Dark Days, Chapter 1 : Amnesia

Dark Days

Hei chingu! Ini fanfic pertamaku, jadi kalau ada kekurangan tolong di review ya… Aku akan menerimanya dengan senang hati. Oh ya ada beberapa hal yang harus di note:

·         Maaf kalau ceritanya gaje
·         Maaf atas OOC dan typo(s)
·         Disclaimer: Tokoh-tokoh di bawah ini di dunia nyata merupakan naungan di bawah SM     Town, jadi pinjem dulu ya om Soo Man! ._.v
·         Cast(in this chapter) :
-Yuri
-Leeteuk
-Donghae
-Jessica
·         Enjoy! Happy reading! Maaf kalau author’s note nya kepanjangan ._.v

 
Super Generation Fanfiction : Dark Days, Chapter 1: Amnesia
 
                “Hei, lihat! Ada tangan di balik pohon itu!”
                “Mana?” *krosak krosak*
                “Dia masih hidup!”
                “Benarkah?” *krosak krosak*
                “Ayo bawa dia!”
                “Baik!”
 
 
                Gelap… Dimana ini? Aku takut…
                “Yuri!”
                Siapa itu?
                “Yuri! Jangan pikirkan mama, cepat lari!”
                “Mama?”
                “Yuri! Jangan diam saja! Cepat lari! Kyaaaaa!!!!!”
                “Mama!?”
                “Yu… ri… la… ri…”
                Mama…
 
 
                Kubuka mataku perlahan. Kupegangi kepalaku yang pusing. Aku pun mengerjapkan mataku, berusaha melihat sekeliling. Gelap dan pengap, itulah yang bias kukatakan tentang ruangan ini. Ketika kugerakkan tanganku, ada sesuatu yang aneh. Rupanya aku di infus. Gara-gara gerakan sembronoku tadi, tanganku sedikit sakit.
                Kututup mataku, menahan rasa sakit di kepalaku dan berpikir apa yang barusan itu. Mimpi? Tapi, mimpi apa itu? Dimana ini? Apa yang terjadi? Apa yang kulakukan disini? Dan… yang paling penting… siapa aku?
                “Hei”
                Aku menoleh ke sebelah kanan. Ada seorang laki-laki berambut pirang duduk di kursi sebelah ranjangku. Dia menatapku sesaat, kemudian tersenyum dan berkata:
                “Akhirnya sadar juga. Donghae! Jessica!”
                Dari arah pintu, nampak seorang laki-laki berjas putih memasuki ruangan, diikuti seorang wanita berambut pirang yang juga memakai pakaian serba putih. Dengan tergesa-gesa mereka menghampiriku. Setelah melihatku laki-laki berjas putih itu pun berkata:
                “Untunglah dia sudah sadar”
                “Ah, syukurlah!” kata sang perempuan dengan seulas senyum.
                “Bagaimana keadaanmu?” Tanya laki-laki jas putih.
                “Eh? Emmm… Lumayan…” jawabku kaku?
                “Apa kau merasakan sesuatu yang aneh di kepalamu?”
                “Sedikit pusing”
                “Dan… Aku tak bisa ingat apapun”
                “Sudah kuduga. Kau terkena amnesia”
                “Amnesia?”
                “Ya, kau melupakan sebagian memorimu”
                “Kau tak ingat apapun? Bagaimana dengan namamu?” Tanya laki-laki rambut pirang.
                “Nama?”
                Aku menutup mataku, dan mimpi tadi terlintas di pikiranku. Namaku… mungkin adalah…
                “Yuri”
                “Yuri?”
                “Ya. Dalam mimpiku, ada yang memanggilku seperti itu”
                “Mimpi? Mimpi seperti apa?”
                “Entahlah. Tak begitu jelas”
                “Nama depanmu?”
                “Nama depan?”
                “Seperti Park, Lee, Kim…”
                Aku berusaha mengingat. Tapi aku tak bisa mengingatnya. Malahan kepalaku bertambah pusing ketika berusaha mengingat.
                “Aku… tak ingat…”
“Apa kau tak bisa mengingat sesuatu? Apapun itu, yang bisa membantu kami tahu siapa dirimu”
Aku berusaha mengingat lagi. Tapi, kepalaku bertambah pusing. Semakin berusaha mengingat, sepertinya kepalaku akan tambah pusing. Aku memegangi kepalaku.
“Sudah jangan paksa dia” kata wanita berambut pirang itu tiba-tiba.
“Istirahatlah” sambungnya lembut.
“Terima kasih” bisikku pelan.
“Ya sudah, kami pergi dulu ke ruang sebelah” kata laki-laki berjas putih.
Mereka berdua pun pergi. Aku sangat penasaran, dimana ini sebenarnya dan apa yang terjadi. Ruangan ini sepertinya sudah lama tak ditinggali. Debu bertebaran dimana-mana.
“Ini dimana?” tanyaku pada laki-laki itu.
“Di sebuah rumah yang kami jadikan tempat perhentian kami”
“Tempat perhentian?”
“Ya. Kami Cuma sementara disini”
“Kenapa?”
“Yah, bisa bahaya kalau kami menetap terlalu lama”
“Kenapa?”
“Mereka bisa saja menyerang kita” jawabnya sabar.
“Siapa?”
Dia menghela nafas pelan.
“Sepertinya aku harus cerita dari awal”
Dia berdiri dan menuju jendela yang dipenuhi debu. Cahaya matahari tak begitu bisa menembus jendela karena debu-debu itu. Dia menghela nafas lagi, mungkin baru menyadari dia tak bisa melihat keadaan di luar melalui kaca itu. Dia pun menuju ke arahku dan duduk kembali.
“Pertama-tama, sebaiknya kau tahu dulu namaku. Namaku Park Jungsoo, tapi biasa dipanggil Leeteuk”
“Dua orang yang tadi?”
“Donghae dan Jessica. Mereka tim medis”
“Oh…”
“Jadi, kami menemukanmu di sekitar sini, dengan tubuh berlumuran darah”
Aku sedikit terkejut dan kemudian menyingkirkan selimutku. Aku melongo melihat begitu banyaknya perban yang membalut di lengan dan kakiku. Seketika tubuhku terasa nyeri. AKu meraba kepalaku, dan menyadari disana ada perban juga. Leeteuk tiba-tiba meraih selimut yang kusingkapkan tadi dan menyelimutiku perlahan.
“Lalu, kami membawamu ke mobil, dan setelah mendapat pertolongan pertama, kami berhenti disini”
“Jadi? Sebenarnya apa yang terjadi disini?”
Leeteuk mengarahkan pandangannya ke atas, menerawang ke langit-langit. Tatapan matanya kosong, seakan ada memori yang tidak ingin diingatnya lagi. Dia menghela nafas pelan, dan kembali menatapku.
“Ng… tak apa kalau kau keberatan…” kataku tak enak.
“Tak apa. Kau harus tahu”
“Sekitar 10 tahun yang lalu…” sambungnya pelan.
Dia terdiam beberapa saat, sepertinya berpikir bagaimana akan menceritakannya.
“10 tahun yang lalu… Ilmuwan-ilmuwan mengadakan semacam penelitian. Aku juga tak tahu penelitian macam apa itu. Dan, penelitian itu gagal, akibatnya virus aneh menyebar ke seluruh belahan dunia”
“Virus? Menyebabkan apa?
“Virus itu… bisa membuat seorang manusia berubah menjadi… ya, mungkin ini kurang masuk akal, tapi kau harus mempercayainya. Mereka… berubah menjadi mayat hidup. Atau, biasa disebut… zombie”
Aku terperanjat dan menatap Leeteuk.
“Mungkin memang sulit dipercaya, tapi ini nyata. Maka dari itu, kami, S.G.W.H.A.H….”
“S.G.W.H.A.H.?” tanyaku sambil mengerutkan dahi.
“Kau tak tahu?”
Aku menggeleng. Tiba-tiba Leeteuk tertawa pelan.
“Oh iya, aku lupa kau amnesia”
“Jadi kami, Super Generation Who Help Alive Human atau disingkat S.G.W.H.A.H., menolong dan menampung orang orang yang masih hidup”
“Apakah zombie-zombie itu berbahaya?”
“Ya, begitulah. Mereka itu seperti binatang, tak punya akal lagi. Makanan mereka itu makhluk hidup seperti kita. Memang mereka bisa dibunuh, tapi terkadang mereka datang bergerombolan”
“Virusnya bisa menular?”
“Bisa. Jika tubuh kita kontak dengan darah mereka, liur mereka, dan semacam itu. Contohnya, digigit”
“Apakah pemerintah tak mengusahakan apapun?”
“Entahlah. Aku tidak tahu. Tidak ada kabar dari mereka”
“Bagaimana bisa?”
Leeteuk mengangkat bahunya.
“Entahlah. Maka dari itu kami buat organisasi ini, yah, lebih baik bersama-sama daripada sendirian, kan?”
“Pastinya”
“Lalu, bagaimana denganmu?”
“Aku?”
“Mau bergabung?”
“Hmmm… ya. AKu mau bergabung”
“Bagus! Kalau begitu istirahatlah, setelah itu kukenalkan pada yang lain”
Aku pun berbaring, dan Leeteuk menyelimutiku. Kututup mataku, berpikir, apakah ini keputusan yang tepat. Aku belum tahu apa-apa. Semoga semua bisa berjalan dengan baik. Dan kemudian pikiranku melayang ke alam bawah sadarku.
 
~TO BE CONTINUE~
 
Hore! Akhirnya chapter1 selesai! YEEEEEEE! Gak nyangka bisa ke-post juga :’)
Oh iya ngomong-ngomong gak tahu tuh dapat ide dari mana Donghae sama Jessica jadi tim medis -_-
Di chapter berikutnya, aku kasih bocoran deh! Cast-nya cuma dua orang(bocoran apaan itu)
Nah, sampai  jumpa di chapter berikutnya! :3
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet