[PART 1] Chapter 01 - The Two Musketeers' Stupid Daily Routines

The Story of a Dragon and a Cop

 

Suara langkah kaki seorang ibu-ibu paruh baya mengisi keheningan di lorong itu. Udara pagi yang kala itu terasa dingin, tak membuat ibu-ibu ini tidak tak tergesa-gesa untuk melaksanakan ‘tugas’ yang harus ia lakukan selanjutnya.

Setelah sampai didepan sebuah kamar dengan pintu geser yang berukuran besar, ia mengetuk dahulu pintu itu. Memang tidak ada jawaban, dan ibu ini sudah mengerti mengapa. Ia langsung saja masuk tanpa harus diberi izin dulu oleh sang ‘penghuni’, seperti sudah terbiasa dengan apa yang ia lakukan.

Ibu ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah pengurus rumah besar ini. Juga pengurus para penghuninya, salah satu penghuninya, adalah orang yang ada di depan matanya ini. Yang masih berpetualang di alam mimpinya. Serasa tanpa merasa dosa, ia tertidur lelap diatas kasurnya.

Ibu itu berjalan mendekat dengan perlahan menuju tempat tidur orang yang sedang terlelap ini, kemudian menghela nafas, dan berkata,

“ Tuan muda Yixing, sekarang sudah pagi. Bangunlah, atau nanti Anda akan terlambat untuk sekolah” 

Tidak ada jawaban.

Ibu ini menghela nafas panjang lagi, kemudian berjalan menuju jendela, menyibakkan tirai dan membuka jendela. Kicauan burung-burung, indahnya taman bunga dan rumput-rumput hijau yang tertimpa sinar mentari pagi dan embun, merupakan pemandangan indah yang tersuguhkan lewat jendela kamar orang ini. Sayangnya, sepertinya orang ini memang benar-benar tak peduli dengan karunia yang diberikan Tuhan padanya (hwakakak author sok religus)

“ Tuan muda Yixing, bangunlah” panggil ibu ini sekali lagi, menengok ke orang yang bernama Yixing ini.

“ Hmmmmmm” Orang di dalam selimut tebal ini perlahan mengucek matanya dan bangun. “ Ahhh bibi Liyin, aku kan masih mengantuk. Nanti saja deh bangunnya”

“ Tidak, Tuan muda. Sekarang sudah setengah 7 pagi.”

“ Aaaah, tapi aku kan masuk jam setengah 8, bibi Liyin…” orang yang bernama Yixing ini, malah tiduran lagi dan menyembunyikan dirinya di balik selimut.

“ Hmph. Ya sudah, saya akan membiarkan Anda kembali beristirahat, Tuan muda. Tetapi jika nanti Anda kena setrap dan disuruh lari 30 kali lapangan sepak bola lagi, atau rencana Anda di sekolah gagal, saya tidak mau bertanggung jawab, ya.”

Mendengar kata ‘setrap’ ‘disuruh lari 30 kali’ dan ‘rencana-gagal’ membuat mata sipit orang ini berubah menjadi belo (?) seketika.

“ AAAAAAHHHHH SIAAAAALLLL!!!”

Kemudian, kita dapat mendengar suara pintu kamar mandi dibanting dari kamar itu. 

 

(********)

 

Ahhh sial! Kesempatan seperti ini kan hanya datang sekali dalam setahun! Aaah coba saja kalau aku tidak menonton pertandingan FC Barcelona vs Man United tadi malam, pasti aku tidak akan mengantuk begini!

Secepat yang ia bisa, Yixing berlari menyusuri trotoar jalan menuju sekolahnya. Menelusup, menyelip diantara orang-orang yang berjalan berlawanan arah darinya, cuma untuk satu tujuan, yaitu…

 

*Di depan gerbang sekolah Yixing, pukul 07. 17*

“ Haduh, bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini ada pengecheckan seragam di gerbang masuk sekolah oleh si monster tua—eh maksudku, guru yang galak itu ya, ibu Tiffany? Kalau begitu sih, aku berangkat lebih pagi. Lihat saja tuh, barisnya saja sudah kayak antrian kupon beras gratis” Yixing bergumam pada dirinya sendiri, berdiri melongo melihat barisan murid-murid yang sedang akan diperiksa seragamnya dan kukunya oleh ibu Tiffany.  Dan tak lama kemudian, sebuah senyum manis yang agak-agak ‘devilish’ tersungging diwajah tampannya.

Perlahan namun pasti, Yixing berlari perlahan, mengendap-endap melewati barisan orang-orang yang sedang menunggu gilirannya untuk diperiksa supaya bisa masuk ke dalam di ujung sana.

Mumpung ibu Tiffany lagi sibuk tuh, hahahahahahaha. Kalau aku harus baris disana kan lama, pasti aku takkan bisa-----

“ DOOORRRRRR!!!!”

“ WAAAAAAAAAA!!!”

“ Wahahahahaha, sungguh ekspresimu kocak sekali, Tuan muda Yixing… Hahahahahahaha!”

“ Sssssh! Heh Baozi sudah berapa kali aku katakan padamu, jangan panggil aku ‘Tuan muda Yixing!” Yixing berbicara pelan sambil terus mengendap-endap.

“ Hehehehe… iya iya, maafkan aku. Ngomong-ngomong, kau sedang apa? Kok jalannya mengendap-endap gitu sih? Ahhh jangan jangan kau mau menghindari pemiriksaan seragam dan kuku sepertiku, ya? Ahahahahahaha tumben! Yaaah meskipun yang memeriksa itu ibu Tiffany yang manis, tetapi tetap saja---- ” ucap pemuda yang bernama Xiumin ini yang lebih sering dipanggil ‘Baozi’ oleh Yixing.

“ Ahhhh sudah jangan berisik! Ayo cepat, keburu ibu Tiffany-----“

“ EKHEM! Yixing, Xiumin… sedang apa kalian jalan mengendap-endap disini? Mau meloloskan diri dari pemeriksaan seragam dan kuku? Hah?!”

……….Ah, ternyata keburuntungan tidak berpihak kepada mereka.

Spontan, kedua-duanya langsung buru-buru membalikan badan mereka pada sumber suara itu.

“ A-a-ah, se-selamat pagi ibu Tiffany…” Yixing cengengesan begitu melihat ternyata ibu Tiffany sudah mengetahui gerak-geriknya.

Sialan. Hanya ada dua hal yang bisa aku lakukan sekarang: diam ditempat dan pasrah sementara aku takkan bisa kesana sekarang, atau langsung kabur. Eeeeh tetapi kalau tidak salah jam pelajaran kedua sehabis istirahat kan pelajarannya si ibu guru galak itu! Tapikan aku bisa bolos sih…

“ Aaahh selamat pagi, ibu Tiffany! Seperti biasanya Anda cantik sekali! Ahahahahahahah…” Xiumin tertawa (--renyah?) sambil memegang belakang kepalanya.

“ ……Yixing, Xiumin… karena kalian telah melanggar aturan, maka pergilah ke lapangan bola lalu berdiri di tengah-tengah lapangan! Sekarang!”

“…..Hah? Sekarang bu?” Baik Yixing maupun Xiumin kaget dan cengo (?),

“ Nanti yah, tunggu lebaran monyet, sebentar lagi kok” ibu Tiffany tersenyum, dan tiba-tiba senyumannya berubah menjadi sebuah….. “ YA SEKARANGLAH!!!”

“ I-iya bu!!”

Yaaaah, kerusuhan di pagi hari itu kontan saja merebut perhatian anak-anak yang lalu lalang (yang pastinya sih udah kena pemeriksaan) dan anak-anak yang akan menjadi calon korban ‘keganasan’ ibu Tiffany kalau salah seorang di antara mereka ada yang melanggar peraturan sekolah XD

Mari kita lihat, apa yang sekarang Xiumin dan Yixing lakukan….

 

“ *pant* *pant* aaaah, sayang sekali ya, padahal ibu Tiffany cantik, manis… tapi galak.” gumam Xiumin ngos-ngosan, sampai sampai ia terjongkok karena lelah berlari.

Yixing menghela nafas, Duuuh, ya sudahlah. Rencanaku memang benar benar gagal.

“ Lalu, sekarang apa yang harus kita lakukan?” Yixing menatap Xiumin malas. “ Haaaaah, bagaimana ini? Jadi kita akan berdiri disini sampai jam pelajaran pertama berakhir, seperti yang anak-anak lain biasanya? Kenapa parah sekali sih hukumannya? Padahalkan cuma karena begini saja…”

“ Entahlah” Xiumin membenahi poninya yang berantakan sehabis berlari itu. “ Namanya juga ibu Tiffany. Masa lupa dia itu salah satu guru terkiller di sekolah ini? Kan memang banyak yang ingin memprotes atas kelakuan dia, tapi mana ada yang berani? Orang dia dekat dengan kepala sekolah kita…”

“ Ya sudahlah, mau diapain lagi? Yang bisa kita lakukan yaa terima saja, nrimo.”

(Author: Heeeeh? Semenjak kapan si Yixing bisa ngomong bahasa Jawa begitu?)

 

Ya sudahlah, kurasa memang tidak ada harapan lagi. Memang aku bisa mendaftar tahun depan, tapi siapa yang tahu kalau aku tidak disini lagi? Lagian tahun depan kan aku sudah masuk tahun senior, harus menghadapi ujian kelulusan. Yaaah untungnya aku dihukum tidak sendiri, ada Baozi…

“…Yixing?” suara Xiumin membuyarkan lamunan Yixing.

“ Ah… eh… apa Baozi?”

“ Kau kenapa? Kok kelihatannya khawatir begitu? Atau jangan-jangan kau kesal padaku yaaa?? Maaf deh, Yixing…” Xiumin nge-pout seimut yang dia bisa (Author: Jurus pamungkas nih ceritanya? #plakk)

Yixing memandang Xiumin yang berdiri di sebelahnya, “ Ahh tidak, aku tidak marah padamu kok”

“ Lalu kenapa?”

“ Ah, hari ini seharusnya… aku….”

“ EKHEM!”

Sebuah suara mengejutkan mereka lagi, sebuah deheman yang lebih mirip ke ‘sindiran’ dan ‘peringatan’.

“ E-eh, ibu Tiffany! Ibu kok senang sekali sih, dehem-dehem gitu.. terpesona sama kegantengan saya ya bu? Hehehehehehe..” ucap Xiumin narsis, sambil cengengesan.

“ ….Siapa juga yang terpesona sama kamu. Pacar ibu, Choi Siwon, itu lebih cakep daripada kamu, tahu.” kata ibu Tiffany pedes.

“ Siapa? Pacar ibu? Choi Siwon?”

Serius nih?!

“ Iya, pacar saya” ujar ibu Tiffany dengan bangga.

“ Ada fotonya gak bu? Alaaah paling juga cakepan saya,” Xiumin tetap bersikeras kalau dialah yang lebih tampan daripada si pacar (jejadian) ibu Tiffany, yaitu Choi Siwon. (Author: ngarep sih boleh tinggi, tapi kalo ketinggian jangan buu #plakk #digaploksone)

“ Ada! Nih yaaa, bentaaaar..” ibu Tiffany mengeluarkan handphonenya dari saku blazernya. “ Hmmm sebentaaaar…”

“ Hah? Serius tuh ibu Tiffany punya pacar? Emangnya ada yang mau sama dia ya? Baru tau, orang dia galak gitu kok. Yang sabar aja deh siapapun yang jadi pacarnya, semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkati orang itu, ckckckck” gumam Yixing sambil berdecak.

“ HEEEEE?!!! APA KAMU BILAAAAANGG?!!!”

Waduh, ibu Tiffany denger lagi. Yixing menelan ludahnya, dengan susah payah tentunya XD sementara Xiumin memberikan Yixing tatapan ‘semoga-engkau-selamat-lahir-batin-dan-dunia-akhirat-nak’

“ Kamu jangan kurang ajar ya sama ibu. Udah tadi mau ngelewatin razia, terus ngata ngatain ibu pula. Hukuman kamu ibu tambah 2 kali lipat.” ibu Tiffany menatap tajam Yixing yang sekarang sedang menunjukkan ekspresi wajah ‘duuuh-mati-gue’. Dan Xiumin menunjukkan ekspresi ‘hahahahahaha-kasian-juga-tuh-yixing-untung-gue-enggak-hahahahaha’ lalu mendapat balasan ‘sompret-lu-baozi’ dari Yixing.

“ Bu, jangan marah marah terus bu. Nanti cantiknya ilang loh~ Tapi meskipun ibu cantiknya hilang, saya bakalan te------“

“ Sudah kamu juga jangan merayu ibu saja! Hukuman kamu, ibu tambah 2 kali lipat! Baiklah, kalian berdua, karena kali ini kalian sudah mau ibu ajak ngobrol mengenai pacar ibu, Siwon---yaaa meskipun cuma sebentar sih---maka hukuman kalian akan ibu ringankan. Kalian hanya akan ibu suruh berdiri di lapangan sampai jam istirahat, oke? Daan kalian, jangan kabur. Saya mau ada meeting dulu sebentar, pokoknya kalau kalian sampai kabur dan ibu liat kalian, saya akan habisi kalian, paham?!”

“ Pa-paham bu…”

“ Bagus.” Dengan itu, ibu Tiffany melangkah pergi dan meninggalkan Yixing dan Xiumin di tengah lapangan. Setelah ibu Tiffany sudah agak jauh…..

“ MWAHAHAHAHAHAHAHAHAH!!!! MAMPUUUUUUSSSS!!!” Yixing tertawa dengan puas, sepuas-puasnya. “ MWAHAHAHAHAHAHAHAHA!! MAKANYA, EMANGNYA ENAK?!!! WAKAKAKAKKAKAKAKAKAKKAKA!!!”

Xiumin yang merasa annoyed, hanya melirik Yixing dan menggaruk-garuk kepalanya. “ Iya, iya. Sudahlah kau nggak usah ketawa segitu hebohnya, nanti ibu Tiffany malah balik lagi.”

“ Habisan, tadi ekspresimu kocak banget waktu ibu Tiffany bilang hukumanmu juga ditambah 2 kali lipat. Bukannya kau berusaha supaya hukumanmu bisa sebanyak aku---supaya kita berdua impas---malah begitu. Otakmu itu isinya cuma ‘bagaimana-cara-ngajak-kencan-cewek-cewek-cantik’ sih. Hahahahahahaha…” ujar Yixing, tertawa, sambil menaruh tasnya di bangku-bangku yang disediakan sekolah, dipinggiran lapangan.

“ Hehehehehe, sebenarnya---eh, titip tasku dong! Nih! *lempar*---aku melakukan itu dengan sengaja…” Xiumin cengengesan.

“ Sengaja?---iya, iya, kenapa harus dilempar sih? Kenapa tidak ditaruh sendiri saja?---Kok sengaja?” Yixing menatap Xiumin setelah kembali ke tempatnya semula, di tengah lapangan, di sebelah Xiumin.

Xiumin menggetak kepala Yixing, “ Dasar bodoh.”

Yixing hanya bisa mengaduh, “ Hei! Kau kan tidak perlu menggetak kepalaku juga! Kan aku menanyaimu baik baik! Auuccccch!!!”

“ Tentu saja, jawabannya mudah.” Yixing tersenyum, sepertinya tanpa merasa dosa setelah menggetak kepala Yixing.

“ Apa jawabannya?” Yixing penasaran.

“ Pikir saja sendiri”

“ Pelit sekali sih, kasih tahu dong”

“ Tidak.”

“ Ah, Baozi pelit niih. Apanya yang mudah,” Yixing mendesah.

“ Aaaaah gak tau deeeh, hehehehehehehe..”

“ Kasih tau dong, Baozi-nyan! Puhleazeeeeee” Yixing mengedipkan matanya beberapa kali dengan ganjennya (?).

“ Hhhh sudah cukup, hentikan kedipan matamu itu. Jangan harap kau bisa merayuku dengan cara seperti itu ya, kecuali kau cewek cantik. Jawabannya adalah…. Karena kita kan sahabat! Aku tahu ibu Tiffany pasti akan marah, dan pasti akan memberikan hukuman tambahan untukku” Baozi cengengesan sambil menggaruk-garuk kepalanya, dan sesekali menepuk-nepuk pundak Yixing.

Tak kusangka, ternyata Baozi seperti itu untukku juga ya…

“ Heh? Kenapa kau senyum-senyum sendiri? Seperti orang yang sudah tak berakal saja..”

“ E-eh siapa yang tak berakal! Ohya ngomong ngomong, terima kasih ya atas pengorbananmu itu..” Yixing tersenyum semanis yang ia bisa, plus lesung pipitnya yang membuat senyumannya itu makin manis. (Author: Seenggaknya sih dimata author)

“ Iya, tak apa. Tak usah terlalu dipikirkan, toh aku melakukan ini juga untukku sendiri. Sebab aku malas ikut pelajaran pertama sih, matematika itu memang aneh. Menyuruh orang untuk menyelesaikan masalahnya, masalah kita sendiri aja belum tentu bisa kita selesaikan. Selama seminggu ini guru matematika diganti dengan guru killer yang itukan ya? Wah mana aku belum mengerjakan prnya lagi..” Baozi tiba-tiba mendumel. “ Ohya, ngomong ngomong, tadi kenapa tampangmu seperti itu? Ada masalah?”

Yixing menoleh, “ Hanya masalah kecil. Tak apa, tak perlu dipikirkan” lalu tersenyum.

 “ Heh? Masalah? Ceritakan saja padaku! Kenapa sih suka menyimpan masalahmu untuk dirimu sendiri saja? Lalu apakah gunaku sebagai sahabatmu, hm?” Baozi menatap Yixing. Yixing menunduk,

“ Ah, tak apa kok… hanya masalah kecil.. tentang pendaftaran anggota klub detektif sekolah, tak apa. Tak perlu dipikirkan…” Kata Yixing dengan pelan dan lirih, namun Baozi masih bisa mendengarnya.

“ Pendaftaran klub detektif sekolah? Maksudmu.. klub detektif yang katanya suka dipanggil untuk membantu polisi itu ya? Kau mau mendaftar kesana?? Bagus! Aku mendukungmu! Kau kan pintar, apalagi untuk urusan IPA. Mungkin saja menjadi penyelidik forensik cocok untukmu, dan mungkin dengan bergabung bersama mereka, kau mempunyai kesempatan untuk meraih cita-citamu! Dengan bergabung bersama mereka, kau akan mempunyai banyak pengalaman. Kau pernah bilang sendiri kalau kau ingin bekerja dikepolisian, kan?”

Yixing mengangguk, “ Tetapi tidak semudah itu. Apalagi kondisiku seperti ini”

“ Kondisimu? Kenapa?”

“ Lihat saja sendiri. Kita berdua sedang dihukum. Sementara pendaftarannya kan hari ini, ingat apa yang aku katakan kemarin padamu?” Yixing menatap Baozi sebentar, lalu melihat ke pepohonan yang letaknya tak jauh dari lapangan dimana dia berdiri.

“ Yang kemarin Yinhe-sunbae katakana padaku?”

*flashback--Xiumin*

“ Ada apa sih, kok meja itu ramai sekali?” gumamku pada diri sendiri, disusul anggukan dari sahabatku, Yixing, yang tengah duduk sambil meminum bubble tea traktiranku disebelahku.

“ Entahlah, kau mau mencoba melihat kesana?” Yixing melirikku, dia mengajakku. Tapi aku tahu, sebenarnya dia tak tertarik dengan keramaian seperti itu.

“ Yap, aku penasaran” kataku. Apa sih kerumunan itu? Pembagian tiket gratis nonton bioskop? Voucher makan gratis? Aku buru-buru menggenggam tangan Yixing dan menggeretnya bersamaku.

“ Heh! Lepaskan aku, Baozi sialan! Jangan ngegeret!” dumalnya. Huh, nanti kalau dia tidak kugeret, pasti takkan mau ikut bersamaku.

Akhirnya kami berdua sampai ke meja yang sedang dikerumuni itu. Apa sih?

“ Oi, sedang apa sih? Kok ramai sekali?” ucapku setelah berhasil menembus kerumunan dan berdiri tepat di depan meja yang sedaritadi  dikerumuni.

“ Oh, kau, Xiumin! Begini, kami sedang membuka pendaftaran klub detektif kami. Ini brosurnya, barang kali kau tertarik” Yinhe-sunbae menyodoriku sebuah brosur yang disitu, sepertinya terdapat beberapa lembar formulir.

“ APAAAA?! DETEKTIF?!!!”

 Alamak, kaget.

Dasar Yixing.

“ Iya detektif. Kenapa sih? Tadi kau marah-marah, sekarang semangat, mana pake teriak ditelingaku segala lagi!” aku menekan-nekan telingaku.

“ Eheheheheh, sori-sori.. pinjam brosurnya dong” Yixing merebut brosur itu dari tanganku. Ah, aku lupa. Anak ini kan tergila-gila dengan hal-hal yang berbau detektif dan forensik.

“ Wah, Yixing, sepertinya kau sangat tertarik ya. Kalau kau mau, besok kau bisa datang ke ruangan kami—tahukan letaknya dimana?—pukul setengah 8 pagi, aku tunggu ya. Dan satu lagi, kalau bisa jangan terlambat, oke?!”

*flashback ends*

“ Oh, aku ingat!” tiba-tiba Baozi berseru. “ Hari ini pendaftaran klub detektif kan?!”

Yixing mengangguk kecil.

 “ Sudah, kau, pergilah ke ruangan itu!”

“ Lah? Lalu bagaimana dengan hukumannya? Lalu kau?”

“ Tenang saja. Jangan pedulikan aku, nanti kalau ibu Tiffany datang, aku akan mencari alasan apapun untukmu. Nah, sekarang, pergilah. Kesempatan ini hanya sekali dalam setahun kan?” Baozi berkata dengan semangat kepada Yixing. Namun, Yixing masih ragu. “ Cepatlah! Keburu ibu Tiffany datang dan kau terlambat!”

“ Ba-baik!” Yixing sepertinya setuju.

“ Jangan bawa tasmu,”

“ Kenapa?”

“ Sudah, ikuti saja saranku”

Pasti Baozi ingin melakukan sesuatu. Ah masa bodoh dengan itu sekarang, yang penting aku bisa langsung ke ruangan itu!

“ Ba-baik! Terima kasih, Baozi! Aku mencintaimu, muaaaaah!! *fly kiss*” Yixing berlari setelah berbalik menghadap Baozi yang kini berdiri sendiri di tengah lapangan itu.

“ Iya, sama-sama, Yixing. Semoga kau berhasil…”

(**)

Yixing berlari sekencang yang ia bisa, menerobos kerumunan, dan berlari melawan murid-murid yang masih berlalu-lalang di koridor.

Sial, andai saja aku bawa jam tangan.

Yixing terus berlari, kemudian menaiki tangga. Sampailah dia di lantai kedua.

“ Hahahahahahaha, iya…”

S-s-suara ibu Tiffany?!

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shirocream97 #1
Chapter 1: Can you please write it in English?
angel-devil
#2
ahhh no translation? =)
yunjaefor
#3
Omg~ T_T My favorite pairing, my favorite manga and everything is perfect, but.....I can;t understand Indonesian TTTTTTT___TTTTTTT
HzLicious
#4
Indonesia?
I'm interesting,i'm so enough with english. . .