Kedatangan Si Murid Baru

Panggil Aku Oppa~

 

                “YAH! Song Jieun!” Suara nyaring Mrs.Sandara memecah pikiran kosongku.

 

                “Jelaskan apa yang dimaksud dengan percepatan kondensor serta kegunaannya!” Pintanya sambil melihatku dengan tatapan penuh benci ala Sandara Park–seperti biasanya.

 

                “Mmm.. Kondensor adalah.. Uhm, adalah, untuk..” Ujarku terputus-putus, memutar otak untuk menjawab pertanyaan Mrs.Sandara.

 

                “Kamu tidak memperhatikan apa yang saya jelaskan panjang lebar, dan hasilnya apa? Kosong bukan? Ujian semakin dekat, Jieun. Kamu harus memusatkan perhatianmu pada pelajaran!”  Tegas Mrs.Sandara.

 

                Aku tidak bisa menjawab apa-apa lagi selain melihat kelas yang sedang melihatku seakan aku menjadi pusat perhatian dengan tatapan kosong. Kudengar beberapa teman perempuan saling berbisik, dan yang laki-laki melihatku dengan tatapan mengejek, juga ada yang tertawa kecil.

 

                “Mianhamnida..” Ucapku maaf sedikit berbisik, kutundukkan kepalaku dengan rasa malu menyelimuti pikiranku.

 

                Pabbo Jieun! Harusnya kau tidak melamun lagi! Batinku kesal pada diriku sendiri.

 

                Belum sempat Mrs.Sandara melanjutkan pidatonya padaku, pintu kelas terbuka. Seketika semua perhatian tertuju pada figur yang tidak familiar berdiri didepan pintu kelas.

 

                Akhirnya, gomawo orang asing. Kamu menyelamatkanku dari Mrs.Sandara. Batinku seraya ku menghembuskan nafas dengan lega.

 

                Orang yang berada didepan pintu itu segera membungkuk hormat pada Mrs.Sandara dan berjalan masuk ke kelas.

 

                Siapa dia? Setahuku, anak baru masuknya dipagi hari, tapi ini sudah jam 10. Apa anak baru diperbolehkan telat selama itu? Batinku, bertanya dan terus melihat si anak baru.

 

                “Oh, Daehyunnie, akhirnya kamu datang! Perkenalkan dirimu, ne?” Pinta Mrs.Sandara pada si anak baru, 180o berganti mood dari kesal mendadak jadi cerah.

 

                Yang aku herankan adalah, mengapa Mrs.Sandara memanggilnya ‘Daehyunnie’? Apakah mereka saling kenal?

 

                “Annyeonghaseyo, Jung Daehyun imnida..” Ucap si anak baru–atau aku bisa panggil, Daehyun?

 

                “Arraseo, Daehyunnie kau bisa duduk dibangku kosong dekat Jieun.” Ujar Mrs.Sandara sambil menunjuk ketempat duduk kosong sampingku.

 

                Mwoh?! Disampingku?  Batinku menutupi kekagetanku.

 

                Daehyun membungkuk hormat pada Mrs.Sandara sekali lagi lalu berjalan kearahku, dia berhenti sebentar didepanku, lalu mengedipkan mata kanannya dan tersenyum menyeringai kepadaku.

 

                Aku hanya membalasnya dengan tatapan sinis, membiarkan teman-teman sekelas lainnya saling berbisik, mungkin tentang aku dan Daehyun, mungkin.

 

                Anak baru kok sombong. Batinku sambil menghindarinya dengan menatap ke luar jendela kelas.

 

                Pelajaranpun berlangsung secara tidak nyaman–bagiku. Daehyun selalu menggangguku entah dengan sengaja menyenggol sikuku, menarik rambutku saat aku sedang konsentrasi, bahkan menginjak kakiku, walaupun tidak terlalu keras.

 

                Jika ditanya apakah aku marah karena ulah Daehyun, sudah jelas sekali apa jawabannya. Rasanya ingin aku beri dia pelajaran dengan tendangan Taekwondo. Iya, kebetulan aku sudah sabuk hitam. Andai saja dia tau, pasti dia takut untuk menggangguku lagi.

 

                Untung saja bel istirahat menyelamatkanku, langsung saja aku bergegas keluar menuju kantin, segera menemui sahabatku, Kim Hana. Sudah tidak sabar rasanya aku ingin mengeluarkan unek-unekku tentang si anak baru, juga memakan bekal kimbap yang sudah dipersiapkan Eommaku tadi pagi.

                “Tch, anak baru menjengkelkan.” Bisikku sendiri saat perjalanan menuju kantin.

               


 

                “Jieun-ah, dia kan cuma iseng!” Ujar Hana sambil tertawa dan menyenggol bahuku dan mengedipkan matanya berkali-kali seakan mengejekku, atau memang bisa dibilang iya.

 

                “Yah! Kamu kan sahabatku, mengapa kamu malah memihak Daehyun! Aish sama saja kalian ini..” Kataku sambil melahap kimbapku dengan lahap–yaa, mungkin agak sedikit terlalu lahap. Lapar, sih. Aku tak sempat sarapan tadi pagi.

 

                “Bukan begitu, kamu saja yang tidak bisa diajak bercanda! Lagian, Daehyun itu lumayan ganteng tau..” Ucap Hana sambil tersenyum sendiri.

 

                “Dia? Ganteng? Ew, mending juga Youngjae oppa, sudah pintar, jago nyanyi pula!” Kataku seketika semangat setelah mengingat lelaki idaman dari kelas sebelah.

 

                Lalu suara berat menyambar ke percakapan kami, ternyata Jaejoong yang dari tadi berada dibelakang kami dan menahan diri untuk tidak menertawakan kami.

 

                “Dasar, perempuan. Hobinya gosip terus-menerus~” Ejek Jaejoong menggelengkan kepalanya.

 

                “Biarin! Daripada tukang nguping?” Balasku sambil menjulurkan lidahku padanya.

 

                “Kalian saja yang kalo lagi nge-gosip volumenya tinggi. Ckck..” Ujar Jaejoong dan seketika berjalan menjauh dari kami dan duduk di meja tempat teman-temannya berkumpul.

 

                Rrrrriiiingggg~ Rrrriiiiinnnggggg~~

 

                “Aish! Mengapa istirahatnya terasa sebentar sekali?” Keluhku sambil menata kembali lunch-box ku.

 

                “Persiapkan dirimu untuk menghadapi Daehyun, Jieun-ah~” Seru Hana sambil melambaikan tangannya kepadaku, berlari kecil menuju kelasnya. Sayang sekali aku tidak satu kelas dengan Hana.

 


 

                “Arraseo, anak-anak buka halaman 78 buku Matematika kalian!” Pinta Mr.Jongin.

 

                Kutelusuri buku Matematikaku sampai kurasa ada jari yang menyentuh pundakku berkali-kali. Setelah kutengok ternyata adalah si anak baru yang tersenyum polos sambil meletakkan sebuah kertas ke mejaku.

 

                Kulihat Daehyun dengan tatapan bingung tetapi dia membalasnya dengan senyuman sombong andalannya lagi.

 

                “Psh, dekat saja harus pake surat.” Sindirku sembari membaca isi kertas darinya.

 

Hey:p

 

                “Jinjja?! Itu saja?” Bisikku bertanya tidak percaya, hanya sebuah ‘hey’ dengan jarak sedekat ini ditulis menggunakan kertas seperti surat?

 

                Aku menatapnya heran sementara dia mengacuhkanku dengan menyibukkan diri menulis sesuatu dibuku catatannya.

 

Apa maumu, anak baru? ¬_¬

 

        Kuletakkan kembali kertas itu ke mejanya lalu kembali mengonsentrasikan diri terhadap apa yang dijelaskan Mr.Jongin. Namun tak lama kemudian sepucuk kertas muncul di mejaku.

 

Aw, itu terdengar menyambut-_-

Panggil aku Daehyun O P P A.

 

        Mwoh?! Oppa? No way! Batinku sembari menulis balasan untuk suratnya.

 

Aku kan baru saja mengenalmu, jangan sok kenal deh.

 Menjengkelkan!><”

 

        Kudengar Daehyun tertawa kecil setelah membaca suratku.

 

        Orang seperti dia tidak pantas dipanggil Oppa. Batinku seraya memutar bola mataku dengan bosan.

 

        Rrrrriiiinnnggg~ Rrrriiiinngggg~~

 

         Kuhembuskan nafas dengan lega setelah mendengar bel berbunyi.

 

                Finally, waktunya berpisah dengan si anak baru. Batinku sambil mengemas buku-buku dan alat tulisku ke dalam tas. Tiba-tiba aku merasa sesuatu mencolek pundakku dan sudah kuduga, pasti Daehyun.

 

                Daehyun memberiku balas suratnya namun aku hanya meremas secarik kertas itu lalu melemparkannya tepat ke jidat Daehyun. Mungkin aku terlihat tidak sopan dan jahat, tetapi mau bagaimana lagi? Daehyun sendiri yang mengawali perkenalan pertama kita secara buruk, dan untuk seterusnya akan berlanjut buruk.

 

                Kudengar tawa kecil Daehyun sembari aku berjalan keluar kelas.

 

                Pft, diatosin pun masih menertawakan. Batinku sambil melanjutkan jalanku menuju locker untuk meletakkan beberapa barang yang mungkin tidak perlu aku bawa pulang karena masih dibutuhkan di hari dekat.

 


 

                Kubuka lockerku dengan kode yang benar dan mulai menaruh beberapa buku, sekalian bercermin sebentar hanya untuk mengecek penampilan.

 

                Aku benci mata panda. Batinku sambil menutup mataku dan menggelengkan kepalaku. Seharusnya aku tidak tidur terlalu larut malam hanya untuk menyelesaikan membaca novel baruku itu.

 

                Tanganku menjelajahi isi seluruh locker dengan malas untuk mencari kunci rumah tetapi berakhir dengan mataku yang terbelalak kaget saat tidak dapat menemukannya. Dengan panik aku mengobrak-abrik isi lockerku lagi, namun tidak ada hasilnya, kunci rumahku tetap saja tidak dapat ditemukan.

 

                Aku banting tutup lockerku dengan putus asa, namun tersentak kaget ketika melihat wajah familiar yang sangat dekat jaraknya denganku.

 

                “D-Daehyun!?” Seruku kaget.

 

                “Mencari ini?” Tanya Daehyun dan mengambil sesuatu dari saku celananya.

 

                Mataku terbelalak saat melihat kunci rumahku yang bergantungan kunci ‘Blackjack’ berada digenggaman tangannya.

 

                “Dari mana kau dapatkan ini? Kau pasti bertujuan aneh-aneh?! Ngaku saja!” Sentakku sembari merebut kunci rumahku dari tangannya dengan paksa.

 

                “Bisakah kau sekali saja tidak ber-negative-thinking terhadapku?” Tanya Daehyun dengan suara serius dan matanya yang tertuju tepat menatapku. Dengan terlihat pasrah, ia membalikkan badannya dan memulai langkah pelan menjauh dariku, dengan kepala tertunduk.

 

                Apa aku terlalu kasar padanya? Apa dia hanya bermaksud mengembalikan barang milikku? Batinku sambil melihatnya terus melangkah menjauh.

 

                “Y-yah! Daehyun..” Panggilku pelan, aku pikir Daehyun tidak mungkin bisa mendengarnya, tetapi dia memberhentikan langkahnya tiba-tiba.

 

                Mungkin memang aku terlalu kasar terhadapnya, padahal ini baru hari pertama pertemuan kita. Haruskah aku minta maaf? Banyak sekali pertanyaan yang berlari-lari dipikiranku, untuk memastikan langkah selanjutnya tentang apa yang harus kukatakan pada Daehyun.

 

                “Jeongmal, mianhae, Daehyunnie..” Akhirnya perkataan maafku terselip dari bibirku. Aku merasa lega tetapi juga menyesal secara bersamaan. Karena memang dialah yang pertama kali membuat imagenya sendiri seakan sombong dan jail terhadapku, aku selalu mengasarinya sebagai balasan.

 

                Mungkin kita bisa berteman secara normal setelah ini? Mungkin.. Pikirku sembari bermain dengan jari-jariku, menunggu respon dari Daehyun.

 

                “Untuk apa?” Tanyanya dingin, masih membelakangiku.

 

                “Untuk..uhmm.. Apapun?” Jawabku ragu.

 

                “Kau bertingkah aneh.” Ujar Daehyun sambil membalikkan badannya, melihatku dengan tatapan yang aku tidak bisa membaca apa maksudnya.

 

                “Gara-gara kau.” Ucapku sambil menundukan kepalaku lebih rendah.

 

                “Aku? Kau tak harus minta maaf.” Kata Daehyun sambil berjalan mendekatiku.

 

                “Jinjja?” Tanyaku untuk memastikan, aku pikir dia akan marah padaku.

 

                “Tapi ada syaratnya.” Ujarnya, dan seringai licik itu kembali terbentuk dibibirnya.

 

                Oh tidak, dia akan kembali ke Daehyun yang biasanya. Pikirku sambil mengernyitkan dahiku, menunggu Daehyun untuk memberitahuku syaratnya.

 

                “Panggil aku, O P P A. Daehyun, oppa.” Ucap Daehyun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, jari telunjuk kanannya mencolek dahiku, sambil menyeringai sombong.

 

                “Yah!! Aku sudah bilang aku tidak mau!” Sentakku sambil mendorong bahunya menjauh dariku.

 

                Daehyun hanya tertawa dengan itu tiba-tiba ia membalikkan badannya membelakangiku dan menjulurkan tangan kanannya kebelakang, tepat didepanku.

 

                “Apa?” Kutanya heran.

 

                “Akan kuantar kau pulang.” Ucapnya santai, masih dengan tangan menjulur, menungguku untuk menjawab tawarannya.

 

                “Tidak terimakasih, aku bisa pulang sendiri.” Cetusku sambil berjalan mendahului Daehyun dan meninggalkan sekolah, mengacuhkannya.

 


 

                Selama perjalanan pulang, terik matahari menyinari dengan kuat, membuatku kepanasan dan rasa haus menyelimuti tenggorokanku.

 

                “Kebetulan sekali, minumku habis.” Ucapku sendiri sarkasme.

 

                Namun bagaimanapun aku tetap berjalan pulang menuju rumahku, yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari sekolah, tetapi entah mengapa perjalanan hari ini terasa sangat lama, dan melelahkan.

 

                Pengelihatanku mulai sedikit kabur akan terik matahari yang tetap menyengat dan menyilaukan mata, secara perlahan rasa pusing menyerang kepalaku.

 

                “Aish! Mengapa siang ini panas sekal—OOWWW!!“ Teriakku sesaat setelah aku merasakan rasa sakit yang luar biasa pada pantat dan lututku.

 

                “YAH! Kalo jalan lihat-lihat dong!” Seruku tanpa mengetahui sebenarnya kepada siapa aku berteriak.

 

                Belum sempat aku mencoba berdiri, aku merasakan dua tangan kuat membantuku menyeimbangkan badanku. Sempat kulihat sekilas pada lututku yang berdarah, membuatku ngeri akan melihat cairan merah itu.

 

                Baru saja aku akan mengucapkan terimakasih pada siapa yang membantuku berdiri tetapi mataku terbelalak kaget setelah melihat wajah sang penolong.

 

                “D-Daehyun?!” Tanyaku tidak percaya.

 

                Bagaimana dia bisa ada disini?! Pikirku sambil mencoba berdiri dengan tegak namun rasa sakit dilututku melarangku untuk berjalan dengan benar.

 

                “Untung aku mengikutimu, kalau tidak, kau akan berteriak dan tidak akan ada yang menolongmu seperti  ini.” Ucapnya dingin seraya meletakkan tanganku di pundaknya, membantuku disetiap langkah aku ambil.

 

                “M-maaf?” Kataku dengan pelan, karena bagaimanapun aku harus berterimakasih padanya.

 

                “Hm.” Daehyun merespon maafku dengan dingin namun terus menuntunku jalan, membuatku memutuskan untuk diam dan tidak mencaci makinya kali ini.

 

                “Ngomong-ngomong, mengapa Mrs.Sandara memanggilmu ‘Daehyunnie’? Apa kalian saling kenal?” Tanyaku tiba-tiba untuk menghilangkan rasa canggung.

 

                “Mrs.Sandara adalah tanteku.” Jawabnya singkat.

 

                “Oh begit—Hey stop! Kita sudah sampai.” Seruku sambil melepaskan tanganku dari pundaknya, berjalan menuju pintu dengan pincang.

 

                “Gomawo, Daehyun..” Ucapku lembut sambil memainkan ujung rambutku, entah mengapa aku sangat merasa—bisa dibilang—gugup?  

 

                Ia tidak menjawab terimakasihku tetapi melangkah mendekat kepadaku tiba-tiba, membuatku tersentak dan berpegangan erat dengan daun pintu dibelakangku sambil melompat kecil kebelakang, karena lututku yang masih sakit.

 

                Eottohkae!? Pikirku panik, tetapi Daehyun justru semakin memperkecil jarak antara kita, memamerkan seringai liciknya, lagi.

 

                Apa yang ada dibayanganku hanyalah adegan-adegan di Drama Korea yang biasa aku tonton, setelah sang lelaki mengantar sang perempuan pulang, sang lelaki akan mencium sang perempuan sebelum mereka berpisah. Tetapi kali ini adalah, aku dan Daehyun yang sedang berada diposisi itu.

 

                “Daehyun? Bukankah ada yang kurang?” Tanyanya sambil berbisik, jarak kami semakin dekat dan dekat bahkan jika bisa diukur hanya berjarak 10cm saja.

 

                Aku pun semakin susah untuk berkata-kata, matanya yang melekat tajam padaku dan kedekatan kami benar-benar membuatku hilang pikiran.

 

                “D-Daehyun..O-opp—“ Sebelum aku dapat mengucapkan namanya seperti apa yang selalu ia minta, tiba-tiba semua menghilang dan berubah menjadi hitam legam.

 


“Oppa!!!”

 

                Badanku tersentak kedepan sehingga mengubah posisiku dari tiduran menjadi duduk. Nafasku terasa sangat berat seakan aku habis saja menyelesaikan sesi lari 5 putaran mengelilingi halaman sekolah.

 

                Aku membuka mataku lebar-lebar dan tidak lama kemudian aku sadar jika aku berada diruangan paling familiar, kamarku.

 

                Dapat kurasakan tetes demi tetes keringat yang mengalir ditubuhku.

 

                Sampai realita menyadarkanku, bahwa semuanya hanyalah mimpi.

 


 

                Kupercepat langkahku—atau bisa dibilang lariku menuju sekolah. Hari ini aku bangun kesiangan dan sudah pasti telat untuk sekolah. Selagi berlari, aku masih berfikir tentang mimpi yang baru kudapat tadi pagi, semuanya terasa nyata, sama seperti hari ini.

 

                “Daehyun? Tch.” Bisikku meyakinkanku sendiri untuk tidak percaya dan tidak memikirkan tentang mimpi itu lagi, kupercepat langkahku menuju sekolah dan guru yang menanti untuk memarahiku karena telat.

 

                Kurang dari 5 menit kemudian aku sudah sampai didepan gerbang sekolah, untung saja gerbang belum ditutup. Segera saja aku bergegas masuk kekawasan sekolah, menuju kelasku.

 

                Saat kulewati lorong kelas, suasananya sangat sepi, membuatku yakin kalau aku benar-benar telat kali ini.

 

                Sesampainya didepan pintu kelas, aku ambil beberapa nafas panjang sebelum menyentuh daun pintu dan membukanya.

 

                Dahiku mengernyit saat melihat sosok yang aku kenal—tetapi juga seakan aku belum pernah lihat sebelumnya.

 

                “Song Jieun, kau telat 15 menit! Sebagai gantinya, temani murid baru kita—Daehyun, untuk berkeliling sekolah!” Seru Mrs.Sandara sambil bersideku.

 

                Aish! Tuh, kan! Seharusnya aku tidak telat, aku harus menemani Dae—SIAPAAA?! Pikirku sembari si murid baru membalikkan badannya kearahku dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman denganku.

 

                Mataku terbelalak seketika mengingat wajah si murid baru ini, membuatku membeku selama beberapa, mulutku ternganga, benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

 

                “D-daehyun?!” Akhirnya hanya itu yang dapat aku lontarkan dari mulutku, melambaikan telapak tanganku didepan wajah familiar tersebut, memastikan jika Daehyun yang ini pasti hanyalah ilusi atau perasaanku yang melebih-lebih akibat mimpi semalam.

 

               Semua murid juga Mrs.Sandara melihatku seakan aku orang dengan jiwa yang tidak sehat, tetapi itu tidak terlalu kupirkinkan, karena Daehyunlah yang sedang mengisi sekaligus mengosongkan pikiranku sekarang ini.

 

 

                “Panggil aku, Daehyun Oppa.” Ujarnya seraya seringai sombong terbentuk dibibir si murid baru.

 

 

 

          TIIIDAAAAAKKK!!!!!!

 

 

 

End~

 

 

 

How was it? HAHAHAHA nggantung ye?

Daehyun: "Kesian amat sih bu~ "

XD /kabur/

 

 

NUMPANG NGIKLAN YE~

You can check another fanfiction of mine~

"Love. Hate. Love."

Mainly staring Zelo&Cheska, Yongguk, Hoya, Lime, B.A.P, Infinite, Fiestar and another group as well.

 

 

Thanks for reading! Hope you can comment how do you think of this or maybe subscribe if you like it:3 I don't expect anything much though.-.

 

Daehyun loves you~

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
uXknowme
#1
Chapter 1: GANTUNG!! Aaaaaa
xxuelily #2
Chapter 1: bagus min. aku suka warna ceritanya. tapi kalau aku kasi saran, itu di buat sequel aja min. biar greget(?)