Chapter 1

Impeccable

 

Selalu ada cerita yang terukir setiap kali hujan turun membasahi bumi.

Aku percaya akan hal itu.

Kenapa? Karena hujan telah mempertemukan aku dengannya.

 

***

Seoul – 03.15pm

 

Suara gemiricik air hujan yang turun seakan menjadi irama tersendiri. Aku tengah berteduh disebuah halte yang sudah tidak digunakan lagi. sepi, tentu saja. Hanya ada aku seorang disini.

Aku menengadahkan kepalaku, -menatap langit yang masih menangis. Sesekali ku ulurkan tanganku kedepan. –merasakan tetesan air hujan yang jatuh membasahi telapak tanganku.

Hujan adalah favoritku.

Aku selalu setia mendampingi hujan hingga dia benar benar berhenti menangis. Hujan selalu berhasil mengembalikan moodku yang buruk dan membuatku tenang. Hujan juga memberiku banyak kenangan indah saat aku kecil. Itulah alasan mengapa aku sangat menyukai hujan.

Seseorang yang terlihat dari jauh tiba tiba saja menarik perhatianku. Lelaki itu berusaha menghindari hujan dan berlari ke arahku. –lebih tepatnya halte ini. Tubuhnya basah kuyup, dia memeluk tubuhnya sendiri sambil sesekali mengusap wajahnya yang basah.

Sesuatu yang ada pada lelaki itu seakan menarikku untuk terus menatapnya. Aku tak tau, kenapa aku tidak bisa melepaskan pandanganku padanya. Sosok itu terlihat begitu menawan dimataku.

Rambutnya yang basah, wajahnya yang bisa dibilang cukup manis untuk ukuran seorang lelaki, bibirnya yang tebal, kulitnya yang putih, apalagi dengan air yang menetes dari rambutnya dan mengalir membasahi wajahnya. Itu membuatnya terlihat cukup.. err, seksi.

Aku menelan ludahku pelan, lalu kembali menatap lurus kedepan. –berusaha membuang fantasi fantasi liar yang mulai berkecamuk dipikiranku. Kulihat dari mata falsetku, dia duduk disampingku.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak menoleh lagi padanya. Aku takut kalau lelaki itu merasa terganggu dan memilih berteduh ditempat lain. Seakan magnet yang menarikku dengan kuat, lagi lagi aku tak bisa menahan diriku.

Kini aku menoleh padanya, -menatap sosok itu. Beberapa detik kemudian, dia juga menoleh padaku. kedua mata kami bertemu. Dan saat itu aku merasa waktu berhenti selama beberapa detik.

Dia tersenyum tipis padaku lalu kembali menatap lurus kedepan. Sementara aku? Aku hanya diam seperti orang idiot sambil terus menatapnya.

Aku merogoh saku jaketku, lalu menjulurkan saputangan padanya. Sejenak ia sempat ragu, dan hanya menatap saputangan tersebut. seakan takut kalau aku orang jahat yang ingin membiusnya.

Tapi aku menarik tangannya dan menyerahkan saputangan tersebut.

“Kau bisa memakainya untuk mengeringkan wajahmu”. Ucapku

Dia kembali tersenyum. –sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda terimakasih padaku lalu mulai mengeringkan wajahnya. Aku hanya tersenyum, bagaimana tidak? Jantungku berdebar sangat cepat saat tanganku menyentuh kulitnya.

Satu hal yang aku tau tentang lelaki itu sekarang. Kulitnya benar benar halus.

Hujan seakan menjadi saksi pertemuanku dengannya. Tidak bisa dipungkiri kalau aku terpesona pada lelaki disampingku ini. sekarang yang terdengar hanyalah suara hujan yang berirama. Aku dan dia sama sama terdiam, -menatap hujan yang turun.

Aku percaya takdir. Dan aku yakin dialah takdirku.

Mungkin ini terlihat bodoh. Tapi perasaanku berkata kalau lelaki memang takdir yang diberikan tuhan untukku. Sosok yang akan membuat perubahan besar dalam hidupku.

Aku senyum sendiri saat aku sadar pikiranku sudah melantur kemana –mana.

Tak lama hujan berhenti, Aku menatap langit yang kini sudah berhenti menitikkan airmatanya. Aku melirik jam ditanganku dan menghela napas pelan. Padahal aku berharap hujan turun lebih lama agar aku bisa terus berdua seperti ini dengannya.

Dengan berat hati aku bangkit dari dudukku dan beranjak pergi dari tempat itu. baru beberapa langkah, suara seseorang dibelakangku menghentikannya. Antara percaya dan tidak percaya, aku menoleh kebelakang dan melihat sosoknya berjalan menghampiriku.

“Saputanganmu”. Ucapnya pelan.

Aku hanya mengangguk pelan, lalu mengambil saputangan itu dan memasukkannya kembali pada saku jaketku.berpura pura bersikap biasa saja, padahal hatiku rasanya ingin meloncat girang karenanya.

“em, jika aku boleh tau. Ini daerah apa namanya?”. Tanyanya dengan wajah polos dan bingung.

Aku mengernyitkan dahiku, “ini di Seoul. Lebih tepatnya Apgujeong”

Dia hanya mengangguk paham, -masih terlihat bingung.

“Kau bukan orang sini?”.

Untuk kedua kalinya Dia mengangguk pelan. “Rumahmu di daerah mana? Biar aku mengantarmu pulang”

Dia terdiam, -seakan berpikir. Sedangkan aku hanya menatapnya bingung.

“Aku tidak punya rumah”. Ucapnya pelan

Aku mengusap tengkukku pelan, -Bagaimana bisa dia tidak punya rumah? Lalu selama ini dia tinggal dimana? Banyak pertanyaan yang terus berputar dibenakku, tapi aku tak berani menanyakannya.

“Kalau begitu kau tinggal dirumahku saja untuk sementara, Bagaimana?”. tawarku

Dia terlihat berpikir sambil menatapku. Sementara aku hanya tetawa pelan melihat ekspresi wajahnya yang bisa dibilang sangat menggemaskan. “Tenang saja, aku bukan orang jahat”. Ucapku lagi.

 

***

 

Untuk sekian kalinya Donghae melirik sosok lelaki yang tengah duduk di pojok café ini sambil menyesap coklat hangat yang memang sengaja aku pesankan untuk lelaki itu.

“Bagaimana bisa dia tidak mempunyai tempat tinggal?”. Ucap Donghae tiak percaya

Aku hanya mengedikkan bahuku pelan, lalu menyesap cappucinno milikku.

“Jangan jangan dia hanya mengincar hartamu saja, Siwon-ah”.

Aku langsung menjitak kepala sahabatku tersebut. “Jangan bicara sembarangan, Aku yakin dia bukan orang yang seperti itu”. balasku jengkel.

Donghae hanya meringis pelan, -mengusap usap kepalanya sambil sesekali bergerutu pelan.

“Aku kan hanya mengatakan apa yang aku pikirkan saja”. Ucapnya kesal

Aku hanya menatapnya malas, lalu kembali meminum cappucinnoku. Sesekali aku memperhatikan sosoknya yang tengah menatap keluar jendela. Tanpa sadar seulas senyuman terpampang dibibirku saat melihat sosoknya. “Kau… menyukainya?”. Tanya Donghae dengan tatapan menyelidik

“Menurutmu?”. Aku masih belum mengalihkan pandanganku darinya

“Tentu, Kau pasti menyukainya”

Aku hanya tersenyum sebagai tanda bahwa aku membenarkan ucapan Donghae tersebut.

“Jadi, siapa  namanya?”

Aku menatap Donghae, Aku pun baru sadar kalau aku dan dia belum berkenalan sama sekali.

“Tidak tau?”. Tanya Donghae

Aku hanya tertawa kaku, sambil mengangguk pelan.

“Choi Siwon, bodoh”. Umpatnya

“Sudahlah, kembali pada topik awal”. sanggahku

Donghae hanya tertawa lalu mengeluarkan  beberapa map dari tasnya. –map tersebut berisikan berbagai macam dokument. “ini target baru kita, dia seorang mafia. Diperkirakan hampir 2 juta triliun dia menggelapkan uang dari kerja samanya dengan tuan Kim, target kita yang sebelumnya”.

Aku hanya mengangguk paham, sambil terus mendengarkan penjelasan Donghae tentang target baruku itu. Aku mengambil beberapa lembar kertas yang berisi data lengkap orang tersebut dan juga fotonya.

“Dia juga seorang Gay , banyak orang yang mengatakan kalau dia . membeli beberapa pelacur untuk memuaskan napsunya dan menjadi budak nya. Terhitung kurang lebih ada empat orang yang mentalnya hancur karena hal ini bahkan sampai ada yang meninggal karena depresi berat”

“Ah, ini menjijikan”. Gumamku pelan.

Jika kalian belum tau apa pekerjaanku, biar aku jelaskan. Aku adalah seorang pembunuh bayaran. Well, tentu saja tarifku sangat mahal untuk melakukan pekerjaan sampingan ini karena aku terbilang cukup professional dalam urusan bunuh membunuh.

“Dia tinggal di China. Namanya Tan Hangeng, kau bisa mulai melakukan misi ini minggu depan. ari biaya akomodasi, Pesawat pribadi, dan apapun yang nanti akan kau butuhkan sudah disiapkan oleh master”. Jelas Donghae

“Baiklah, Aku ambil map ini. untuk aku pelajari nanti”. Ucapku lalu bangkit dan berjalan meninggalkan Donghae yang hanya menggelengkan kepalanya menatap kelakuanku tersebut.

Aku berjalan menuju lelaki yang sedari tadi sudah menungguku.

Kedatanganku itu membuatnya sedikit terkejut dan salah tingkah. Dia tersenyum kaku padaku, aku pun membalasnya dengan senyuman lembut. “Jadi siapa namamu?”

“Em, Aku Cho Kyuhyun”

“oh, Aku Choi Siwon. Mulai sekarang kalau ada  yang kau butuhkan bilang saja padaku ne? Jangan sungkan”. Ucapku ramah. Dia hanya mengangguk paham. “Terimakasih”. Balasnya pelan.

 

***

 

“Nah, mulai sekarang anggap ini rumahmu juga ne?”.

Kyuhyun hanya mengangguk paham, -kedua obsidiannya terus menatap sekeliling ruangan tersebut. sementara aku masuk ke kamarku dan kembali keluar dengan membawa beberapa pakaian untuknya.

“Kau pakai bajuku dulu saja. Besok kita belanja keperluanmu”. Ucapku menyerahkan baju tersebut. –baru saja aku hendak merapikan meja di ruang tengah yang cukup berantakan. –dia menahan tanganku.

Menatapku dengan tatapan lembut. “Kenapa kau baik sekali padaku?”. tanyanya

Aku terkekeh pelan lalu memegang pucuk kepalanya, -mengusapnya beberapa kali. “Bagaimana jika aku bilang karena aku menyukaimu?”. Godaku.-sambil mengerling nakal.

Ku lihat, dia langsung menundukkan kepalanya. Malu. Segurat pipinya terlihat merah padam, membuatku ingin sekali mencubit pipinya tersebut. “Sudah sana bersihkan dirimu”. Ucapku lalu memegang kedua bahunya dari belakang dan mendorongnya menuju kamar mandi.

 

***

Aku mulai membersihkan rumahku yang terbilang cukup berantakan dan tidak terurus ini. –beberapa majalah dewasa tergeletak di meja dan sofa, serta bungkus sisa makanan dan soju yang berserakan. Aku mengutuk diriku sendiri, kenapa aku tidak menyewa seorang pembantu saja? Setidaknya untuk membersihakn rumah ini. dan memberi kesan pertama yang baik pada Kyuhyun.

Setelah terlihat cukup rapi, aku menghempaskan tubuhku ke sofa. Ini sangat melelahkan. Aku sedikit meregangkan tubuhku ke kanan dan kekiri. Sampai aku lihat Kyuhyun keluar dari kamar mandi.

Dia terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Aku terkekeh pelan saat melihat baju panjangku yang terlihat sangat kebesaran ditubuhnya. Leher putihnya terekspos begitu saja. Membuatku.. err. Begitulah.

“Bajumu sangat besar”. Ucapnya merentangkan kedua tangannya, seakan memperlihatkan kalau baju yang ia pakai benar benar kebesaran ditubuhnya. Aku tertawa pelan.

“Besok aku akan membelikanmu pakaian”.

Aku bangkit dari dudukku, lalu menarik bahunya. –menyuruhnya untuk duduk di sofa. Dia terlihat bingung tapi tidak menolak sama sekali perintahku. Dia menatapku dengan tatapan polos, membuatku untuk kesekian kalinya ingin sekali menerkamnya.

“Aku mandi dulu, kau tunggu disini ne? Nanti aku akan pesankan makanan untuk kita”.

Dia hanya mengangguk paham, sambil tersenyum. Aku pun tersenyum, lalu menepuk kepalanya pelan dan berjalan menuju kamarku.

Aku menghempaskan tubuhku ke ranjang. –menatap langit langit kamarku dengan tatapan menerawang.

Ini bukan mimpi kan? Jika ini hanya mimpi, aku berharap aku tidak akan pernah bangun dari mimpi ini. semuanya terjadi begitu cepat. Aku bahkan baru bertemu dengannya beberapa jam yang lalu. Tapi entah mengapa rasa nyaman dengannya itu seperti sudah ada sejak lama.

Sosoknya terasa familiar. Entah kami memang pernah bertemu sebelumnya, atau sosoknya memang mirip dengan orang dimasa laluku sehingga aku merasa nyaman seperti ini. Satu yang pasti, aku bahagia.

Aku meraih map yang tergeletak disampingku. –mengambil beberapa lembar kertas. Dan sedikit mempelajari tentang target baruku ini.

Ah, China. Itu berarti aku harus pergi ke China sampai tugas ini selesai.

Bagaimana dengan Kyuhyun? jika aku mengajaknya ke China, apa dia mau ikut? Atau aku tinggalkan saja dia sendirian disini? Aku merutuki diriku sendiri karena menerima pekerjaan ini. Ah, seharusnya aku tolak saja target kali ini. agar aku bisa berdua dengan Kyuhyun disini.

Aku kembali menyimpan kertas kertas tersebut pada map dan menyimpannya di laci. Lalu berjalan menuju kamar mandi. Kegiatan rutin yang paling sering aku lakukan di  kamar mandi adalah : merenung.

 

***

Aku keluar dari kamarku, sudah membersihkan tubuhku tentunya. Aku melihat Kyuhyun sedang berbaring di sofa. Sepertinya dia tertidur karena terlalu lama menungguku di kamar mandi.

Aku berjalan mendekatinya, dan jongkok. Menatap wajahnya yang terlihat begitu tenang dan damai saat tertidur seperti ini. wajah polosnya sangat menggemaskan.

Tanpa sadar, aku meraih pipinya dan mengelusnya perlahan.

Tas kecil disampingnya menarik perhatianku. Itu satu satunya barang yang Kyuhyun bawa. Dengan sedikit hati hati aku mengambil tas tersebut dan membukanya.

Tidak ada apa apa. Hanya terdapat beberapa lembar uang, passport, dan kalung.

Tunggu. Passport? Aku membuka passport itu.

Guixian? Jadi dia berasal dari China? Seulas senyuman terpampang dibibirku. Itu berarti ada kesempatan untuk membawanya kembali ke China saat aku melakukan misi tersebut.

Lalu aku mengambil kalung tersebut. entah mengapa sepertinya aku pernah melihat kalung ini. rasanya seseorang pernah memberiku kalung yang sama persis seperti ini. tapi aku lupa. Aku hanya mengedikkan bahuku. –mungkin hanya perasaanku saja.

Aku kembali memasukkan isi tasnya. Dan mengangkat tubuhnya yang masih tertidur pulas dan membawanya ke kamarku. Rumahku cukup besar. Tapi hanya terdapat satu kamar disini. Ya, mau tidak mau dia harus tidur bersamaku.

 

***

China – 07.49pm

 

Seorang lelaki memakai jas hitam rapi, -terlihat panik saat melihat kamar yang kosong, tidak ada pemiliknya. Jendela kamar tersebut terlihat terbuka. Satu hal yang ia yakin, orang itu pasti sudah melarikan diri.

Beberapa orang yang memakai pakaian sama sepertinya sibuk mencari keberadaan orang itu. sementara ia berjalan pada sebuah ruangan besar dimana majikannya berada. Ia mengetuk pintu pelan, tak lama terlihat seraong penjaga membuka pintu ruangan tersebut.

Terlihat seorang lelaki sedang duduk dengan angkuh sambil menyesap rokok ditangannya. Ia menyambut bawahannya yang baru datang tersebut. sebut saja Tan Hangeng. –lelaki itu menatap dengan tatapan ada apa pada lelaki dihadapannya.

“Guixian menghilang, tuan”.

Ia membelalakkan matanya, terkejut.

“Bagaimana bisa?!” bentaknya

Lelaki itu berlutut sambil menundukkan kepalanya. “Maafkan aku, tuan”

Hangeng berdiri, lalu menendang lelaki itu hingga tersungkur ketanah. “Kau tidak becus sama sekali”.

Ia mengisyaratkan pada bawahannya yang lain untuk mendekat padanya.

“Kalian harus temukan, Guixian. Dimanapun dia berada sekarang, kalian harus membawanya kembali padaku. kalau tidak, nyawa kalian sebagai taruhannya”. perintahnya.

“Baik, tuan”. Ucap beberapa orang bawahannya itu lalu menunduk patuh dan berjalan keluar.

 

TBC

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nurh4fiz4h
#1
Chapter 2: Next chapter please.....
Bagus bangettt.....
BabyBugsy
#2
Chapter 2: woaahhh kyuhyun jdi seorang slave ternyata selama ini ? Kasihan banget kyuhyun :(((( jangan sampai siwon dan kyuhyun salah paham dengan latar belakang hidup mereka. Kyuhyun harus dilindungi.
BabyBugsy
#3
Chapter 1: jadi selama ini kyu dikurung sama hangeng? Trus melarikan diri dan bertemu siwon sampai tinggal dirumah siwon. Hmmm kasihan kyuhyun. Berharap siwon akan melindunginya dari hangeng. Kalau perlu berhasil membunuh hangeng dimisinya kali ini . Fighting !!!
Nurul_H #4
Chapter 2: kyu kalo tau siwon pengen ngebunuh hanggeng, bisa loncat2 kegirangan dia....
uwiekyuwie #5
Chapter 2: Waaahhhh..... next chapter pleaseeee.....
I love it
wonkyuhae #6
Chapter 2: kyu di chap ini lucu banget ,,,
Semoga aja kyu gak berpikir macem2 dan tetep tinggal bareng siwon ,,,

Semangat author , ditunggu next chap :)
evenoer #7
Chapter 2: aigooo...(tepok jidat)
slave ???babykyunnie kasihannya dirimu....
klo kyu tahu siwon pembunuh bayaran yg mo ngebunuh hangeng pasti seneng dia....
Siwonkyu #8
Chapter 2: Kyu jngan kbur dlu ya,,siwon bkan orng jahat... makin penasaran,,lanjut!! :)
diananda #9
Chapter 2: wahhhh,,,Kyu salah paham nih ama Siwon,,
truss Siwon, sudah tahu identitas Kyu,,
hmmm,, apa yg akan terjadi nntnya??

lanjutt ^^
kkyu32 #10
Chapter 2: Astaga.. Kyuhyun kyknya bakal salah paham. Siwon jg :" smoga baik" aja deh hubungan wonkyu.. Dilanjut asap ya thor kalo bisa :)