Safe and Sound

Safe&Sound; [INDONESAN]

 

                Sore itu, Sunggyu kembali menapakkan kakinya ke taman – sendirian. Ya, sendirian seperti beberapa minggu terakhir setiap kali ia kesana. Sebenarnya, ia rindu akan seseorang yang selalu bersama di sisinya kemanapun ia pergi, orang yang sangat ia cintai, meskipun Sunggyu kini sudah tak bersamanya, pria itu tidak lain adalah Nam Woohyun.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                “Hyung?”

                “Hm, Woohyun-ah?”

                “I Love You..

                Ucap Woohyun yang kemudian mencubit pelan hidung Sunggyu. Pipi Sunggyu memerah setiap kali Woohyun berkata seperti itu. Ia seharusnya sudah terbiasa. Namun, semakin sering ia mendengar Woohyun mengucap kata-kata itu, semakin berbunga-bunga hatinya.

                Seperti biasa, sore ini mereka kencan di taman. Mereka selalu berjanjian untuk bertemu di taman. Woohyun meng-sms Sunggyu terlebih dahulu ‘HamGyu sayang, aku tunggu di kursi taman biasa jam 4 sore. Saranghae’. Kemudian Sunggyu melangkahkan hatinya dengan senang hati ke taman itu. Ia tidak pernah, dan tidak akan bosan untuk bertemu dan melihat wajah kekasihnya itu, Nam Woohyun.

*BZZZ!*

                Telefon genggam Woohyun bergetar, menandakan adanya pesan masuk. Ia membukanya dan kemudian ia menunjukkan wajah panik. Isi pesan itu singkat, dari Myungsoo yang mengingatkan bahwa ini sudah waktunya untuk Woohyun pergi ke rumah sakit untuk check-up yang memang sudah dijadwalkan oleh Dr.Myungsoo. seketika Sunggyu memasang wajah kesal.

                “Yaa! Nam Woohyun! Apa? Kau mau meninggalkanku lg eoh? Sekarang mau kemana kau? Selalu ada saja alasanmu untuk meninggalkanku sendirian disini!”

                “ah, Gyu hyung, bukan itu maksudku… aku tidak mungkin tidak pergi kali ini..”

                “Apa lagi, sih?! Selalu begini. Seminggu ini kau semakin sering mengajakku ke taman, namun ditengah saat kita berduaan seperti ini kau pergi begitu saja. Ada apa, Woohyun? Kenapa kau tidak mengatakan kepadaku?!”

                “Aku tidak mungkin menceritakan semuanya kepadamu sekarang. Aku janji akan menceritakannya kepadamu. Tapi sekarang aku harus pergi. Maaf, Sunggyu-yaah!”

                Woohyun kemudian mencium lembut pipi Sunggyu lalu pergi meninggalkannya. Sunggyu lalu menarik nafas panjang, membuangnya, lalu bersandar di kursi taman. Setiap kali mereka berjanji untuk bertemu ditaman, selalu berakhir seperti ini – selama 2 bulan terakhir, tepatnya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                “Maaf Woohyun… aku telah mencoba untuk memecahkan masalah ini, namun sepertinya sudah menemui jalan buntu. Melihat hasil check-up mu kali ini… kurasa, waktumu tak akan lama”

                Kata-kata Dr.Myungsoo seakan menusuk hati Woohyun. Woohyun sudah menduga sebelumnya bahwa umurnya tak akan lama. Namun, apakah harus secepat ini ia mengetahuinya?

                “Kau punya… sekitar 2 minggu lagi”

                Dua minggu… ia masih punya dua minggu untuk berbahagia bersama Sunggyu.

                “kurasa… cukup, Hyun.”

                Woohyun melangkahkan kedua kakinya keluar rumah sakit. Dadanya terasa sakit sekali, karena mengetahui bahwa hidupnya tak lama lagi dank arena penyakitnya – ya, penyakitnya. Woohyun mengalami gangguan jantung. Ia terlihat normal namun didalamnya, jantungnya telah rusak. Dr.Myungsoo berkata, bahwa sebenarnya kelainan ini telah ia alami sejak lahir. Namun, penyakitnya semakin parah selama 2 bulan terakhir. ‘kau harus banyak-banyak istirahat’. Ya, tentu saja Woohyun harus. Ia juga harus menutup semua ini dari Sunggyu. Ia tak mau melihat Sunggyu gelisah.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Woohyun menjalani hari-harinya seperti biasa, bekerja, lalu sepulang itu, berkencan bersama Sunggyu. Namun, Woohyun merasa kencan hari ini berbeda. Ini adalah seminggu terakhir sebelum deadline Woohyun..

                “Hyunnie?”

                “hm? Ne hyung?”

                “Kau… terlihat pucat. Dan kurus. Dan berbeda. Kau jarang makan kah akhir-akhir ini?”

                Woohyun tersenyum “Haha tidak hyung, aku tidak apa-apa. Mungkin memang aku terlalu sibuk akhir-akhir ini jadi yaa kau lihat hyung”

                Ya, kembali Woohyun menutupi ini semua. Namun Woohyun sadar, waktunya tak lama lagi. Ia ingin Sunggyu untuk secara per-la-han mengetahui semuanya.

                “Gyu hyung? Apa yang kau lakukan jika aku pergi?”

                “menunggumu”

                “dan jika aku tak kembali?”

                Sunggyu membelalakkan matanya, seperti ingin berkata sesuatu, namun terdiam. Kemudian ia berkata lagi

                “ya aku akan terus menunggumu, pabo! Disini, sampai kau datang!”

                Woohyun tersenyum, menahan pedih di dadanya. Ia mengelus pipi Sunggyu, dan bersandar di bahunya.

                “Gyu hyung.. jika suatu saat nanti aku pergi, dan tak kembali, jangan lupakan kenangan-kenangan kita, ya. Aku ingin teteap menjadi yang satu dihatimu. Dan kau selalu menjadi yang satu di hatiku. Dan saat aku pergi, dank au sadar akan kepergianku, iringi aku dengan senyuman, ya”

                Sunggyu bingung atas apa yang dibicarakan Woohyun. Namun kemudian Woohyun membaringkan kepalanya dipaha Sunggyu dan berkata

                “Ah, hyung, aku lelah sekali. Aku mengantuk. Izinkan aku tidur sebentar disini, ya?”. Tak lama kemudian, Woohyun terlelap. Sunggyu tersenyum dan mengelus rambut namja kesayangannya itu.

                “I promise, Woohyun. I’ll keep those memories in my heart. And you’re forever my number one. aku tahu, suatu saat nanti pasti kita akan terpisah.  Namun aku berjanji, akan melaksanakan pintamu”. Sunggyu berkata pada dirinya sendiri sambil menatap Woohyun.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Sudah 5 hari Woohyun tidak member kabar, namun Sunggyu selalu menunggunya setiap sore ditaman. Woohyun tak kunjung muncul. Ia berfikir, apakah ia benar-benar pergi? Secepat ini? Mengapa? Ah.. Woohyunnie.. aku merindukanmu.

                Telefon genggam sunggyu bergetar, ada telefon. Sunggyu menjawabnya berharap itu Woohyun

                “Nam Woo-“

                “Kau Kim Sunggyu? Aku Dr.Myungsoo. cepat ke ruang 301 di rumah sakit. Ada sesuatu tentang Woohyun yang kurasa sudah saatnya kau harus mengetahuinya”

               Sunggyu mematikan telefon, kemudian berlari ke rumah sakit. Mencari kamar 301, dimana disana Woohyun berada.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                “Ia…. Mengalami gangguan jantung. Ia harus check-up 3 kali seminggu setiap sore. Namun, kondisinya tidak terkontrol dan memburuk. Lima hari yang lalu, ia tidak sadarkan diri di apartemennya. Aku yang menemukannya, karena aku dokter yang merawatnya. Aku membawanya kesini dan maaf, baru memberitahumu hari ini. Oh ya, satu hal lagi, Sunggyu..”

                Pipi Sunggyu telah basah oleh airmata. Teganya kau tidak memberitahukannya padaku, hyunnie..

                “ah, dia tidak ingin kau khawatir kepadanya, Gyu. Ia ingin kau selalu merasa bahagia dan senang saat bersamanya. Ia tidak mau kau sedih karena mengetahui ini semua..”

                “…dan, Woohyun.. usia Woohyun.. hanya tersisa… 1 hari. Besok, hari terakhirnya”

                DEG. Jantung Sunggyu berdegup kencang. Ia masih menggenggam tangan Woohyun yang sudah tak sadarkan diri dan menangis sekencang-kencangnya. Jadi, ini saat kepergianmu, Woohyun? Kau seharusnya memberitahuku lebih awal! Aku harusnya lebih memperhatikanmu, Woohyun. Setega ini kau padaku? Haruskah kau tutupi semua ini, Woohyun? Kau tahu ini menyakitkan?

                Dr.Myungsoo meninggalkan ruangan. Sunggyu terlelap sambil memegang tangan Woohyun. Berharap, Ia akan sadar secepat mungkin. Ia tahu, besok hari terakhirnya bersama Woohyun. Hanya 1 hari, mungkin kurang..

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Woohyun tersadar. Sunggyu masih menggenggam tangannya sambil terlelap. Ia menggerakkan sedikit tangannya, membuat Sunggyu tersadar.

                “Woohyunnie?!” Sunggyu setengah berteriak, berusaha memeluk Woohyun, meskipun terhalang oleh alat-alat dokter yang mengganggu itu.

                “aku merindukanmu. Kau tak perlu menjelaskan semuanya. Aku telah mengetahuinya. Ayo kita habiskan hari ini bersama. Hari terakhir kita, kan? Aku akan melakukan apapun yang kau minta. Ayo, Woohyun, habiskan hari ini bersama”

                Woohyun terdiam. Air matanya mengalir pelan. Ia tak sanggup meninggalkan Sunggyu. Hah, siapa pula yang sanggup meninggalkan orang yang paling dikasihi?.

                Sunggyu memanggil suster, untuk menaikkan Woohyun ke kursi roda. Sunggyu mengajaknya berjalan-jalan keliling taman rumah sakit, mengobrol berdua disana, bercanda, tertawa, mengulang kenangan-kenangan mereka saat masih bersama, menghabiskan hari terakhir Woohyun bersama..

                “gyu hyung?”

                “ne, woohyun-ah?”

                “ingat, iringi kepergianku dengan senyum, senyum kebahagiaan. Kebahagiaan karena kau telah bias membuatku menghabiskan sisa hidupku bersama dirimu. Kebahagiaan karena di sisa hidupku ini, kau masih tetap milikku dan setia bersamaku”

                Sunggyu tersenyum, senyum pahit yang menyakitkan. “tentu saja, woohyun-ah. Semua pesanmu akan terlaksana dengan baik olehku. Aku akan melakukan semuanya, karena aku tulus mencintaimu, Nam Woohyun..”

                Kemudian Sunggyu mendorong Woohyun kembali ke kamarnya. Ia meletakkan Woohyun dikasur, melirik jam di dinding. Sekarang pukul 23.15. semuanya takkan lama lagi berakhir. Sunggyu senang, karena ia berhasil mewujudkan keinginan Woohyun untuk menghabiskan hari terakhirnya bersamanya, namun ia sedih, bahwa ia akan kehilangan Woohyun – untuk selama-lamanya.

                “Gyu hyung..”

                Sunggyu mendekat. Mengecup bibir Woohyun, untuk yang terakhir. Ia melepaskan ciumannya, menatap mata Woohyun lekat-lekat, dan berkata, “Jika kau sampai di surga, pastikan juga kau menunggu kedatanganku disanya, hyunnie”

                Sunggyu menggenggam erat tangan Woohyun. Merebahkan kepalanya di dada Woohyun. Mendengar detak jantung Woohyun, yang perlahan melemah..

                DEG.DEG.DEG.DEG

                “Gyu hyung…”

                DEG. DEG. DEG. DEG.

                “nyanyikan lagu kesukaanku, ya?”

                Sunggyu berdehem pelan, kemudian mulai bernyanyi lagu favorit Woohyun, lagu yang selalu ia nyanyikan bersama Sunggyu, yang mengingatkan kenangan-kenangan indah saat mereka bersama…

I remember tears streaming down your face
When I said, "I'll never let you go"
When all those shadows almost killed your light

                DEG..DEG..DEG..DEG..

                Ia rasakan jantung Woohyun berdegup melemah, namun ia tetap terus bernyanyi..

I remember you said, "Don't leave me here alone"
But all that's dead and gone and passed tonight

                DEG…DEG…DEG…DEG..

                …dan semakin melemah, semakin erat menggenggam tangan Woohyun. Dan masih tetap bernyanyi..

Just close your eyes
The sun is going down

                Deg………….Deg………

                “Gyu hyung…..”

You'll be alright
No one can hurt you now

                Deg……

                “I Love You.”

Come morning light
You and I'll be safe and sound

               

Niiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt………………………………………..

                Garis hijau panjang muncul di monitor yang terhubung ke tubuh Woohyun. Sunggyu tetap menggenggam tangan Woohyun erat, dan masih merebahkan kepalanya di dada Woohyun.

                “Woohyun…aku berjanji. Mengenang semuanya untukmu. Selamat malam, Nam Woohyun..”

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Ya, Sunggyu tahu. Woohyun sekarang sudah dalam dunia dan dimensi yang berbeda dengan dirinya. Sunggyu tahu, mungkin setiap kali ia duduk di bangku taman, Woohyun melihatnya dari atas sana dan tersenyum. Sunggyu kemudian mengeluarkan iPod-nya dari sakunya, kemudian memilih lagu Safe&Sound, dan kembali, kenangan bersama Woohyun itu terputar seketika, dan Sunggyu akan tetap mengenangnya, dan menjadikan Woohyun yang nomor satu dan hanya satu dihatinya.

               

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
inspiritly_beauty
#1
Chapter 1: Kasian Gyu ditinggal sendiri >.<
Sedih banget ceritanya.....
GaemSha
#2
Chapter 1: Sedih bangeeeeet :( Tapi sukaaaa :')
Mrs_Gorri501 #3
Chapter 1: Sedihnya~ :'( :'(
Milky_Sky
#4
Wow, another indonesian author.
Congrats for ur 1st ff.
Uhuk, sad story.. T_T.