49 Hours (FF longshoot)

Description

 

Rated: T

Genre: Comedy, Fantasy

Cast: Lee Sandeul B1A4

Author: Peny (jindeullie)

 

Here!! “49 hours” terinspirasi dari drama “49 days’ ^^

 

****

 

 

Suara bising memenuhi seisi ruangan itu. Lee Sandeul, jatuh pingsan karena tak tahan lagi mendengar suara bising tersebut. Entahlah…sudah berapa lama ia jatuh pingsan, karena ketika terbangun, matahari sudah terlihat lari ke ufuk Barat.

“Akh~,” Sandeul perlahan bangun sambil memegang kepalanya. Rasanya berat sekali, pusing, dunia serasa mengabur lalu kembali menebal. “Akh, apa yang terjadi? Uhm?”

Mwoya?! Apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba terbangun di jalanan? Ah! Tentu saja! Tadi dia sempat jatuh pingsan karena suara bising yang entah darimana datangnya. Tapi…masa iya tidak ada orang yang menemukannya? Seorang Lee Sandeul, idola termanis di Korea, dibiarkan tergeletak begitu saja di jalanan? Wuuuaaaah. Daebak!

Untung saja…tidak ada bagian tubuhnya yang lecet ~,~. Tapi butuh waktu untuk mengingat dimana tepatnya dia berada sekarang, dan apa yang menyebabkannya sampai di tempat asing itu. “Hmmm, ini masih terlihat seperti Seoul. Apakah ini di Hongdae? Gangnam?”

Karena Sandeul bukan penduduk asli Seoul, jadi wajar baginya untuk buta arah daerah Seoul -___-. Demi menghindari kondisi tersesat, Sandeul bertanya kepada orang-orang yang sedang berjalan di sekitarnya.

“Uhmm, maaf, bisakah Anda memberitahu ini daerah apa?” Sandeul mengeluarkan senyum manisnya, tapi sayang, sepertinya orang itu sedang terburu-buru sehingga tidak menghiraukan pertanyaannya.

Jangan menyerah! Coba lagi! “Maaf, ini daerah apa namanya, ya?!” Sandeul bertanya kepada orang lain dengan suara yang agak keras sekarang. Sayang, lagi-lagi tidak ada yang menghiraukan pertanyaannya.

“Ahjussi, permisi, apakah Anda bisa memberitahu saya ini daerah apa?”

Si ahjussi berhenti, kemudian menggaruk kepalanya sambil mengamati kertas di tangannya. “Aneh, seharusnya uangku dikembalikan penuh…!”

“Mwo?” Sandeul mengerutkan kening sambil menatap si ahjussi yang pergi tanpa menjawab pertanyaannya. Apa yang terjadi? Kenapa semua orang menjadi tuli? Kenapa tidak ada yang mau menjawabnya? Sandeul menatap orang-orang yang berjalan di sekitarnya. Mereka melangkah dengan cepat, saling mengobrol satu sama lain. Kenapa? Kenapa tidak ada yang mau menjawabnya?

Ketika seorang gadis kecil berdiri di sampingnya sambil memegang balon, Sandeul duduk dan tersenyum menyapa, “Annyeong, adik ^^, namamu siapa? Bisakah kau memberitahu oppa, daerah apa ini namanya?” Sekali lagi, orang yang berusaha diajaknya berinteraksi, tidak menunjukkan reaksi. Gadis kecil itu terus menunduk menatap kakinya.

“Aiii~ malu-malu^^, oppa cubit yaaaa~,” Sandeul mengulurkan tangannya dan berusaha mencubit pipi si gadis kecil.

!!!!!!!!!!!

W-w-wae?! Kenapa lagi ini?!! Sandeul tiba-tiba merasa takut. Jantungnya berdegup dengan kencang. Jari-jemarinya mengeluarkan keringat dingin. Apa yang terjadi? Kenapa Sandeul tidak mampu menyetuh gadis itu? Tangannya menembus tubuh si gadis. Sandeul menekap mulut.

“Mwo? Umma…apa yang terjadiii~?? Aku…aku…kenapa??”

Sandeul menatap kedua tangannya, kemudian menyentuh wajah dan lengannya. Tapi, dirinya terasa solid dan utuh. Lalu kenapa bisa menembus tubuh gadis kecil tadi? Sandeul mendongak…tidak ada satu orang pun yang menghiraukannya. Mereka semua berjalan dengan cepat dan tidak melihatnya sedang terduduk di atas trotoar sambil menangis dengan keras.

Frustasi. Apa yang harus dilakukannya? Siapa yang bisa menjelaskan kepadanya? Dan siapa yang bisa membantunya?

“Hyuuuung…hiks….Barooooo….ummaaaa…tolong aku…akh..,” Sandeul berdiri dan menghapus air matanya. Entahlah…apa yang sebenarnya terjadi. Sandeul terus berusaha mengajak bicara orang-orang yang lewat di sekitarnya.

“Tolong!! Kalian…jawab aku…tidak..tatap mataku saja itu cukup…siapapun..tolonglah…”

Tidak ada satu orang pun yang mendengar rintihannya. Sementara sinar matahari sore kini terasa menyengat kulitnya, Sandeul mulai mencubit tangan dan pipinya. “Siapa tahu dengan begini aku bisa bangun! Arrrrgggghhh!!!”

Sia-sia. Semua usaha yang dilakukannya terasa sia-sia. Sandeul menghela napas dan mendongak, berusaha menahan air matanya yang hampir jatuh kembali. Sandeul tidak mau terus menangis. Dia harus mencari jalan keluar. Ini pasti hanyalah sebuah mimpi konyol yang menyesatkan.

Saat menatap jalanan, Sandeul tanpa sengaja bertatapan dengan seorang gadis manis. Meski hanya sekilas, tapi Sandeul yakin gadis itu menatapnya.

“O?!! Maaf!!” teriak Sandeul sambil berlari mengejar si gadis yang kemudian berbalik arah dan berjalan cepat. “Tunggu! Bisakah…bisakah kau mendengarku? Hei!”

Gadis itu terlihat sedang mengecek ponselnya, lalu menatap Sandeul, dan melanjutkan perjalanannya.

“Maaf, tunggu sebentar! Aku harsu bicara denganmu!!” Sandeul kembali mengejar si gadis. Tapi, tubuhnya semakin lama semakin terasa berat untuk melangkah. Sandeul berhenti, menekuk lututnya dan terbatuk dengan keras.

Sebuah tangan menariknya untuk beristirahat di tempat yang lebih teduh. “Apa kau tidak bisa melihat orang yang sedang sibuk?!!!!”

Sandeul mendongak. “Hhhh..ohhh, terima kasih..hhh…hhhh…aku..butuh…bantuanmu..”

“Aku sekarang ini sedang sangat sibuk!!! Kenapa kau bisa sampai di dunia ini?!! Apakah kau jiwa yang tersesat?”

“Mwo?? Jiwa…hhh..tersesat?? Apa itu? Ah, itu tidak penting! Hhh…hhh…dadaku sesak sekali…aku hanya ingin bertanya…kau…benar-benar bisa melihatku, kan?”

“Uhm? Kau..arwah wisatawan ya?”

“Apa lagi itu?? Ya! Jangan membuat dunia fantasi sekarang, keadaanku jauh lebih penting!”

Buak!! Gadis itu memukul kepala Sandeul dengan buku (yang entah darimana datangnya buku itu).

“Ya!!!” Sandeul berteriak marah sambil mengelus kepalanya.

“Baiklah. Kau tunggu sebentar,” gadis itu mengelurakan ponselnya, lalu sibuk mengotak-atik. “Namamu, Lee Sandeul?”

“Uhmm? Bagaimana kau bisa tahu??”

“Tidak ada Lee Sandeul di sini. Uhmmm, ah!! Kau ini Lee Junghwan, kan?”

“Iya, tapi bagaimana…”

“Baiklah, kau belum mati.”

“Ap-apa?!! Aku mati??!!” Sandeul terpekik dan berdiri sambil mengguncang pundak si gadis. “Apa kau bilang?!! Mati??”

“Heh! Aku bilang, kau-belum-mati. Apa kau tuli? Lee Junghwan, dengan nama tenarnya Lee Sandeul, tidak tercatat dalam daftar kematian,” gadis itu menunjukkan sebuah daftar dengan simbol dan rune yang tidak bisa dipahami Sandeul. Tapi, bukan itu yang membuat Sandeul mendorong tubuh si gadis menjauh darinya.

“Kau gila! Aku salah memilih orang untuk membantuku. Maaf, aku harus pergi.”

“Tidak akan ada yang bisa membantumu, Lee Junghwan. Kau sudah mati, ah tidak, tapi kau setengah mati.”

Sandeul menutup telinganya dan terus berjalan menjauhi gadis itu. Dia pasti orang gila yang sering sekali menonton drama “49 Days”. Imajinasinya berlebihan!

“Benarkah?”

“Aigo!!” Sandeul terkejut karena wajah si gadis tiba-tiba muncul tepat di bawah hidungnya. “Kau, sejak kapan ada di depanku?”

“Kau butuh bukti?!”

Gadis itu menarik lengan Sandeul dan mendorongnya keras ke tengah jalan, tepat ketika sebuah truk melaju dengan kencang.

“Gyaaaaaa!!! Aku matiiiiiiii!!!!” teriak Sandeul ketakutan. Tapi….wussshhh~ truk itu terus melaju meski telah menabrak tubuhnya. Sandeul sedikit terpental dan jatuh di atas trotoar, tapi…tanpa luka sedikit pun di tubuhnya. “M-mw-mwoya?? Aku-aku…aku kenapa…?”

Gadis itu duduk menghampirinya. “^^ Tenang, aku bisa membantumu.”

“Benarkah?? Benarkah kau bisa membantuku?? Apakah..apakah aku ini…”

“Kau dengarkan penjelasanku dengan baik ya. Jadi, kau ini memang sudah meninggal. Kau meninggalkan tubuhmu kira-kira sepuluh jam yang lalu.”

“Ap-apa?!!!”

“Tapi…karena hari ini bukanlah jadwal kematianmu, jadi kau mengalami transisi perpindahan jiwa dengan tidak sempurna. Jiwamu melakukan perjalanan, sementara tubuhmu tergeletak kosong entah di mana. Kau bisa melihat manusia, dan juga melihatku, itu karena kau terbagi di antara dua dunia yang berbeda. Jika kau seutuhnya meninggal, maka jiwamu pun seutuhnya meninggalkan tubuhmu dan pergi dari dunia manusia untuk selamanya. Jika itu terjadi, kau tidak akan pernah bisa berjalan dan mengamati dunia manusia seperti saat ini.”

“Lalu…sekarang…aku ini apa? Apakah setengah jiwaku pergi dari tubuhku? Dan setengah yang lainnya masih tertinggal di tubuhku?”

“Bingo! ^^ Paling tidak seperti itu.”

“Ini sama sekali tidak masuk akal.”

“Memang. Bukankah dunia kami memang seperti itu? Kau juga tidak akan percaya bahwa gadis cantik sepertiku adalah malaikat penjemput kematian manusia ^^.”

“Apa?!”

“Kenalkan, aku Cheonsa*. Usiaku sudah beratus-ratus tahun. Jadi, kau panggil aku Cheonsa noona ^^. Sekarang, aku hanya akan menjelaskan satu kali, bagaimana caranya supaya kau bisa hidup kembali.” [*cheonsa 천사=malaikat]

“Ak-aku…bisa hidup kembali????”

“Tentu~ kau kan tidak benar-benar meninggal. Kau hanya mengalami transisi perpindahan jiwa yang tidak sempurna, itu bukan meninggal namanya. Separoh Jiwamu terpental keluar karena sesuatu terjadi pada tubuhmu, mungkin kau terjatuh atau terbentur sesuatu…entahlah~.”

“Aku pingsan…”

“Begitu? Hmm…kau sungguh malang. Baiklah, wisatawan Junghwan^^. Dengarkan instruksiku dengan baik. Kau akan kami beri kesempatan untuk pulang kembali menuju tubuhmu dengan sebuah bantuan ‘kalung airmata’,” malaikat noona itu memberi Sandeul sebuah kalung cantik berhiaskan kristal kaca yang di dalamnya mengandung gelembung kecil yang mungil.

“Ini untuk apa?”

“Ini adalah kalung yang akan mengantarmu pulang kembali ke tubuhmu. Kau lihat? Bulatan gelembung di dalamnya adalah airmata. Terdapat tiga air mata di sana. Kau harus kembali ke tubuhmu menggunakan salah satu tetes airmata yang terkandung di dalam kalung itu.”

“Benarkah? Wah! Ini sangat membantu! Terima kasih! xD.”

“Tapi…ada batas waktunya. Kau hanya memiliki waktu sebanyak 49 jam.”

“Apa?!!! 49 jam?!!! Hanya dua hari?!!”

“Tidak. Tapi, dua hari lebih satu jam ^^. Kau gunakan waktu itu sebaik mungkin.”

“Baiklah! Aku paham. Aku akan segera mencari tubuhku dan kembali.”

“^^ Kalau begitu, selamat berjuang!”

Plop! Uhmmm??? Kemana perginya malaikat itu?? Sandeul mengamati butiran air mata di kalungnya, lalu mengecupnya dan siap melanjutkan perjalanannya.

***

Sisa 43 jam~

Sandeul menunduk sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Aneh. Ini jelas-jelas tempatnya jatuh pingsan tadi, tapi…kemana tubuhnya menghilang? Seharusnya ia tergeletak di tempat ini.

“Bagaimana ini?? Kemana tubuhku…akh,” kembali diterjang rasa putus asa, Sandeul menangis dan berlutut di atas trotoar. Jalanan sudah hampir sepi, karena malam sudah mulai menggulung kota Seoul.

“Aiiish!!! Kenapa kau selalu menangis sih??”

“O? Ah, noona!” Sandeul mendongak dan menghapus airmatanya lalu menceritakan detail perjalanannya dan tragedi tubuhnya yang lenyap dari atas trotoar.

“Kau harus menggunakan air matamu dengan baik. Setiap kali kau meneteskan air mata, itu berarti panggilan darurat bagiku!”

“Tapi..tapi, ini memang darurat kan? Tubuh…tubuh Sandeul..maksudku, tubuhku tidak ada di sini!!”

“Hhh, kalau begitu, ada orang lain yang membawanya pergi.”

“Apa?”

“Meskipun kau ini hanyalah jiwa yang beranjak dari tubuhmu, tapi kau masih memiliki akal. Jadi, gunakan akalmu untuk mencari tubuhmu.”

Sandeul hanya menghembuskan napas putus asa dan menunduk menatap aspal.

“Hei, Lee Junghwan?? Tidakkah kau masih memiliki perasaan? Tidak bisakah kau menggunakannya untuk merasakan dimana keberadaan tubuhmu? Dan…gunakan akalmu untuk berpikir juga. Kau tidak boleh menyia-nyiakan waktumu!”

“Aku tahu..tapi, bagaimana caranya? Aku benar-benar tidak mampu berpikir sekarang!” Sandeul meremas rambutnya dengan putus asa.

“Apa kau ini tidak punya teman, keluarga, atau siapapun yang bisa kau kunjungi?? Kau bisa mencari informasi dari mereka, kan?”

“Uhmmm, entahlah noona. Aku di Seoul hanya bersama member…tunggu!! Itu dia!! Hahaha! Member!”

“Apa ada sesuatu yang kau ingat??!”

“Ya! Aku adalah idol dari grup B1A4. Member B1A4 pasti tahu dimana aku berada sekarang!”

“Benarkah? Wuah! Itu bagus! Kalau begitu kau segera ke sana sekarang!”

“Hhh,” Sandeul kembali menghela napas. “Aku tidak bisa. Itu sangatlah jauh, dan kupikir, ini pasti daerah Gangnam.”

“Tapi kalian tentu punya skedul untuk besok, kan?”

“Hmmm…ah!! Benar! Besok kami harus ke MBC studio! Noona, kau pintar sekali! Eh, tapi…bagaimana aku bisa ke sana? Aku lupa dimana letak gedung MBC.”

“Kalau begitu kau coba bertanya kepada para ahjussi di kedai itu.”

“Apa? Mereka kan tidak bisa melihatku!”

Tapi, ketika Sandeul selesai mengucapkan kalimatnya, si ahjussi tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Sandeul.

“Ahh, kenapa tiba-tiba aku ingin ke gedung MBC, ya?” gumam si ahjussi ketika lewat di depan Sandeul.

Uhm?? Benarkah? Kebetulan sekali! Hahaha! Sandeul menengok ke malaikat noona, tapi, dia sudah pergi ternyata. Hup! Baiklah! Tidak ada waktu lagi! Saatnya menuju gedung MBC meski malam semakin menggulung kota Seoul!

***

Sisa 41 jam~

Sandeul melihat puncak gedung MBC sekitar 500m dan si ahjussi tiba-tiba memasuki taksi lalu pergi. Baiklah! Jadi, sambil menunggu member datang ke gedung MBC, Sandeul bisa beristirahat sejenak. Let’s go!

Sisa 39 jam~

Sandeul sudah tiba di depan gedung MBC, sekitar tiga jam kemudian. Cukup lama karena memang perjalanannya jauh, hanya saja…Sandeul sama sekali tidak merasakan lelah. Wow! ^^

“Lebih baik aku masuk ke dalam,” gumam Sandeul. Tapi, ketika ia mencoba memegang gerendel pintu kaca gedung tersebut, lagi-lagi tangan Sandeul menembusnya. Ah! Tentu saja, ia tidak bisa memegangnya. “Tapi…rata-rata hantu kan bisa menembus, jadi, aku menembus pintunya saja ^^, bodohnya aku ini, hahahah!”

Saat ia dengan mantap berjalan lurus ingin menembus pintu kaca, yang terjadi malah sebaliknya. Sandeul terpental 10 meter dari pintu tersebut. Tidak sakit, tapi Sandeul sangat syok .

“Kenapa tidak bisa masuk ya? Masa aku harus menunggu berjam-jam sampai matahari terbit?!!!! Andwaaaaaeeeee!!!!!”

***

Sisa 31 jam~

Sandeul terbangun dari tidurnya dan merasa perih menyengat di kulitnya. Aih! Ternyata ia sudah melewatkan pagi, dan matahari sudah naik tepat di atas kepala sekarang.

“Jam berapa sekarang? Mwo??!!! Jam 12 siang? Yah! Masih ada 31 jam!!”

Sandeul mengikuti seseorang yang berjalan masuk ke gedung MBC (menyelinap masuk ketika pintu terbuka). Yes! Akhirnya bisa masuk juga! Fiuh~! ^^

“Jadi, member sekarang seharusnya sudah berada di backstage, uhmmm….ada di mana ya?”

Sisa 29 jam~

Sekitar 4 jam lebih Sandeul berkutat dan menyelinap di gedung MBC tersebut. Ia memasuki semua celah pintu backastage yang terbuka. Namun, tidak ada sosok member B1A4 di sana.

“Bagaimana ini?? Waktuku semakin berkurang!! Member kenapa belum datang?? Acara juga sudah dimulai T^T…bagaimana ini…?? Bagaimana…bagaimana?? Akh…argh…bagaimanaa…,” Sandeul berjalan dengan cepat menuju papan jadwal idol perform di hall utama.

!!!

“Whats!!!!” Sandeul menggigit jari dengan perasaan takut. “Apa ini?? Mereka tidak ada jadwal sekarang???!!!!”

Tes. Tes. Tes.

Airmatanya kini mengalir kembali dengan deras. Sandeul duduk di lantai sambil memeluk kakinya. Apa yang harus dilakukannya? Berkontak dengan manusia saja ia tidak bisa, lalu bagaimana caranya dia harus mencari informasi mengenai tubuhnya? Bagaimana caranya dia bisa kembali ke tubuhnya? Bagaimana jika nantinya dia benar-benar meninggal??

“Pakai ini~.”

Sandeul mendongak dan melihat si malaikat noona mengulurkan saputangan putih yang bersinar terang, dan ketika dipakai, rasanya hangat dan nyaman.

“Sudah kubilang, kan? Airmatamu itu sangat penting, dan jika kau menangis, itu artinya kau memanggilku secara darurat.”

“Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu kesibukanmu, noona. Kau bisa meninggalkanku sekarang. Aku hanya ingin menangis, tidak bermaksud memanggilmu..”

“Tapi,” potong si malaikat, “sepertinya kau memang dalam keadaan darurat.” Malaikat itu menunjuk sebuah kalung yang bergantung di leher Sandeul.

“Mwo??? Airmatanya berkurang satu?!!! Ya! Noona, apa maksudnya ini??!!”

“Kau sudah kehilangan 20 jam, tentu saja airmata di dalam kalung itu memudar.”

“Apa? Apa maksudnya? Kau tidak pernah menjelaskan hal ini padaku?!!”

“Benarkah? Uhmmm…masa iya?? Baiklah, jadi…airmata yang ada di dalam kalung itu tidak selamanya utuh. Artinya, dia akan memudar dengan sendirinya. Lihatlah airmata yang satunya, dia terlihat semakin mengecil, kan? Jika yang kecil itu memudar, maka kau hanya memiliki satu airmata. Dan satu airmata itu tidak akan bertahan lama, dia akan memudar jauh lebih cepat dari airmata sebelumnya. Paham?”

Sandeul menggeleng sambil mengamati airmata di dalam kalung tersebut.

“Yah, intinya…semakin berkurang waktu yang kuberikan untukmu, semakin berkurang pula airmata di dalamnya. Itulah mengapa aku menyuruhmu untuk segera bertindak menggunakan akal pikiran yang masih tersisa, dan berhentilah menangis. Karena menangis juga akan membuatku kehilangan airmata di dalam kalung itu.”

“Apa??!! Kenapa kau tidak menjelaskannya dari awal?!!”

“Kau tidak tanya sih.”

“Hei nenek!!!”

“Apa? Kau memanggilku apa??”

“Kau nenek tua yang licik! Kenapa kau biarkan aku mengalami kekeliruan ini, hah?!! Waktuku terbuang dengan sia-sia, sementara airmata di kalung ini memudar! Kau pikir aku tahu semua ini?! Aku belum pernah mati, jadi bagaimana aku bisa bertanya tentang airmata yang memudar?!!” Sandeul terengah-engah ketika mengeluarkan kalimat protesnya bertubi-tubi.

“Kenapa kau memanggilku nenek?!!”

“Kenapa? Kau tidak suka? Kau bilang, usiamu sudah beratus-ratus tahun, kan? Kalau bukan nenek lalu apa? Sekarang tebus kesalahanmu karena menyesatkanku!!”

“Aigoo, galak sekali kau ini. Baiklah! Aku akan membantumu nanti.”

“Sekarang saja. Aku tidak yakin apakah masih bisa mengatakan nanti, karena aku tidak tahu apakah ‘nanti’ku itu berakhir dengan aku yang juga memudar.” Sandeul kembali duduk di lantai.

Malaikat noona ikut duduk dan membentangkan sayapnya, membuat Sandeul terkejut dan terpana. “Kenapa kau mengeluarkan sayapmu?”

“Supaya kau tidak kedinginan.”

“Uhm?” Tapi benar, ketika sayap itu terbentang dan menyentuh punggung Sandeul, tubuhnya menjadi hangat. “Itu sayap betulan? Wuah, cantik sekali.”

“Jadi, apa yang terjadi hari ini? Sisa waktumu sekarang 28 jam.”

Sandeul kemudian menceritakan perjalanannya menuju gedung MBC, berputar-putar di lobi, keluar masuk backstage, dan menemukan jadwal yang tidak tertera nama B1A4. “Jadwalnya ditunda besok sepertinya. Aigoo, sia-sia saja perjalananku.”

“Tidak sia-sia. Kau sudah semakin dekat dengan tempatmu tinggal, kan? Hanya masalah waktu, dan kau harus berjuang mengejarnya. Sekarang kau sudah ada di gedung ini, entahlah apa namanya, pokoknya, kau sudah tiba di sini, itu berarti kau semakin dekat ^^.”

“Benar juga.”

“Tapi..,” si malaikat menggenggam jari-jemari Sandeul. “Jadwal mereka memang benar besok, bukannya diundur.”

“Hah?”

“Kau…ingatanmu sudah mulai kacau, Junghwan. Semakin berkurangnya waktumu dan memudarnya airmata itu, maka ingatanmu sebagai manusia pun akan perlahan-lahan memudar juga. Bukankah kau tidak bisa mengingat letak gedung ini kemarin? Kau juga tidak mampu mengingat dimana tepatnya daerah kau pingsan? Padahal, kau jatuh pingsan tidak jauh dari dorm tempat kau tinggal.”

“Apa?!!!”

“Benarkan? Kau tidak mampu mengingatnya? Junghwan…kau semakin dekat dengan kematian.”

“Heh nenek! Jangan menakutiku!! Aku belum meninggal! Aku masih hidup!”

“Kalau begitu, berusahalah lebih keras lagi! Aku akan membantumu kali ini. Aku akan mengantarmu ke dorm.”

“Benarkah? Sekarang saja kalau begitu! xD.”

“Kau harus menunggu seseorang membukakan pintu kaca itu untuk keluar, setelah itu baru kita menuju dorm.”

“Oke!”

Sisa 23 jam~

Sayangnya, sampai lima jam berlalu, tidak ada satu orang pun yang keluar atau membukakan pintu masuk itu. Sandeul berdiri menempel di kaca sambil melirik jam di meja resepsionis. Aaahhh!!! Waktunya semakin berkurang banyak nih!!

Sisa 21 jam~

Barulah tepat jam dua belas malam, empat orang datang memasuki gedung MBC dan membukakan pintu untuk Sandeul.

“Ah! Terima kasih Shindong hyung!!” pekik Sandeul keluar dari pintu itu, melambai untuk Shindong yang mengobrol dengan manajernay menuju pintu lift.

Baiklah! Sekarang temui malaikat noona di ujung jalan di depan sebuah restoran Japan. Ah! Itu dia! Sinar dari tubuhnya membuat malam menjadi lebih terang xD. Sandeul menyukai si malaikat noona dari kejauhan, karena dia benar-benar cantik dan manis, terlebih lagi dengan gaun putihnya yang terasng itu xD.

“Noona!”

“Ya! Kau lama sekali, sih?”

“Tidak ada orang yang membuka pintu T^T bagaimana aku bisa keluar??? Jadi..^^ bagaimana aku bisa ke sana?”

“Uhmm…aku sudah bertanya kepada seniorku. Ini sedikit sulit, karena ini smeua bergantung padamu.”

“Ha? Apa itu?”

“Menuju dorm tidak mungkin dengan berjalan kaki..”

“Kemarin aku berjalan kaki..padahal jauh sekali ._.”

“Waktumu, Junghwan! Waktu! Kau hanya memiliki 20 jam sekarang! Tidak tahukah kau, satu jam itu berlalu dengan cepat, dan itu artinya waktumu semakin berkurang! Kau harus menggunakan media untuk menuju ke dorm.”

“Media?”

“Benar. Aku tidak bisa mengajakmu teleportase, karena kau tidak memiliki kekuatan setara dengan malaikat, jadi aku bertanya kepada senior bagaimana caranya aku membawamu menuju dorm dengan cepat.”

“Lalu bagaimana?”

“Kita harus meminjam tubuh manusia. Media. Kau harus memasuki tubuh manusia yang sedang tidak terjaga.”

“Begitu? Tubuh siapa? Lalu bagaimana aku bisa memasukinya?”

“Dengan menukarkan satu airmatamu yang utuh, kau bisa memasuki tubuh manusia.”

“Apaaaaaaaaa?!!!!!!! Andwae!!!!”

“Kalau begitu mari jalan kaki dan menghabiskan waktu 8-9 jam menuju dorm. Ah! Tentu saja, kau hanya memiliki sisa waktu 10 jam nanti. Aku tidak yakin, dalam 10 jam itu airmata di kalung itu akan bertahan lama.”

Sandeul menggaruk kepalanya dengan keras. Dia mulai frustasi dan hampir gila sekarang. Bagaimana mungkin?!! Untuk hidup saja susahnya melebihi jarum kematian?!!!

“Tidak ada cara lain, Junghwan. Aku berjanji akan membantumu, jadi…percayalah padaku. Hm??”

Sandeul menatap malaikat itu, lalu mengangguk dengan enggan. Apa boleh buat? Waktunya semakin berkurang, dan ia pun tidak memiliki ide lagi. Semoga kali ini berhasil!

***

Sisa 19 jam~

Malaikat noona mengajak Sandeul duduk di halte bus. “Akan ada seorang pemuda seusiamu yang datang nanti, lalu dia tidur di sini.”

“Kenapa dia tidur di sini?”

“Karena itu masalah pribadinya.”

“Kenapa kau bisa tahu?”

“Karena itu masalah pribadiku. Berhenti bertanya-tanya!”

Benar saja, seorang pemuda tampan seusia Sandeul datang membawa ransel, lalu duduk di halte bus dengan hela napas putus asa. Sandeul menatap si malaikat. Hmm?? Tatapannya aneh.

“Ah! Dia sudah tidur! Cepat!” kata si malaikat, mendorong Sandeul.

“Tunggu dulu! Bagaimana aku melakukannya? Bagaimana caranya masuk ke tubuhnya????”

“Yaisshhh!!! Kau pejamkan matamu dan pasrahkan dirimu ke tubuhnya! Pokoknya, kau ingin masuk ke tubuh itu, rasakan hembusan napasnya, nanti kalung itu akan membantumu masuk ke dalam tubuhnya, cepat!”

Sisa 17 jam~

“Hei Junghwan! Konsentrasi! Ini sudah lewat dua jam! Sebentar lagi matahari terbit, dan jangan sampai cowok itu terjaga kembali! Ini kesempatan terakhirmu!”

Sandeul mulai berkonsentrasi penuh. Ia memohon dalam hati supaya jiwanya bisa masuk ke dalam tubuh pemuda di depannya itu. Dan…whuzzh~ seperti ditarik oleh mesin penyedot, Sandeul merasa tersedot masuk ke dalam tubuh pemuda itu.

“Hei! Junghwan! Bangun! Buka matamu! Jangan tertidur!” Sandeul merasa ada yang menampar pipinya. Uhm?? Ternyata si malaikat yang menampar pipinya. “Kita harus menunggu bus pertama lewat, lalu segera memasukinya dan menuju dorm!”

Perlu beberapa menit untuk menyesuaikan kembali dengan tubuh barunya. Ah! Rasanya segar sekali! xD Merasakan kembali hembusan angin pagi, menikmati ramyeon cup yang dibelikan si malaikat noona untuknya. Wuaaaah, ternyata…setiap detik dan setiap hal dalam hidup ini sangat berharga! Selama ini, dia melewatkan segalanya tanpa mempedulikan hal-hal kecil, seperti bernapas, menikmati makanan, dan sebagainya. Rasanya ingin menangis saat bisa kembali hidup dan menikmati anugerah Tuhan.

“Kau harus menjaga tubuh orang ini dengan baik. Jadi, makan sampai kenyang sambil menunggu bus kita datang.”

Sandeul mengangguk sambil sedikit melirik malaikat yang sekarang menyamarkan dirinya menjadi seorang gadis manusia yang manis. Sandeul berpendapat, orang akan curiga jika melihat noona ini berjalan nanti. Karena, dia terlalu cantik dan manis >_< manusia tidak akan percaya dia adalah gadis biasa, mereka pasti akan tetap mengira malaikat.

“Berhenti memandangiku.”

“Uhuk..uhuk..uhuk!!” Sandeul tersedak. Aih~! Itu karena noona sangat cantik!

Sisa 15 jam. Junghwan, itu busnya. Ayo!”

Sandeul dan si noona memasuki bus menuju dorm B1A4. Yeah! Semoga kali ini berhasil!

“Kenapa mereka melihatku terus??” gerutu malaikat noona.

Sandeul tersenyum dan berdeham. “Karena noona cantik, jadi mereka tertarik padamu.”

“Tapi ini samaranku paling jelek, loh. Manusia memang penuh nafsu -..-.”

“Apa?!! Aku tidak penuh nafsu!!! Jangan asal bicara.”

“Berisik. Butuh dua sampai tiga jam menuju dorm. Manfaatkan waktu untuk berpikir dengan baik, Junghwan.”

“Araseo.”

***

Sisa 12 jam~

Sandeul memencet tombol pintu dorm B1A4. Kemudian sebuah suara keluar, “Kami sedang petgi~ silakan tinggalkan pesan, kwak!!”

“Aigooo, suara seksi siapa itu o.O?”

“Entahlah, yang pasti bukan suaraku,” jawab Sandeul. Sekarang untuk mengingat segala hal dalam hidupnya menjadi semakin sulit. “Sekarang bagaimana, noona? Mereka semua pergi. Kemana kita harus mencarinya?”

“Kau manfaatkan tubuh itu untuk mencari teman-temanmu. Aku harus pergi sekarang, nanti aku kembali lagi. Selamat berjuang Junghwan.”

Plop!

—-

Sisa 10 jam~

Sandeul dengan tubuh pinjamannya berlari sekuat tenaga menuju gedung WMEnt. Penjaga apartement mengatakan bahwa B1A4 sedang berlatih di WMEnt build, maka Sandeul harus segera menuju ke sana.

“Arrgh!! Aku harus segera bertemu member dan bertanya di mana tubuhku!!”

Whuzzzh~ Sandeul terpental keluar dari tubuh pinjamannya. Mwo?? Apakah si pemiliknya sudah bangun??

“Aduuuh, apa yang terjadi?? Loh, kenapa aku ada di sini ya?” si pemuda menggaruk kepalanya, berdiri lalu pergi. Sementara itu, Sandeul berusaha keras untuk berdiri dengan kedua kakinya. Tapi…rasanya berat sekali, dan panas matahari sangat menyengat kulitnya yang tipis itu.

“Bagaimana ini?? Hhhh….hhh..dadaku sesak sekali! Eeeerrrggghhhh! Sisanya hanya 9 jam. Kau harus semangat Lee Junghwan!!!”

Sandeul berjalan dengan sangat pelan. Kakinya terasa sangat berat untuk berjalan, dan setiap langkah selalu membuatnya susah bernapas. Apakah karena ini siang hari? Noona pernah satu kali mengatakan bahwa dia tidak akan kuat berada di bawah sinar matahari…

“Bukan, itu karena waktu dan airmata yang tersisa hanya sedikit Junghwan.”

“Oh?!! Noona! Untung…hhh..kau datang. Lalu…hhhh…bagaimana? Aigoo…aku istirahat dulu..”

“Kau menghabiskan tiga jam untuk berjalan??”

“Apa??!!!! Tapi..aku hanya berjalan beberapa langkah!”

Sisa waktumu hanya 6 jam! Ayo, kubantu kau berjalan.” Malaikat noona merangkul Sandeul dan membantunya berdiri. “Aku tidak bisa memberimu banyak kekuatan, karena itu bisa melemahkan sayapku, dan…aku akan menambah daftar pelanggaranku nanti.”

“Menambah daftar pelanggaran?? Apakah membantuku itu melanggar aturan?”

“Iya, tapi sudahlah! Kau sudah sejauh ini, jadi jangan sia-siakan kesempatanmu!”

***

Sisa 3 jam~

“Noona, sudahkah tiba di gedung WMEnt??”

“Hah?? Kau…tidak ingat di mana gedung manajement yang menaungimu??” Sandeul menggeleng. “Sisawaktumu hanya dua jam,” tambah malaikat noona saat mengecek ponselnya.

“Mwo??!!! Kan masih ada tiga jam?!!!”

“Tidak. Satu jam lainnya adalah ketika aku datang menemuimu dan memakaikan kalung itu untukmu. Jadi, sekarang sisa waktumu adalah dua jam.”

“Kenapa bisa begitu?!! Kau tidak menjelaskannya padaku!!”

“Itulah peraturannya, Junghwan! Apa kau pikir kami akan menjelaskan segalanya untukmu?? Maaf, tapi seperti itulah peraturannya.”

Sandeul menatap kalungnya, dan hanya ada satu titik kecil di sana. Sedangkan waktu yang tersisa hanya dua jam, mungkin sekarang sudah mendekati satu jam..mungkin juga sudah habis. Sudah tidak ada gunanya memikirkan berapa sisa waktunya, karena airmata di dalam kalungnya sekarang mulai memudar.

“Sepertinya inilah akhir dari perjalananku, noona,” kata Sandeul sambil menitikkan airmata. “Aah, seharusnya aku mengucapkan salam perpisahan.”

“Tidak.”

“Apa?”

“Junghwan, kau sudah dekat dengan tubuhmu!!! :D ”

“Apa maksudmu?”

Malaikat itu menunjuk ke gedung di belakang Sandeul. “Jiwamu berjalan sesuai  keinginannya, dan…dia berjalan menuju tubuhnya sendiri. Junghwan, kau ada di dalam rumah sakit itu! Wuaow! Kau hebat! ^^ Ini saatnya kau pulang!”

“Tapi..airmatanya???”

“Tentu saja dia memudar, karena dia membawamu kembali ke tubuhmu. Kau tahu? Tubuh manusia memiliki daya magnetik yang sangat tinggi, dan itulah mengapa jiwa manusia bisa melekat dengan erat di tubuhnya^^. Junghwan, senang bertemu denganmu, dan selamat berpulang kembali ke tubuhmu.”

Malaikat noona itu melambaikan tangan, sementara pandangan Sandeul semakin mengabur, dan akhirnya gelap menyelubunginya. Dimana? Kenapa gelap?? Apakah ini alam kematian? Gelap sekali??

“Oi, Sandeul!! Kalau mau bangun, bangunlah!!! Hyung, benarkan? Kalau kita bawakan ayam, dia pasti bangun!”

Itu suara Baro. Apakah..apakah…

Sandeul membuka matanya…dan…

“Singkirkan hidung besarmu itu, daramji!” celetuk Sandeul dengan suara pelan.

“Yeah! Dia bangun kan? Ahahah.”

Sandeul terduduk dan mengamati ruangan di sekitarnya. Apa yang terjadi? Kenapa dia ada di rumah sakit? Memangnya dia sakit?? Apa yang telah dialaminya hingga ia di rumah sakit?

“Kau collaps ^^,” kata Jinyoung hyung menepuk kepala Sandeul. “Senangnya melihatmu sudah bangun lagi. Kami sangat khawatir.”

“Memangnya aku collaps kenapa?”

“Kau kelelahan, Sandeul, jadi antibodimu menurun drastis dan kau collaps, lalu jatuh pingsan ^^.”

“Kau pingsan selama dua hari, hyung T^T.”

“Benarkah? Selama itu?”

Sandeul menggaruk kepalanya. Uhmm?? Apa itu? Bulu putih? Darimana datangnya bulu itu? Jadi…Sandeul pingsan selama dua hari? Wuah..lama juga. Tapi…sepertinya selama itu dia memiliki sebuah mimpi yang aneh. Humm?? Tapi ia lupa.

“Ah, tapi rasanya aku senang sekali bisa melihat kalian. Bisakah kita saling berpelukan? ^^.”

-END-

Comments

You must be logged in to comment
HstyArigawa #1
Aahahhahahah, seru ceritany chingu !!

Salam kenal yaak
Aku masih newbie, jd mohon pertolongannya :D

Skalian promosi deh, baca jg cerita ku ne, ff brothership Super Junior !!
*peace

Tetep brkarya ne chingu, hwaitiing !! (9'̀⌣'́)9