Chapter 1

Serenade

Seoul, 2013

 

 

 

 “Kim Nara yang mengudara, tetap di saluran yang romantic, untuk menikmati malam mu yang semakin larut, secangkir coffee dan lagu manis dari Ra.D untukmu.. Something Flutter, aku yakin semua akan merasa nyaman setelah mendengar lagu ini, aku akan kembali setelah lagu ini, selamat mendengarr… “ :D

 

 

 

 

Kota yang tidak pernah lelah untuk sibuk, dan beberapa kendaraan yang tetap halu lalang di jam seperti ini, ia hampir lupa kalau ia juga masuk dalam bagian itu, bagian yang tetap bekerja semalam.

 

 

 

“naeun…”

 

 

“naeun…”

 

 

Hah!
ia tersadar saat sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, ia menoleh degan cepat, kemudian menghela nafas. Menatap sosok lain sedang berdiri disampingnya sambil mengenggam sekaleng jus dingin. Mengelus pipinya sekilas.

 

 

 

“ aku pikir aku sedang di sentuh hantu.. onnie mengagetkanku…”

 

 

 

Chorong, gadis lebih tua itu segera duduk dan menatap naeun sambil mendengus sebal. Menatap naeun, gadis terpolos yang pernah ia kenal. Ia bahkan tidak protes saat harus lembur semalam ini. melirik tumpukan berkas didepannya.

 

 

 

“ kau tidak akan tidur disini kan?…”

 

 

 

Naeun mengangkat pandangannya, kemudian tersenyum, kembali mengapit pena di sela jarinya.

 

 

 

“ tersisa 2 berkas, akan terasa mudah kalau diselesaikan malam ini…”

 

 

 

“ itu mengapa aku tidak mau kuliah ekonomi…”

 

 

 

 

“ne?” naeun menatap chorong tidak mengerti, gadis lebih tua itu hanya tertawa sejenak, kemudian meneguk jus nya.

 

 

 

“ aku akan pulang duluan, suami ku sudah menunggu, jadi tidak lembur hari ini, aku tidak mungkin memintanya menjaga namjoo, ia sangat bawel belakangan ini, ia pasti lelah setelah seharian bekerja…”

 

 

 

Naeun tersenyum lebar. Ia senang mendengar chorong bahagia, bagaimana pun ia adalah sahabat terlama yang ia miliki, mereka mengenal sejak kecil, mereka tumbuh  bersama, melakukan banyak hal bersama, ia bahagia. Walau sebenarnya ia lebih bahagia kalau ia merasakan itu sendiri.

 

 

 

“ apa kau yakin, tidak akan ikut pulang…”

 

 

 

Naeun menggeleng, mengapit sedikit helai rambutnya  ke belakang telinga.

 

 

 

“ sedikit lagi, pulanglah…”

 

 

 

Chorong menghela nafas sejenak, baiklah, ia meletakkan jus yang masih terisi penuh didepan naeun,

 

 

 

“ jaga kesehatanmu, aku pulang… annyeong…”

 

 

 

Naeun melambai pada chorong yang berjalan menuju pintu keluar, kemudian menoleh lambat kearah berkas didepannya, penuh berkas, ia berbohong kalau tinggal 2 berkas, masih banyak. Tapi ini tanggung jawabnya, ia harus bekerja keras, ia harus menganggap semua ini menyenangkan, ia harus menyukai semuanya.

 

 

 

“fighting Sohn Naeun..”

 

 

 

======================

 

 

 

 

 

Jalanan Seoul masih ramai, 2 jam berlalu dari chorong meninggalkannya sendiri di kantor tadi, tidak sendiri, ada beberapa karyawan yang juga lembur, ia berjalan kearah halte pemberhetian bus menuju rumahnya, masih butuh 30 menit untuk benar-benar menunggunya, ia tidak akan naik taksi semalam ini, jauh lebih berbahaya, ada beberapa pekerja yang juga menunggu disini, ia tidak perlu takut untuk hal-hal yang membahayakan, menadahkan kepalanya kearah langit, untung tidak hujan, akan lebih repot kalau malam ini hujan, ia pasti akan berlarian tanpa payung, ia pasti akan basah kuyup dan kembali terlambat pulang kerumah. Sedangkan besok ia harus kembali bekerja. Seperti biasa.

Beberapa orang yang mulai menguap dan mengantuk, jam 2 tidak wajar lagi untuk bekerja, tapi Seoul, sangat wajar, pabarik akan tutup tengah malam, dan supermarket 24 jam pasti akan menyetock banyak pegawai, mereka akan pergi malam pulang pagi, atau pergi pagi pulang malam, merapatkan sela syalnya, semakin malam, jelas Seoul akan semakin dingin.

Menatap penasaran ke ujung jalan, kondektur halte bicara bus akan sedikit terlambat datang, insadong sedang melakukan festival akhir musim, ini pasti akan benar-benar lama. Ia melirik cemas kearah jam tangannya, jam 2 lewat 10 menit, ia tidak mungkin lebih terlambat, ia tidak punya waktu cukup untuk tidur, sedangkan ia meninggalkan 1 berkas lagi untuk di cek, kalau ia tidak menyelesaikannya besok pagi, itu akan bertambah menjadi 10 berkas.

Naeun menghela nafas pelan, ia harus naik taksi, memundurkan langkahnya dari halte dan berjalan beberapa block menjauh, karena taksi tidak akan berani berhenti didepan halte, mengapit beberapa berkas ditangannya, 8 tahun meninggalkan sekolah, ia masih memiliki pekerjaan rumah.

Akhir musim seperti ini, kedai pinggir jalan akan mulai buka dan memasang jajanan yang pedas dan panas, Seoul dengan musim dingin, mereka yakin kalau peluang pasar akan lebih besar, naeun hanya tersenyum sambil berjalan melewati beberapa kedai yang mencoba menawarinya untuk berhenti, cepat pulang dan istirahat adalah yang terpenting.

 

 

 

 

“ permisi… AHHHHH!”

 

 

 

BRAK!!

 

 

Ia yakin kalau ia sudah benar hati-hati dalam berjalan, ia merasa pinggangnya sedikit nyeri saat terjatuh  kebelakang, menatap tumpukan berkas yang untungnya sudah ia ikat rapi itu, ia segera berjongkok dan menumpuknya menjadi satu.

 

 

 

“ mianhae, aku tidak sengaja, apa kau tidak apa-apa, apa ada yang terluka…”

 

 

 

Naeun menggeleng, jemarinya menumpuk dan merapikan berkas tadi, ia pikir,kalau sekarang ia marah akan benar-benar membuang waktu.

 

 

 

“gwenchana.. aku tidak apa-apa…”

 

 

 

Naeun berdiri dengan cepat, tersenyum kecil.

 

 

“ lain kali, kau harus hati-hati, kau….”

 

 

 

 

Bagaimana menjelaskannya.

 

 

 

Namja didepannya mengenakan topinya dengan cepat dan menatapnya, sebelum senyumnya memudar perlahan dan mengerutkan alisnya dalam.

 

 

 

“ apa kita pernah bertemu…”

 

 

 

Kalau debaran itu.

Tidak berhenti.

 

 

 

Naeun menelan ludahnya pelan, ia menarik syalnya lebih erat.

 

 

 

“ ani.. aku merasa tidak apa-apa… permisi…”

 

 

 

 

Naeun membalikkan badannya, sambil menggigit bibirnya. Ia memejamkan matanya sambil berjalan pelan.

 

 

 

“sohn naeun…”

 

 

 

Langkahnya berhenti, dengan mata yang tiba-tiba terbuka cepat.

 

 

 

“ sohn naeun.. kau sohn naeun…”

 

 

 

Gadis itu menatap pelan kearah depan, dan mengerutkan alisnya dalam, jemarinya bergetar sambil meremas erat berkas didepannya, ia butuh pulang, istirahat.

Ia melangkah cepat, seiring dengan derap namja dibelakangnya, mengikuti, ia lebih cepat, maka namja itu lebih cepat, ia berlari, maka namja itu lebih menyusulnya.

 

 

 

“ Sohn naeun, berhenti, apa kau sohn naeun… benarkah?”

 

 

 

TAKSI.

Naeun merasa air mata keluar begitu saja, tanpa isakan ia berharap taksi tiba-tiba datang dan menjemputnya, ia tidak bisa lebih dari ini, suara namja itu benar-benar membuat telinganya sakit.

 

 

 

 

“ SOHN NAEUN!!!”

 

 

 

Ia tersenyum lebar, saat taksi tiba-tiba berhenti didepannya, sepasang kekasih baru saja keluar, dan ia buru-buru naik dan menutup pintu keras, ia menekan kunci dengan kencang, dan menatap kedepan, tidak perduli pada ketukan di pintu taksi yang begitu keras.

 

 

 

 

“ SOHN NAEUN!!!! SOHN NAEUN!!!!”

 

 

 

 

“ajhussi bisakah, kita pergi dari sini…”

 

 

Supir taksi tadi menoleh heran, dengan namja yang mengetuk pintu keras dan mencoba membuka pintu taksi dengan susah payah, kemudian melirik naeun yang menangis tanpa isakan.

 

 

 

“baiklah…”

 

 

Taksi berjalan pelan, sangat pelan, seiring dengan isakan naeun yang terdengar keras, ia menatap supir didepannya dengan perasaan bersalah.

 

 

 

“mian ajhussi, …..”

 

 

 

Ia tersenyum lebar “gwenchana, seorang akan menyakitkan kalau mencintai itu menyakitkan bukan…”

 

 

 

Naeun membekap mulutnya dan mengangguk, ia menutup mukanya sambil menangis. Supir taksi tadi hanya tersenyum dan tidak berminat untuk menanyakan  lebih pada naeun, ia hanya menghidupkan radio dan memutarnya dalam volume sedang.

 

 

 

=============

 

 

 

 

“ apa kau gila… berlari keluar van dan mengindahkan teriakanku…”

 

 

Menatap taksi berjalan meninggalkannya sendiri dan menghilang diujung jalan, ia merasa dadanya berdegup dengan kencang, lebih dari biasanya, ia memejamkan matanya.

 

 

 

“LEE TAEMIN!!!”

 

 

“LEE TAEMIN!!!”

 

 

 

“batalkan pertunjukkan…”

 

 

 

 

“’mwo?”

 

 

 

Namja tertua yang lebih tinggi darinya menatapnya dengan kaget, taemin, membenarkan topinya dan menatap kearah tanah sebelum melihat namja didepannya, kerumunan beberapa orang mulaia terlihat, ia tidak nyaman.

 

 

“ aku hanya sedang lelah… aku minta maaf……”

 

 

Ia membungkuk pelan, dan berjalan kearah berlawanan

 

 

 

“aku kau gila… TAEMIN!! TAEMIN…”

 

 

 

Saat namja itu menghentikan taksi dan masuk dengan cepat, sebelum taksi melaju meninggalkan namja itu dengan penuh kekesalan.

Lee taemin. Ck.

 

 

 

 

======================

 

 

 

 

Naeun hanya tersenyum kecil saat ibunya memberinya kecupan selamat tidur sebelum ia masuk kekamarnya dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu, menutup pintu itu dan menguncinya,

 

 

 

“ apa kita pernah bertemu…”

 

 

 

Air mata naeun menetes lagi, kali ini ia menyeka nya dengan cepat, kemudian memukulnya dadanya pelan.

 

 


ia tidak boleh merasakannya lagi,

tidak boleh.

 

 

Huks.

Naeun membiarkan tubuhnya terduduk dilantai, ia menekuk lututnya dengan cepat, ia menangis pelan, tapi bagaimana kalau ia tidak bisa menghilangkannya sedikit pun, bagaimana kalau ia masih bisa mengingatnya dengan baik.

Mengingat bagaimana rasa itu.

Mengingat bagaimana semua yang terjadi.

 

 

 

==============

 

 

 

 

“ gomawo….”

 

 

 

Taemin tersenyum saat kai menawarkan segelas coffee panas, ia pikir ia butuh untuk saat ini, ia hanya menatap kepulan asap itu dengan tatapan kosong.

 

 

 

“ kau sedang bertengkar dengan manager-nim?”

 

 

 

 

“huh?”

 

 

Taemin mendonggak, sebelum tersenyum “ itu akan terjadi setiap hari…”

 

 

 

Kai tertawa keras, ia meneguk mocca hangatnya perlahan, menatap jalan seoul dari balkon jendela apartemennya. Kota yang tidak akan pernah tidur.

 

 

 

“kai-shi?”

 

 

 

Namja berkulit gelap itu tidak memalingkan wajahnya, tapi mencoba meresapi sibuknya seoul semalam ini, dan mengindahkan kantuknya setelah taemin menekan bel apartemennya berulang kali.

 

 

 

“ sohn naeun…’

 

 

 

Kai menoleh cepat, ia nenatap taemin yang memejamkan matanya perlahan, sambil meremas jemarinya satu persatu.

 

 

 

“ apa kau… tau.. sekarang ia dimana?”

 

 

Membuka matanya dan menatap kai, yang sama sekali tidak menjawab, namja itu kemudian tertawa begitu keras, dan sangat keras.

 

 

 

“ kau masih mengingatnya? JINJA!!... itu bahkan 8 tahun berlalu taemin-nah? “

 

 

 

Kai menggeleng di sela gugupnya menegak moccanya yang hampir habis, taemin kemudian melemparkan pandangannya kedepan.

 

 

 

“ aku hanya ingin medengar sesuatu darinya… “

 

 

 

Ia tersenyum miris “ ia bahkan pergi sebelum mengatakan apapun…”

 

 

 

Kai mengeraskan rahangnya pelan, ia menghela nafas

 

 

 

“ lupakan dia…”

 

 

 

Taemin mengerutkan alisnya dan menatap kai cepat, wajah namja itu terlihat serius, ia menatap taemin lama, sampai ia tertawa meledek.

 

 

 

“ tidurlah, dan siap-siap untuk kembali besok. Fans mu akan kecewa kalau kau tidak membuat konfirmasi soal pembatalan pertunjukan mu hari ini…”

 

 

 

Kai berdiri sebelum mengambil coffee didepan taemin, ia lupa kalau namaj itu penyuka manis bukan sesuatu yang pahit, ia melangkah keluar kamar, meninggalkan taemin yang diam menatap keluar jendela, menatap seoul yang terlihat semakin padat.

 

 

 

Aku Sohn Naeun,

Dari Kelas 3 D,

Aku…

Aku..

Aku menyukaimu …

 

 

 

“Sohn Naeun....."

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rifkafikaa
#1
Chapter 2: Coba Ada lanjutannya :(
shafaanis #2
Chapter 2: update soon thor
kendra #3
Chapter 2: itu jangan jangan2 yg nemuin buku diary nya naeun sitaemin ,awal di mulainya history of taeun ><
kendra #4
Chapter 2: cepetan di lanjut yahhh ga sabar penasaran sama masa lalu taeun
noonalicious #5
Chapter 1: Wahhh
Tolong cepet di update authornim
Penasaran bgt ada apa sama mereka berduaa
Taeun taeun
blank16 #6
Chapter 1: aigoo... what will happen next?