungan di bawah SM     Town, jadi pinjem dulu ya om Soo Man! ._.v
·         Cast(in this chapter) :
-Yuri
-Leeteuk
·         Enjoy! Happy reading! Maaf kalau author’s note nya kepanjangan ._.v
 
Super Generation Fanfiction : Dark Days, Chapter 2A Little Talk
 
                Kubuka mataku perlahan. Kembali terlihat ruangan gelap dan pengap ini. Aku sepertinya tidur tak terlalu lama dan tak terlalu nyenyak. Aku duduk di kasurku dan menoleh ke samping, nampak Leeteuk sedang tersenyum menatapku. Tangannya menggenggam sebuah buku.

                “Sudah bangun?” tanyanya sambil mendekatkan kursinya ke arahku.
                Aku mengangguk pelan. Apakah Leeteuk menungguku sampai bangun?
                “Masih pusing?”
                “Tidak…”
                “Syukurlah”
                “Errr… Kau menungguiku tidur?”
                “Ya, begitulah. Buat jaga-jaga”
                “…Maaf” kataku pelan.
                “Untuk apa?”
                “Membuatmu repot”
                “Hahaha… Apa sih yang kau katakana? Tak apa-apa kok!” bantahnya sambil tertawa pelan.
                “Oh iya, mau makan?” tanyanya sambil menyodorkan semangkuk bubur.
                Aku menatap makanan itu. Perutku lapar, tapi aku sedang tidak nafsu makan. Aku pun menggeleng pelan.
                “Apakah aku harus melakukannya?” tanyanya sambil menyendokkan bubur itu.
                “Buka mulutmu” perintahnya sambil mengarahkan sendok itu padaku.
                “Apa yang kau lakukan?”
                “Membantumu makan”
                “Hentikan. Ini memalukan” kataku geram. Mukaku sepertinya memerah.
                Leeteuk menoleh kesana kemari, dan kemudian berkata:
                “Tak ada siapapun disini. Buat apa malu?”
                Aku mengerang pelan. Leeteuk mengarahkan sendok itu ke mulutku. Tapi aku tetap menutup mulutku. Rasanya aku ingin muntah. Aku menghalangi sendok itu dari mulutku dengan tanganku.
                “Tak bisa. Aku mual. Nanti makanannya paling keluar lagi”
                “Kalau kau tak makan, bagaimana kau bisa sembuh?”
                Aku menatap Leeteuk tak percaya. Buat apa dia peduli aku sembuh atau tidak? Bukankah aku hanya seorang  amnesia yang tidak dia kenal? Mungkin saja kan aku bisa jadi musuh? Kalau aku mati pun, tak akan berpengaruh padanya. Dasar cowok aneh. Aku pun tetap mengunci mulutku karena masih heran.
                “Ayolah” bujuknya.
                Aku terdiam, dan akhirnya memutuskan untuk membuka mulutku. Leeteuk tersenyum dan memasukkan makanan itu ke dalam mulutku. Aku mengunyahnya perlahan. Tak terlalu buruk, pikirku. Lagipula aku sedang lapar.
                “Hentikan. Aku bisa melakukannya sendiri” kataku ketika melihat dia menyendok lagi.
                Sambil tertawa cekikikan, Leeteuk menaruh mangkuk itu di pangkuanku. Aku pun melanjutkan makan, makan, dan makan… hingga kurasakan mual kembali memenuhi alat pencernaanku.
                “Kenapa berhenti?” tanya Leeteuk heran.
                “Rasanya aku ingin muntah”
                “Bagaimana kalau beberapa sendok lagi?”
                “Hoek” aku menutup mulutku.
                Dengan cepat, Leeteuk memberiku minum, dan aku segera meneguknya. Setelah itu aku segera berbaring. Aku tidak mau memuntahkan makanan yang baru saja kumakan.
                “Gomawo” desahku pelan.
                “Cheonma. Tapi kau masih harus minum obat”
                Aku mengerang lagi, dan berusaha duduk lagi. Tapi Leeteuk menahanku dengan tangannya, dan membuatku berbaring lagi.
                “Nanti dulu, tunggu mualmu sedikit berkurang”
                “Tak apa. Aku baik-baik saja kalau Cuma minum obat” aku pun berusaha duduk lagi.
                “Yakin?” tanyanya khawatir.
                Aku mengangguk dan tersenyum. Tiba-tiba dia terdiam dan kemudian tertawa pelan. Apa yang salah?
                “Kenapa tertawa?”
                “Aku baru sadar dari awal aku melihatmu, baru kali ini aku melihatmu tersenyum”
                “Apakah salah?” tanyaku sinis.
                “Tidak… Tentu saja tidak. Tapi kau harus lebih sering melakukannya”
                “Tapi… Aku belum pernah melihatmu tertawa” smabungnya.
                “Karena tak ada yang lucu”
                “Tapi kenapa aku bisa tertawa dari tadi?”
                “Hmmm… mungkin kamu kurang waras?”
                Leeteuk kembali tertawa,sementara aku hanya tersenyum. Ternyata Leeteuk itu baik sekali. Padahal aku baru bertemu dengannya, tapi aku sudah merasa nyaman. Dia kemudian bergerak ke arah sebuah tas, dan mengeluarkan beberapa obat, kemudian menyerahkannya padaku, tak lupa menyuruhku untuk meminumnya. Aku pun menurut.
                “Kau tahu, kau ini aneh, Yuri” katanya geli.
“Kau bilang aku kurang waras, tapi kau meminum obat yang diberikan dari orang yang kurang waras” sambungnya.
Aku mencubit lengannya, dan kami berdua tertawa. Tiba-tiba dia mencubit pipiku dan berkata:
“Akhirnya kau tertawa juga. Aku suka melihatnya” katanya dengan senyum jahil.
Aku membuang mukaku karena sadar mukaku memerah. Leeteuk malah tertawa melihat tingkahku. Setelah mulai bisa mengontrol emosiku, aku menatapnya lagi.
“Kapan kau mengenalkanku pada yang lain?”
“Sebentar lagi, mereka masih sibuk”
“Sibuk apa?”
“Membagikan makanan pada rakyat yang ada di kota kecil ini”
“Kau tak membantu?”
Leeteuk tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi putihnya dan lesung pipinya.
“Gara-gara aku ya?”
“Maaf…”
Leeteuk menggeleng pelan.
“Tidak… Ini bukan salahmu. Jangan merasa bersalah. Yang salah itu orang yang membuatmu jadi seperti ini” katanya lembut.
“Berbaringlah” perintahnya.
Aku menurut lagi. Aku jadi merasa seperti anak kecil yang diperintah papanya. Suasana sesaat menjadi hening, sampai tiba-tiba Leeteuk bertanya:
“Kau punya keluarga?”
Aku diam, menatap langit-langit. Berusaha mengingat.
“Ah, aku lupa lagi kalau kau amnesia”
“Emmm… Sepertinya aku ingat sesuatu tentang ibuku”
“Oh ya?”
“Di mimpiku, aku… mendengar ibuku menyuruhku lari. Entah apa maksudnya”
“Bagaimana denganmu?” tanyaku padanya.
“Apanya?”
“Keluargamu”
“Ibu dan ayahku tewas ketika zombie-zombie pertama kali menyerang. Mereka jatuh dari tebing ketika dikepung oleh segerombolan zombie. Untungnya aku dan adikku selamat karena diselamatkan oleh helikopter penyelamat tepat pada waktunya. Kami terpisah dari orangtua ketika kami mengambil jalan yang berbeda saat kabur dari zombie-zombie”
“Maaf… Aku tak bermaksud…”
“Tak apa. Aku bersyukur tidak melihat orangtuaku dimakan oleh zombie-zombie itu dari atas helikopter. Melihat orangtua jatuh dari tebing saja sudah membuat aku dan adikku shock, apalagi yang seperti itu”
“Kau… punya adik perempuan?”
“Ya. Dialah yang membuat bubur untukmu. Namanya Sunny, dan dia bertugas menjadi housemaid di S.G.W.H.A.H., walau kadang membantu yang lain juga”
“Sunny?” tanyaku heran sambil menaikkan alisku. Leeteuk tertawa pelan.
“Tentu saja itu bukan nama aslinya. Tapi seperti namanya, dia menyinari hatiku, sehingga memberikanku salah satu alasan untuk hidup”
“Sudah berapa lama organisasi ini ada?”
Leeteuk menyandarkan bahunya di kursi, dan mulai berpikir.
“Aku tak begitu ingat. Hmmm… mungkin sekitar lima tahunan”
“Siapa yang mendirikan organisasi ini?”
“Aku. Akulah ketuanya”
“Kenapa kau bisa jadi ketuanya?”
“Apakah aku tak pantas jadi ketua?” tanyanya sambil tersenyum jahil.
“Tidak… bukan begitu…” kataku panic. Leeteuk tertawa kecil.
“Karena aku yang mendirikannya… dan mengajak yang lain untuk bergabung”
Aku manggut-manggut tidak jelas. Tiba-tiba Leeteuk berdiri.
“Ayo”
Aku pun mengannguk mantap.
 
~TO BE CONTINUE~
 
Fiuh… akhirnya ke-post juga. Yah, memang sih di chapter ini cuma dua orang yang ada, tapi, ide mengalir begitu saja(?). Nah di chapter berikutnya, bakal cukup banyak yang muncul! Berdoa saja tokoh yang kalian harapkan muncul! Nah, anyeong! :3
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet