Chapter 1

Do Man Cry?

 

>>> Do Man Cry? <<<

Sulli menatap nanar pemandangan luar kelas melalui kaca jendela yang berada tepat disamping kursinya. Tatapan matanya kosong, sarat akan kesedihan yang berkelebat dalam dirinya. Perasaannya menjadi tak karuan memikirkan kekasih yang sudah tiga hari ini kehilangan kontak dengannya.

Sejak tiga hari yang lalu Sehun, kekasih yang sangat ia cintai menghilang entah ke mana dan tanpa alasan yang jelas. Sulli berkali-kali mencoba menghubunginya baik melalui telepon maupun pesan singkat, namun tak  satupun yang mendapat respon. Bahkan saking cemasnya ia langsung mendatangi Sehun ke sekolahnya, namun nihil. Ia tidak menemukan sosok Sehun disana. Hal ini jelas membuatnya bingung dan cemas mengingat hubungan mereka yang baik-baik saja saat terakhir kali bertemu.

“Sulli’ah kajja kita ke kantin!” ajak Chanyeol yang merupakan teman kelas sekaligus sahabat Sulli.

“Aniyo Chanyeol’ah, aku tidak berselera makan. Tidak apa-apakan kalau hari ini kau ke kantin bersama yang lain?” balas Sulli.

Chanyeol mengangguk bingung. Beberapa hari belakangan Sulli sering terlihat murung dan tidak bersemangat dan ini membuat Chanyeol cemas padanya.

“Neo gwaenchana? Apa kau sakit?” tanya Chanyeol khawatir.

Sulli secepatnya menggelengkan kepala membantah pertanyaan Chanyeol.

“Aniyo, nan gwaenchana.” jawab Sulli.

Seulas senyum berusaha ia ukir diwajah murungnya agar dapat meyakinkan Chanyeol bahwa ia baik-baik saja. Untuk saat ini Sulli belum ingin membagi masalahnya pada sahabatnya itu.

Sekeras apapun Sulli menyembunyikannya, Chanyeol tetap tahu bahwa sahabatnya itu tengah dirundung masalah. Tetapi, ia tidak akan memaksa Sulli untuk segera menceritakannya. Meskipun ia berharap Sulli masih menganggapnya sebagai seorang sahabat dan mau mencurahkan segala kesedihannya pada Chanyeol.

“Geurae, kalau begitu aku ke kantin dulu. Saat selera makanmu telah kembali dan kau ingin makan sesuatu langsung katakan saja padaku, arrachi!” ujar Chanyeol.

“Arraseo, gomawo.” balas Sulli.

“Aigoo…” seru Chanyeol sambil mengacak rambut Sulli, berharap sikap jahilnya itu bisa sedikit menghibur Sulli.

“Yaa!” pekik Sulli.

Chanyeol seketika berlari pergi setelah memporak-porandakan rambut Sulli.

Sambil memperbaiki rambutnya, Sulli menatap ke arah Chanyeol dan mendengus kesal. Tetapi, saat itu pula ia merasa sebagian beban pikiran yang menggantung dikepalanya berkurang. Awan-awan kelabu yang menutupi pikirannya sedikit bergesar sehingga ia bisa sedikit menjernihkan pikirannya.

Sulli terdiam cukup lama dengan sorot mata yang kosong. Ia kemudian meraih ponsel yang diletakkan didalam laci mejanya. Saat menatap layar ponselnya kecemasan dan kegelisahan kembali menyambar dirinya. Tidak ada satupun panggilan masuk atau balasan pesan dari Sehun.

Sulli memejamkan mata berusaha menahan butiran air agar tidak jatuh membasahi wajahnya. Ia menggigit bibirnya sekuat mungkin kemudian menghela nafas panjang.

“Geurae, tinggal satu cara yang belum ku lakukan untuk menemukannmu. Jika ini juga tidak berhasil maka aku tidak akan peduli lagi.” batin Sulli berusaha menguatkan hatinya.

Sulli telah membulatkan tekad untuk langsung mendatangi Sehun di rumahnya dan meminta penjelasan atas semua yang telah ia perbuat. Tanpa menunggu bel pulang, Sulli langsung meraih tasnya dan berjalan keluar kelas.

***

Angin musim gugur bertiup lembut membawa aroma dingin. Dedaunan pohon yang nampak menguning seketika gugur saat terkena hembusannya. Disebuah halaman rumah nan asri dengan pepohonan yang mulai menggugurkan dedaunannya, nampak sepasang insan manusia sedang bercakap-cakap.

“Sehun’ah apa kau sudah yakin dengan keputusanmu?” tanya Jessica.

Sehun menatap lekat mata indah Jessica lalu mengangguk pelan.

“Aku tidak ingin membuatnya lebih menderita. Aku pikir mengakhiri semuanya adalah jalan yang tebaik.” jawab Sehun.

Jawaban yang terlontar dari bibir Sehun terdengar begitu meyakinkan hingga membuat Jessica terdiam. Ia lalu membalas tatapan Sehun dan tersenyum manis padanya.

“Geurae, lakukanlah yang terbaik! Nuna akan selalu mendukungmu.” kata Jessica.

“Gomawoyo nuna.” balas Sehun.

Tangan Jessica mulai mengelus lembut bahu Sehun seraya memberi seluruh kasih sayang yang ia miliki pada Sehun. Dia menatap lekat pada namja yang kini duduk sampingnya. Tersirat hasrat ingin memeluknya hangat, namun niatnya itu segera ia urungkan mengingat Sehun yang masih berstatus milik orang lain.

“Mwoya? Apa maksud semua ini?” pekik seseorang.

Sehun dan Jessica spontan menoleh ke sumber suara yang berhasil memecah keheningan suasana. Mata Sehun terbelalak ketika melihat sosok gadis yang nampak sangat rapuh menitikkin bulir-bulir air dari mata indahnya. Gadis itu menatapnya tajam.

“Su…sulli’ah.” gumam Sehun.

Sulli datang pada waktu yang kurang tepat. Sehun belum siap dengan semua ini. Masih ada seberkas keraguan dalam dirinya.

Sehun masih terdiam saat Sulli tiba-tiba melangkah maju ke arah Jessica dan langsung menyerangnya. Dia menarik kuat rambut panjang Jessica hingga membuatnya menjerit kesakitan.

“Dasar yeoja murahan! Apa kau berusaha menggoda Sehun? Sehun itu milikku!” erang Sulli.

“A… sakit! Lepaskan!” rintih Jessica.

Sehun dengan sigap menarik Sulli menjauh dari Jessica.

“Sulli’ah geumanhae!” pekik Sehun.

“Wae? Kenapa aku harus berhenti? Apa kau tidak ingin yeoja murahan itu terluka?” erang Sulli.

Sehun tertunduk diam dihadapan Sulli. Entah jawaban apa yang harus terlontar dari bibirnya. Dia merasa sangat bersalah pada kedua yeoja yang kini menatapnya.

Jessica bisa menangkap raut wajah Sehun yang sedih dan kebingungan. Dirinya tidak bisa diam begitu saja. Ia harus membantu Sehun meluruskan kesalahpahaman ini. Ia pun mengambil beberapa langkah mendekati Sulli. Tetapi, sebuah tangan tiba-tiba terulur untuk mencegahnya. Menyaratkan agar ia tetap diam dan tidak melibatkan diri.

“Mianhae Sulli’ah. Aku tidak bermaksud mempermainkan perasaanmu, tapi aku tidak bisa memaksa diriku untuk terus mencintaimu. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Mianhaeyo.” ujar Sehun.

Bagaikan petir yang tiba-tiba datang menyambar Sulli. Ucapan Sehun sungguh membuatnya sulit bernafas. Kakinya seakan kehilangan kekuatan untuk menopang tubuh yang kini mulai gemetaran. Air mata jatuh semakin deras membasahi wajahnya.

“Wae…waeyo? Apa karena dia?” tanya Sulli lemas sambil melirik tajam ke arah Jessica.

“Ne.” jawab Sehun pelan.

Tubuh Sulli melemas tak berdaya mendengar jawaban Sehun. Sehun bagaikan telah menancap sebuah tombak tajam ke dada Sulli. Menusuk hingga menembus hatinya yang teramat perih. Air mata yang berjatuhan membasahi wajahnya tak kunjung mereda dan bahkan semakin deras.

“Aku sangat mengkhawatirkanmu, aku takut jika hal buruk telah terjadi padamu. Tapi, ternyata kau sengaja melakukan ini karena ingin mengakhiri hubungan kita. Tidakkah ini terlalu kejam?” isak Sulli.

“Mianhae, jeongmal mianhae.” kata Sehun.

“Apa hanya kata itu yang bisa terucap dari bibirmu?” erang Sulli.

Sehun hanya terdiam. Matanya menatap sendu pada Sulli. Dirinya tak sanggup menyaksikan bulir-bulir air mata yang berjatuhan dari mata indah Sulli. Tetapi, ia berusaha menguatkan hatinya. Yah, dia telah melakukan hal yang tepat. Meski sangat menyakitkan, namun inilah yang terbaik bagi mereka.

“Mianhae Sulli’ah. Lupakan diriku! Aku tidak pantas untukmu.” gumam Sehun.

Sulli menatap tajam pada Sehun dengan mata yang terselimuti butiran air bening. Sehun sungguh membuatnya kecewa. Apa dia pikir melupakan orang yang sangat dicintai semudah membalikkan telapak tangan? Mengapa kata-kata seperti itu dengan mudah terlontar dari bibirnya?

Sulli menahan nafas sejenak seraya memejamkan mata. Mencoba memadamkan amarah dan kesedihan yang meluap diruang hatinya.

“Geurae, lakukan sesukamu!” ucap Sulli.

Dengan tubuh yang masih gemetaran, Sulli berjalan pelan meninggalkan Sehun. Kepalanya terasa berat dan hatinya hancur mengetahui kekasih yang sangat ia cintai tega mengkhianati cintanya.

Sehun hanya menatap punggung Sulli. Membiarkannya pergi menjauhi dirinya. Dia sangat merasa bersalah. Ingin rasanya ia berlari mengejar Sulli dan memohon maaf padanya. Namun, ia tahu Sulli bukanlah gadis bodoh yang dengan lapang dada akan menerima permintaan maaf darinya.

Sosok Sulli pun perlahan menghilang. Sehun menghela nafas panjang. Ia sudah melakukan hal yang tepat. Meskipun berat, namun setidaknya selepas kejadian ini dapat meringankan sedikit bebannya. Ia tidak perlu lagi menampakkan sosoknya dihadapan Sulli. Ia yakin Sulli akan segera melupakannya seiring berjalannya waktu.

Sehun kembali teringat pada sosok Jessica yang terdiam disampingnya. Nampaknya ia juga shock dengan kejadian tadi.

“Nuna gwaenchana?” tanya Sehun pada Jessica.

“Nan gwaenchana. Bagaimana denganmu?” Jessica balik bertanya.

“Nan gwaenchana. Mianhae nuna, gara-gara diriku kau hampir dilukai Sulli.” kata Sehun.

Jessica mengelus lembut lengan Sehun.

“Gwaenchana, aku bisa mengerti perasaannya. Mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama jika seseorang ingin merebut namjachinguku.” tutur Jessica.

Raut wajah Jessica menjadi murung ketika menyebutkan beberapa kalimat terakhir yang baru saja ia ucapkan. Dirinya merasa berdosa pada Sulli. Namun, segera ia hapus raut wajah murung itu dari wajahnya. Ia tidak ingin Sehun melihatnya yang akan membuatnya semakin sedih dan merasa bersalah.

“Kau sudah melakukan yang terbaik.” gumam Jessica sembari menatap lekat pada Sehun dan memberinya seulas senyuman manis.

***

Chanyeol melangkahkan kakinya sambil bersiul kecil mengikuti irama musik yang mengalun dari earphone yang menutup kedua telinganya. Matahari telah berganti bulan, udara pun semakin dingin mencekam. Dia baru saja pulang dari sekolah. Begitu banyak pelajaran tambahan yang harus ia hadiri untuk memperbaiki nilai-nilai yang berhasil membuat urat leher ayahnya tertarik setiap kali melihatnnya.

Ponsel Chanyeol tiba-tiba berdering ditengah-tengah perjalanan pulangnya. Ia segera meraihnya didalam saku celananya.

“Yeoboseyo! Tiffany nuna, wae?” sahut Chanyeol.

“Chanyeol’ah, apa sekarang kau sedang bersama Sulli?” tanya Tiffany dari seberang telepon.

Chanyeol menjadi cemas setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari Tiffany, kakak Sulli. Saat di sekolah Sulli tiba-tiba meninggalkan pelajaran. Dan ia pikir Sulli pulang ke rumah lebih awal karena merasa tidak enak badan.

“A…aniyo nuna, Sulli tidak bersamaku.” jawab Chanyeol.

Chanyeol tidak berniat memberi tahu Tiffany mengenai perkara Sulli yang ternyata membolos sekolah hari ini. Ia tidak ingin membuat Tiffany menjadi semakin cemas.

“Bisakah nuna minta tolong padamu? Tolong cari Sulli dan bawa dia pulang! Nuna sangat cemas padanya. Nuna sudah menghubungi ponselnya tapi tidak ada jawaban” jelas Tiffany.

“Arraseo nuna. Nuna tidak usah khawatir, aku akan mencarinya.” balas Chanyeol.

“Geurae, segera hubungi nuna kalau kau sudah menemukannya.” pinta Tiffany.

“Ne, arraseo nuna.”

Setelah memutuskan sambungan telponnya dengan Tiffany, hal pertama yang terlintas dibenak Chanyeol adalah Sehun. Mungkin Sehun tahu dimana keberadaan Sulli sekarang atau bisa saja mereka sedang bersama.

Chanyeol mengutak-atik kontak ponselnya mencari nama Sehun. Setelah mendapatkannya ia langsung menghubunginya.

Tidak memakan waktu yang lama untuk berbicara dengan Sehun ditelepon. Usai menelponnya, Chanyeol semakin menunjukkan raut wajah cemas. Sulli bahkan sedang tidak bersama kekasihnya. Lalu dimana ia sekarang? Segeralah Chanyeol berlari menuju beberapa tempat yang ia ketahui sering dikunjungi oleh Sulli. Dia juga telah meminta bantuan pada Sehun untuk mencarinya.

***

Sehun langsung menyambar kunci mobil ayahnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Seusai mendapat telepon dari Chanyeol, ia bergegas keluar mencari Sulli. Meski umurnya masih menginjak usia 18 tahun dan belum memiliki surat izin mengemudi ia nekat membawa kabur mobil ayahnya untuk mencari Sulli.

Sehun baru saja memutuskan hubungannya dengan Sulli secara sepihak. Ia takut dan cemas jika Sulli melakukan hal bodoh yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

Sehun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju sebuah taman yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Dia sangat berharap bisa menemukan Sulli disana.

“Sulli’ah, kumohon jangan lakukan hal yang bodoh!”

Sesampainya Sehun ditempat tujuan, ia segera melesat turun dari mobil dan berlari mengitari taman. Mencari sosok Sulli yang mungkin saja tidak berada disana. Tiba-tiba langkahnya terhenti disalah satu sudut taman ketika pandangannya menangkap sosok gadis dengan rambut terurai panjang. Hembusan angin malam membelai lembut rambutnya. Seragam sekolah masih membungkus tubuhnya yang tampak kedinginan. Sepasang matanya terlihat sembab dan terus mengeluarkan butiran-butiran air. Sehun berjalan menghampirinya.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Sehun menatap sendu pada gadis yang tidak lain adalah Sulli.

Sulli terkejut mendengar alunan suara yang sudah tak asing lagi ditelinganya. Ia pun segera menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Sehun yang sedang menatap dirinya. Namun, Sulli segera membuang muka. Dirinya tidak sanggup membalas tatapan orang yang telah membuat hatinya hancur.

“Menurutmu apa yang aku lakukan?” Sulli balik bertanya tanpa memandang Sehun.

“Kajja kita pulang! Aku akan mengantarmu pulang.” gumam Sehun yang tidak ingin berdebat dengan Sulli.

“Waeyo? Kenapa kau melakukan semua ini? Apa aku salah? Apa aku pernah menyakitimu? Apa aku cintaku tidak cukup untukmu sehingga kau berpaling dengan yeoja lain?” cercah Sulli.

Sehun terdiam. Tidak ada jawaban yang dapat terlontar dari bibirnya atas segala pertanyaan Sulli.

“Mianhaeyo, aku yang salah bukan kau.” jawab Sehun.

“Lalu kenapa kau memutuu? Aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kau lebih memilih yeoja lain daripada diriku?” erang Sulli.

Sehun kembali terdiam. Semakin banyak kata yang keluar darinya maka emosi Sulli semakin meluap membanjiri dirinya. Dia hanya bisa menghela nafas seraya memandang Sulli.

“Pulanglah! Jangan membuar keluargamu khawatir!” ujar Sehun.

Sehun mulai menyerah. Dia yakin Sulli tidak akan mau pulang bersama orang yang telah menyakitinya. Meski berat, ia memaksakan kakinya berjalan meninggalkan Sulli.

Sulli menatap punggung Sehun yang berjalan meninggalkannya seorang diri. Dia tidak sanggup membendung kesedihannya. Dia tidak sanggup melepas Sehun yang sangat ia cintai. Saat ini dia sungguh membutuhkan dekapan hangat darinya. Entah mengapa Sulli kehilangan kontrol. Tubuhnya tiba-tiba tergerak mengejar Sehun dan langsung memeluknya erat dari belakang.

“Sehun’ah jebal! Jangan tinggalkan aku! Tetaplah berada disisiku!” rintih Sulli.

Sehun bisa merasakan bajunya yang basah akibat air mata Sulli. Hatinya terasa perih menyaksikan sikap Sulli yang tidak mau melupakannya. Mengapa Sulli tidak membenci dirinya? Padahal dia sudah sangat kejam pada Sulli. Dia bukanlah lelaki yang pantas mendapatkan cinta tulus dari Sulli.

Sehun memejamkan matanya, membiarkan Sulli memeluknya erat. Dirinya mencoba melawan arus hati yang semakin menyeretnya ke dalam ruang kebingungan. Segeralah ia buang sejauh mungkin niatnya untuk menyerah. Dia harus berpegang teguh pada keputusan yang telah ia pilih.

“Mianhae, geundae aku sudah tidak mencintaimu lagi.” gumam Sehun.

To Be Continued …

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mssLEEKIM
#1
Chapter 2: ini ga ada lanjutannya ?? Sullinya ketabrak apa ga :3