Si Anak Baru

Aku yang Salah

Namaku adalah Kim Jong In, yang biasa di panggil Kai. Aku aalah seorang mahasiswa yang baru lulus SMP tahun lalu. Orang-orang bilang aku tampan, namun banyak juga yan meledek warna kulitku yang hitam, berbeda dengan warna kulit temanku yang lainnya. Selain tampan, bisa dibilang aku cukup pintar. Aku bukannya narsis, tapi memang tahun lalu aku mendapat peringkat 1 di kelas, dan peringkat 4 di angkatan.  Tapi aku juga bingung kenapa nilaiku bisa bagus-bagus. Padahal kerjaanku hanya menari dan hangout bareng sahabatku.

Si Murid Baru

 “Kai? Ada masalah apa?,” tiba-tiba guru IPS menegurku yang sedang melamun tentang SNSD, girlband Korea yang sedang populer belakangan ini. “enggak pak,” aku membuka bukuku, pura-pura menyatat apa yang telah ia terangkan. Mesti aku tidak mengerti sama sekali apa yang baru saja ia terangkan. Sang guru membetulkan kacamatanya, membelakangi para murid dan melanjutkan tulisannya di papan tulis.

   Pintu kelas terbuka. Guru IPS dan murid-muridnya (termasuk aku) serentak menatap ke arah pintu. Oh, itu wali kelasku bersama dengan seorang lelaki yang tidak aku kenal. Wali kelasku berbisik-bisik dengan guru IPS, dan guru IPS tersebut pergi meninggalkan kelas. Sedangkan wali kelasku memasuki kelas bersama dengan lelaki tersebut. “anak-anak,” ujar wali kelas kami, Pak SeungHyun, “kita kedatangan murid baru. Kyungsoo, tolong perkenalkan diri.” Lelaki yang sepertinya bernama Kyungsoo itu berdiri tegap dan penuh dengan percaya diri, “perkenalkan, namaku Kyungsoo. Aku baru saja pindah dari Tokyo ke Seoul karena pekerjaan ayahku yang selalu berpindah-pindah. Aku harap kita semua bisa berteman.” Semua murid bertepuk tangan, akupun juga bertepuk tangan walau sebenarnya aku sedikit malas. “Kyungsoo, kamu bisa duduk di sebelah Kai,” ucap pak Seunghyun. “hah?,” Kyungsoo terlihat bingung. “oh iya kamu belum kenal ya. itu, anak yang hitam itu,” Pak Seunghyun ngelawak sambil menunjuk ke arahku. Walaupun garing, seisi kelas menertawaiku. Aku hanya bisa terdiam dan memutar kedua bola mataku.

   Murid baru ini duduk di sebelahku. “hai,” sapanya. Aku baru sadar kalau matanya sangat besar. Bahkan aku takut mata itu akan keluar. “kamu Kai, kan?,” tanyanya. Aku mengangguk dan menggaruk leherku, “iya.” Dia tersenyum tipis, sepertinya akan menggangguku lagi dengan pertanyaan-pertanyaannya. “kayaknya kamu pendiem Kai! Aku harap kita berteman ya!,” ucapnya dengan penuh semangat. “iya,” kataku lagi. Ia tetap memandangiku dengan matanya yang belo. “satu hal, lo harus ngomong gue-lo atau enggak bakal dikatain sama anak-anak yang lain kalau lo itu anak mami,” jelas aku. “lah kok gitu?,” Kyungsoo mengerutkan keningnya. “ya, gue juga nggak tau. Padahal sih gue oke aja sama aku-kamu. Tapi lo tau nggak? Tahun lalu ada nerd yang dibully gara-gara ngomong pake aku-kamu,” ucapku. Kyungsoo memonyongkan bibirnya, “sekolah yang aneh.” Aku menghela nafas,. “emang. Aneh.”

   “anak-anak, karena kita kedatangan murid baru, satu jam pelajaran hari ini kosong. Jadi, kalian bisa berkenalan dengan Kyungsoo.” Kelas langsung ribut setelah Pak Seunghyun keluar dari kelas. Para siswi mengerumuni Kyungsoo seperti semut yang sedang menemukan gula. Aku merasa terganggu dan pergi menjauhi Kyungsoo, duduk di meja temanku yang bernama Taemin. “gue nggak suka sama dia,” ucap Taemin tiba-tiba. “hah? Apa maksudnya?,” tanyaku. “itu si Kyungsoo. Baru masuk aja udah dapet perhatian dari anak cewek. Kayaknya bakal geser kepopuleran kita nih,” Taemin memandang Kyungsoo dengan sinis. Aku merasa tak enak dengan Kyungsoo, tetapi Taemin itu sahabatku sejak SMP, “yah Tem… jangan begitulah. Ya namanya anak baru pasti dikerumunin gitu.” Taemin mengangguk.

   Kyungsoo terlihat letih. Para siswi terus menanya-nanyakan identitasnya, begitu juga dengan siswa kecuali aku dan Taemin. Wajah Kyungsoo memang unik. Yah, yang seperti aku katakana tadi. Matanya bulat tidak seperti kebanyakan orang Korea, mukanyapun babyface dan ia tampan. Kyungsoo pergi beranjak meninggalkan siswa-siswi dan pergi menuju mejaku. Dia mengcapkan hai kepada Taemin dan mengenalkan dirinya. Taemin tersenyum pada Kyungsoo walau aku tahu, Taemin pasti memalsukan senyumnya.

   Namun Taemin makin lama makin tampak tak senang, ia menuruni mejanya dan pergi meninggalkan kami. “Tamin kenapa?,” Tanya Kyungsoo. “nggak tau. Oh ya namanya Taemin bukan Tamin,” aku tersenyum tipis. “dia cantik,” ucap Kyungsoo polos. Aku tertawa dan memukul pundaknya pelan. Kyungsoopun ikut tertawa.

**

Waktu istirahat tiba. Kyungsoo pergi ke kantin bersama teman barunya yang lain. Sedangkan Taemin pergi ke kantin bersama pacarnya yang bernama Minah. Banyak siswa yang menyukai Minah, namun Minah memilih Taemin untuk menjadi kekasihnya saat ini. Minah dan Taemin memiliki banyak kesamaan. Ya makanya mereka jadian.

   Saat memakan bekalku, aku melihat Minah berjalan cepat sambil menutupi matanya dengan tangannya. Selanjutnya, aku melihat Taemin mengejarnya namun menyerah. Taemin memasuki kelas dan duduk di sebelahku. Ia terlihat akan menangis. Sepertinya mereka baru saja putus.

“Kai… Minah… Kai…,” ujar Taemin. Ia gemetar sambil menahan air matanya.

“Minah? Minah kenapa?”

“dia mutusin gue Kai…”

Kan gue bener… “yaudah Tem. Sabar ya, cewek kan bukan Minah doang”

“tapi Minah itu beda! Lo tau sendiri kan gue sayang sama dia kayak gimana?”

“emang kenapa dia minta putus?”

“dia bilang gue udah nggak sayang sama dia kayak dulu. Terus dia bilang gue suka modusin cewek lain!” jawabnya, emangsih lo suka ngemodusin cewek lain, Tem. Wkwk.

Aku nyabarin Taemin. Walaupun kayaknya nggak ngebantu, “sabar… lo kan cowok. Yang kuat dong,” kataku.

**

Pas pulang sekolah, aku jalan bareng Taemin ke McDonald di depan sekolah bersama teman-teman kami yang lain. Kami mempunyai squad yang bernama “The Popular” karena memang anggota squad kami itu hanya siswa-siswa yang popular.

   Saat memasuki McDonald, kakiku langsung gemetaran. Rasanya aku ingin menarik Taemin dan yang lainnya keluar. Karena asal kalian tahu, aku ngeliat Kyungsoo lagi duduk berdua sama Minah. Aku nggak tahu lagi nasib Kyungsoo nantinya gimana.

   Taemin berjalan menuju tempat Kyungsoo dan Minah duduk. Menggenggam tangan Kyungsoo dengan keras dan memaksanya berdiri dengan kasar, “hai Kyungsoo.” Kemudian ia melirik Minah yang pandangannya tertuju pada tangan yang ia kepalkan, “jadi lo mutusin gue gara-gara anak baru ini? Ia hah!?.” Minah hanya terdiam, begitu juga dengan Kyungsoo. Kemudian Taemin memukul Kyungsoo sampai anak baru itu terjatuh di lantai.

   “woy!,” aku berteriak, berharap Taemin berhenti memukuli Kyungsoo. Aku berjalan menuju arah mereka, mengangkat Kyungsoo berdiri dan menatap Taemin dengan pandanganku yang sedikit tegas, “nggak ada gunanya lo mukulin dia. Lagian ini tempat umum bro. Mending kita keluar aja.”

   Taemin mengepalkan tangannya. Aku tahu dia sangat marah tetapi berkelahi (apalagi di tempat umum) itu sangat tidak baik. Aku juga bertanya-tanya sendiri kenapa Minah langsung jalan berdua dengan Kyungsoo sehabis putus dengan Taemin. Apakah mereka punya masa lalu? Atau Minah yang hari ini langsung naksir Kyungsoo begitu saja? Entahlah. Itu hanya perkiraanku.

   “biar mereka mampus,” ucap Taemin. “apa?,” kataku. Ia menghela nafasnya, menatapku dengan tatapan kosong dengan rambut hitamnya yang acak-acakan. “ketawan kan mereka. Minah juga, mutusin gue gara-gara anak baru itu. Hahaha,” ia membuat tawa palsu dan ya, aku tahu tawa itu palsu. Badan Taemin gemetaran, seperti akan roboh. Mukanya memerah, dan air dari matanya sedikit demi sedikit berjatuhan.

“Tem…,” kataku, memegang pundaknya.

“liat aja nanti kalian berdua,” Taemin menggeretakkan giginya.

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet