Chap 1
A Guy Like MeAuthor's Note : Mian telat posting. Banyak tugas. Dan ini chapter yang pendek sekali. Tanpa saya edit. kk
jadi maklumi kalo ada typo. dan ini pendek
------
Maaf..
Jika selama ini aku berbuat salah padaku
Kau boleh tidak memaafkanku
Kau boleh lakukan apa saja
Tapi tidak dengan cara seperti ini
Mendiamkanku seperti ini tanpa aku tahu di mana kesalahanku
***
Seorang namja berambut blonde telah beberapa kali melihat ke arah jam tangan yang melingkar d tangan kirinya. Sesekali ia mengetukkan jari-jari lentiknya di meja kafe sambil menggembungkan pipinya. Beberapa kali pula ia menghela nafasnya panjang serta mengecek telepon genggamnya.Melirik ke luar melalui kaca kafe berharap ia melihat kehadiran orang yang telah ditunggunya.
“ Tuan, maaf, kafe kami sudah akan tutup, “ seorang pelayan kafe mendekatinya dengan wajah penuh maaf sambil membungkukan badannya.
“ Eoh? Sudah mau tutup ya ? Baiklah. Terima kasih untuk kopinya. Aku akan berkunjung lagi lain kali,” namja blonde itu berdiri dan membungkukkan badannya kepada si pelayan kemudian berlalu dari kafe itu. Dirogohnya kantung jasnya untuk mengambil handphonenya dan mengetik pesan singkat.
Namja blonde itu berjalan sambil menggosok-gosokkan tangannya yang kedinginan. Ia kemudian duduk di sebuah ayunan di taman. Ia mengayunkan kakinya pelan sambil menengadah menatap langit yang dipenuhi bintang.
‘ apakah ia tak akan datang lagi seperti tahun lalu ?’ pikirnya dalam hati. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. ‘ Aaa tidak-tidak, mungkin dia sedang sibuk tapi dia pasti akan datang,’ yakinnya dalam hati.
6 jam penantian ia lewati sendiri bersama semilir angin malam. Jam tepat menunjukkan pukul 01.00 , tapi orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Tanpa ia sadari, bulir air mata jatuh membasahi pipinya yang tampak pink.
“ Dia tidak datang. Harusnya aku tahu kalau akhirnya akan seperti ini.”
Tersenyum.
Senyuman yang menggambarkan hatinya sedang terluka,kecewa,dan lainnya. Namun ia masih tetap terlihat cantik. Seperti apapun keadaannya, wajah itu selalu terlihat cantik.
***
Kleeek ..
“ Darimana saja kau pulang selarut ini ? Apa kau tidak tahu sekarang jam berapa ? Kau memakai jam tangan kan ? Punya handphone kan ? Atau jangan-jangan kau menyetting jam mu dengan jam luar negeri.Tsk~ “ Seorang namja tampan bertubuh tegap muncul di depan pintu ketika namja cantik itu membuka pintu.
“ Oh, Minho. Kau sudah di rumah ternyata. Aku kira kau masih ada di kantor,” kata namja cantik itu kepada namja tampan bernama Minho itu tanpa menjawab pertanyaan Minho lalu berjalan melewati Minho ke dapur dan minum air dingin.
“ Kau belum menjawab pertanyaanku, Kim Kibum, “ kata Minho tajam kepada Kibum—namja blonde.
“ Ternyata kau masih peduli denganku. Tenang, aku tidak kemana-mana, Minho. Aku tadi hanya membeli kopi panas di luar. Aku bosan seharian di rumah,” jawab kibum sambil menunjukkan senyum malaikatnya.
“ Bukan begitu. Aku hanya takut dinilai tidak bertanggung jawab dan tidak perhatian kepadamu oleh tetangga jika mereka tahu kau pulang selarut ini. Aku malu. Mau ditaruh mana wajahku nanti ?” minho berkata kepada Kibum dengan nada yang tajam tetapi tampak sekali ia mencoba untuk menghindari kontak mata langsung dengan Kibum.
“ Minho, kalau berbicara denganku tolong tatap mataku,ne ? “ lagi-lagi Kibum tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi Minho tetapi di tepis kasar oleh namja tampan itu.
“ Berhenti tersenyum seperti itu,Kibum.”
“ Wae Minho ? Apa ada yang salah jika aku ingin tersenyum untuk kekasihku ?”
“ Aku membenci itu. Aku benci senyummu. Aku membencinya . Jadi berhentilah tersenyum.”
DEG
Jantung Kibum seakan berhenti berdetak mendengar ucapan Minho. Sakit. Rasanya sakit disana. Minho terdiam sejenak memandang Kibum sendu yang kini tengah menundukkan kepalanya. Sedetik kemudian ia meninggalkan Kibum disana. Beberapa langkah kemudian ia berhenti dan berkata, “ Eumm, Kibum. Maaf handphoneku drop jadi aku baru saja membaca pesanmu. Terimakasih ucapannya. Tidurlah.”
BLAMMM
Kibum jatuh terduduk sambil menangkupkan kedua tangannya di wajahnya. Ia menangis. Pertahanannya runtuh. Tak ada ucapan balasan happy annivesary. Tak ada ciuman selamat malam. Tak ada pelukan hangat. Tak ada kata cinta. Tak ada Choi Minho yang dulu.
“ Mengapa kau melakukan seperti ini padaku, Minho ? Dimana letak kesalahanku ? “
Comments