Aku berjalan kearah kelas. Dari kejauhan, aku melihat Soyeon dan Hyunsik di taman. Aku berhenti dan memperhatikan mereka. Mereka terlihat sangat dekat. Meskipun Soyeon terlihat sedang marah karena sesuatu, Hyunsik membalasnya dengan senyuman.

                Sepertinya pemandangan ini merupakan hal yang baru untukku. Aku tidak pernah melihat kakak-adik yang benar-benar terlihat seakrab mereka berdua. Jauh di dalam hatiku, aku merasa cemburu. Aku anak tunggal dan belum pernah ada orang yang benar-benar dekat denganku selama ini.

                Saat ini Soyeon melihat kearahku dan melambai. Ia bicara sesuatu pada Hyunsik, yang dibalas dengan tawa, lalu ia berlari kearahku.

                “Hey,” sapanya riang.

                Aku tersenyum dan meneruskan jalanku dengan Soyeon disampingku. Aku melirik kearah Hyunsik, ia tersenyum dan melambai kearahku. Aku secara refleks mengalihkan pandanganku darinya.

************

“Hey,” sapa seseorang dari belakang.

                Aku berbalik dan menemukan Hyunsik berdiri sambil tersenyum padaku.

                “Where are you going?” tanyanya.

                Aku menatapnya bingung. Aku ingin menjawab tapi seperti ada sesuatu yang menahanku. Aku berbalik dan meneruskan jalanku, tapi Hyunsik menarik tanganku.

                “Hey, why is it so hard for you to answer my simple question?” tanyanya heran.

                Aku membalas tatapannya dengan tajam. “Why is it so hard for you to leave me alone?” balasku.

                Hyunsik tertawa. “Kamu memang benar-benar menarik,” gumamnya. Ia memperhatikan sekelilingku, seakan mengecek sesuatu. “Apa hari ini kamu sendirian? Bodyguard mu tidak mengikutimu?” tanyanya.

                “Ia akan datang kalau diperlukan,” jawabku singkat. Aku duduk di salah satu kursi taman. Hyunsik duduk di sampingku. Aku mengeluarkan rokok dan korek api dari dalam tasku. “Seriously, what do you want?” tanyaku heran.

                Hyunsik melihat kearahku dengan kaget. “You smoke?” tanyanya.

                Aku memiringkan kepalaku sedikit. “Are you gonna leave me because I’m smoking? Well, that’s good then,” ucapku sambil menyalakan rokok.

                Hyunsik mengangkat bahunya santai. “I don’t really mind,” jawabnya.

                “Apa fans mu tidak akan menggila melihat pujaannya duduk di samping seorang cewek?” tanyaku asal.

                Hyunsik tertawa. “So, you knew about me,” ucapnya semangat.

                “Blame your sister. She tells me a few things,” balasku cepat. Aku melirik kearahnya sedikit. Ia tersenyum sangat lebar, mengingatkanku dengan senyuman seorang anak kecil. Hal ini membuatku ikut tersenyum.

                “Wah, this is the first time I see your smile. You’re so beautiful,” ucapnya kaget.

                Aku memalingkan wajahku dengan cepat. “What’s with all the cheesyness?” tanyaku asal.

                “Are you embarrassed?” tanyanya perlahan. Aku tidak menjawab.  Aku bisa merasakan wajahku memanas saat itu juga. Hyunsik tertawa. “You’re so cute,” gumamnya.

                Aku berdiri dengan cepat. Hyunsik ikut berdiri. Ia masih menatapku.

                “I’m going home,” ucapku.

                Hyunsik tersenyum. “Aku akan mengantarmu pulang … well, err … kapan-kapan,” ucapnya.

                Aku menatapnya kaget. “Aku punya Souta,” balasku cepat.

                “Hmm, jadi namanya Souta,” gumamnya. Ia tersenyum lagi. “Pasti akan ada saatnya aku mengantarmu pulang,” ucapnya.

                I rolled my eyes. “You’re weird,” ucapku, lalu aku pergi meninggalkan Hyunsik yang saat itu melambai kearahku dengan semangat. Setelah beberapa langkah, aku berbalik dan melihat kearah Hyunsik, cowok itu masih memperhatikanku sambil tersenyum. Aku belum pernah melihat orang sepertinya. “He’s really weird,” gumamku.