Love College

Love College

[At Luna's house]

"Eoommmaaaaaa" Luna mengagetkan ibunya yang tengah memasak.

"Ada apa, Eoma ada di dapur" sahut ibunya.  Luna berlari ke dalam dapur dan menyerahkan beberapa helai kertas yang berasal dari Seoul yang ia terima tadi lewat tukang surat.

"Wae eoma?" tanya Luna. Tampaknya ibu Luna terlihat agak bingung,

"Eoma tidak bisa membaca ini tanpa kacamata " kata ibu Luna

"Ya, Eoma mengapa kau selalu bertingkah seperti ini, selalu membuatku takut" kata Luna. Segera setelah itu Luna mengambil kacamata ibunya yang tergeletak di atas meja.

Luna segera menyerahkan kepada ibunya, Ibu Luna mencermati setiap tulisan di atas kertas itu. Tiba-tiba dipeluknya Luna dengan erat. Luna mulai menjatuhkan air matanya, air mata kebahagian dan air mata kesedihannya. Menyadari hal itu, bu Luna menanyakan hal itiu kepada anak semata wayangnya.

"Eoma, kalau aku pergi ke Seoul siapa yang akan menemanimu disini, siapa yang akan membantumu di Salon Pak Kim? Lalu disaat kau sakit siapa yang mengurusmu, isak Luna.

" Anak kusayang berhentilah menangis, kau tak usah khawatir lagipula sekalipun aku sendiri disini, Eoma yakin ayahmu akan selalu mendampingi Eoma da kau disini, dihati kita. Lagipula Tuhan aku selalu beserta kita, jadi kau jangan takut ya?" sahut Ibu Luna

Ibu Luna menghapus air mata Luna dan mereka berdua kembali melanjutkan memasak.

Malamnya Ibu Luna pergi ke tempat telepon umum, dikeluarkannya uang recehan da memulai menekan angka secara berurutan.

"Annyeong, bisa bicara dengan Nyonya Lee Hye Jin?"

"Ya, ini saya sendiri, ini siapa?"

"Aku Shin Chae Rin." sahut Ibu Luna.

"Ya, Chae Rinah apa kabar, sudah lama sekali kita tidak berhubungan ?"

"Aku baik-baik saja, kau sendiri bagaimana?"

"Aku sangat baik, apalagi setelah kau meneleponku, ngomong-ngomong ada apa kau menghubungiku?"

"Aku mau minta bantuanmu, bolehkah??"

"Ya, aku selalu ingin menolongmu tapi lihat kau selalu menolaknya."

"Mianheyo, tapi aku benar-benar ingin meminta pertolonganmu, ."

"Kau sedang sakit atau kekurangan uang? " tanya Mrs. Lee Hye Jin

"Tidak ini bukan tentangku, tapi anakku Luna?"

"Ada apa dengan Luna, dia tidak apa-apa kan?"

"Tidak, hanya saja dia baru diterima di Seoul University !"

"Jinjja, aku turut senang, dia memang pandai seperti ayahnya. Jadi apa keluhanmu?"

"Begini minggu depan ia harus ke Seoul, tapi aku khawatir dimana ia harus tinggal sedangkan aku tak tahu banyak tentang Seoul."

"Ya, kau ini kalau begitu dia tinggal dirumahku saja?

" Bu-bukan itu maksudku, hanya saja bisakah kau mencarikan kost untuknya ?"

" Ya, Luna itu perempuan, mana bisa kau membiarkan dia seorang diri. Lagipula kalau Luna tinggal dirumahku akan ada yang menemaniku  ?"

"Myungsoo?"

"Anak itu terlalu sibuk dengan dirinya, jadi bolehkah Luna tinggal dirumahku? ".

"Tentu, kau temanku yang paling baik bagaimana caranya aku berterima kasih ".

"Kau tak perlu berterima kasih, justru aku akan sangat senang bila ada Luna disini. Suamiku pun akan senang."

"Sekali lagi, aku berterimakasih Hye Jinah, "

" Ya, ini sudah larut malam, sebaiknya kau tutup teleponnya, kau perlu istirahatkan."

" Kau juga Hye Jinah, kau pasti lelah, annyeong".

" Annyeong".

Ada perasaan bahagia diantara mereka berdua. Ibu Luna pulang, dilihatnya Luna tengah tidur, ia membelai Luna dan kemudian mecium keningnya".

 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

[2 hari kemudian]

Setelah selesai membantu ibunya bekerja di Salon, dia meminta izin keluar sebentar. Luna menyusuri jalan setapak kemudian ia masuk kesuatu tempat, ia berhenti di nisan ayahnya, Ia mulai menitikkan air matanya.

"Appa, minggu depan Luna akan ke Seoul, Luna minta restu supaya Luna selamat sampai Seoul dan sukses di Seoul, Appa Luna juga minta tolong jaga eoma ya, jangan biarkan eoma sedih dalam kesendiriannya.  Luna sangat menyayangi Appa, Luna berjanji akan membahagiakan eoma, Luna tidak tega melihat eoma membanting tulang setiap hari demi Luna. Appa Luna pergi dulu ya." 

Luna bangkit berdiri, ia kembali berjalan pulang, ditengoknya sekali lagi nisan ayahnya. Ia tersenyum dan kembali jalan meyusuri jalan setapak itu untuk kembali pulang.

[ 1 minggu kemudian]

"Sudah siap, Luna apa kau siapa juga." tanya Ibunya

" Sebentar lagi eoma".

"Eoma sudah merapikan semuanya, ada lagi yang kau perlukan?" tanya ibunya

"Ini sudah cukup eoma, terima kasih."

"Ayo kita berangkat!" ajak Ibunya.

Jarak dari Busan sampai ke stasiun terdekat memerlukan jarak 15 menit. Mereka pergi bersama tetangga baik mereka. Sepanjang perjalanan mereka bersenda gurau, namun raut muka Luna seakan tidak rela meninggalkan kota kelahirannya itu.

" Kita sudah sampai di stasiun, wah betapa ramainya." kata ibunya

" Nuna, mengapa muka nuna begitu apakah nuna tidak senang pergi ke Seoul." sahut  Chun Ji anak tetangga mereka yang berumur 3 tahun itu.

" Tidak, hanya saja nuna sangat sedih karena harus meninggalkan Chun Ji disini."

" Benar juga, berarti Nuna tidak akan menemani Chun Ji bermain lagi."

"Tidak apa, nanti Nuna akan sering main kesini, kalau boleh Nuna akan mengaja Chun Ji jalan-jalan ke Seoul." sahut Luna

" Benarkah,  aku mau ke Seoul bersama Nuna nanti!" Chun Ji terlihat sangat bersemangat.

" Lihat itu keretamu Luna." sahut ibunya

" Iya, lihat itu Nuna, besar sekali ya." kata Chun Ji

"Eoma". tangis Luna kemudian memeluk Ibunya dengan erat.

" Wae, mengapa kau menangis, sudah eoma bilang kau jangan khawatir eoma akan baik-baik saja."

"  Luna kau jangan khawatir, bibi akan menjaga ibumu, bibi janji." ibu Chun Ji

" Iya, Chun Ji juga akan merawat bibi, jadi nuna jangan menangis lagi ."

" Terima kasih Chun Ji dan bibi." Luna memeluk mereka

" Luna!" sahut ibunya

" Ne eoma."

Ibu Luna memberikan sedikit uangnya serta sebuah kalung yang cantik kepada Luna.

"Ini akan berguna untukmu nanti."

"Tapi eoma,"

"Sudahlah, lihat keretamu akan segera beragkat."

Luna kembali memeluknya ibunya dengan erat. Ia berlalu untuk mendapati keretanya itu, dilihatnya sekali lagi ke arah ibunya. Ibunya melambaikan tangan, ia tersenyum dan melambaikan tangannya juga. Ia mencari tempat duduk yang berada dekat jendela, untuk melihat ibu dan tetangganya.

5 menit kemudian, berangkatlah kereta itu, Luna tersenyum sambil menitikkan air mata, ia melambai kearah ibunya sampai rupa ibunya tidak terlihat lagi.

 

 

 

 

----------------------------TO BE CONTINUED---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet