...

this is the beginning of a wait

                       Other than the empty spot that is yours, everything else is in its place

 

                “Kau mau kemana, Hyojin-ah?” Tanya Junho sambil melihat perempuan itu berlalu lalang. Membersihkan seluruh isi lemari baju nya, memasukkan nya kedalam suitcase nya.

“kau... mau pergi?” Tanya nya lagi—kali ini menghampirinya.

                Perempuan itu berhenti sebentar, butiran air mata sudah berada di ujung matanya. Bibirnya terkunci rapat, gemetaran.  “junho-yah…” ucapnya pelan, suaranya pecah. “a-aku…”

                “kau mau kemana?” Tanya nya lagi, kali ini memutar balik badan perempuan itu—menghadapnya. “k-kau mau kemana?” bibirnya kali ini bergetar. Ketakutan seperti melahapnya hidup-hidup.

                Tangannya memegang erat baju-baju nya—berharap dengan itu tangisannya bisa berhenti. Matanya sembab. Mukanya memerah. “Ayah baru saja menelfon” ucapnya pelan, menghapus jejak tangis di pipinya. “kau tau, ayah…ayah tak mau aku bersamamu”. Takut, satu kata yang tepat menggambarkan lelaki di depannya ini. “kau tau ayah telah memilih seseorang untukku, dan…”. Tidak, ucap lelaki itu dalam hati. “aku sudah bilang kalau apapun yang ayah pilih untukku akan menjadi yang terbaik untukku”. Kau jahat, bisiknya lagi.

 

           My heart must be broken because it can’t comprehend that I’ve let you go

                      All my love is now in vain

 

                “aku bisa jadi yang terbaik untukmu. Aku berani menunjukkan apa yang aku punya kepada ayah mu—keluarga mu mungkin aku akan berani. H-hyojin-ah… k-kau tidak boleh meninggalkan aku. K-kau sudah berjanji. Kita—“ pause nya, menarik pergelangan tangan perempuan itu lalu menunjukan lingkaran berwarna silver yang melingkar di jari manisnya “—kau lihat kan kita bahkan sudah membuat janji kita disini,” pipi nya basah, tetapi dia tak mau putus asa. “lihat, di-didalam sini ada nama ku,” tunjuknya lagi, “dan punya ku, tertulis namamu” ucapnya bergetar, melihat ke arah perempuan yang kali ini meledak dalam tangisan kecil.

 

                            I’m letting you go like this but to me, this is the beginning of a wait

 

“jun—“ bibir nya tertutup—tertutup sepasang bibir dari insan lainnya. Hyojin mendorong Junho pelan, berharap gerakan nya tidak melukai perasaan nya. “I’ve sealed you with a kiss. Kau milik ku ne?” ucap Junho perlahan, tersenyum, suaranya hampir tak terdengar.

 

                                    Don’t leave, my love, I won’t be able to see you ever again

 

                Hyojin menggelengkan kepalanya perlahan “aku sudah berjanji”. Dia berdiri, membawa suitcase nya, siap untuk meninggalkan apartemennya. “hyojin-ah…” panggil Junho, mengilkutinya ke pintu depan. Suaranya memelas, tak tau lagi harus bagaimana. “ayah sudah menggunggu—“ air matanya turun lagi, lalu menarik nafas panjang—siap meninggalkan orang yang dicintainya. “Kau sudah dewasa, Junho-yah… kuharap kau bisa menerima maaf ku yang terakhir” senyumnya,  air matanya mengalir—lagi. “maaf kan aku” ucapnya halus, kedua tangannya yang kecil menghapus air mata lelaki di dipannya.

“kau selalu jadi lelaki favorite ku, ingat itu, ne?”  ucapnya sambil mengigit kecil bibirnya lalu berjinjit—mencium hidung lelaki itu untuk terakhir kalinya.

                Junho menutup matanya perlahan. Bendungan tangisnya tak bisa ditahan lebih lama lagi. “berjanji lah kepadaku satu hal” bisik Junho, tepat saat Hyojin akan memutar knob pintu apartemen nya. “berjanjilah kepadaku…jangan lupakan aku walaupun lelaki yang ayahmu pilihkan, lebih baik dari ku. Lebih tampan dariku. Lebih lucu dariku. Lebih…lebih bisa mencintaimu dari pada aku.” Bisiknya pelan, tapi cukup untuk Hyojin mendengarnya

 

                   At any place or time, whenever you are tired and worn out, please return to me

 

“Jika dia tidak lebih baik dariku, kembali lah kepadaku. Kau tau aku akan mencintaimu sampai kapanpun. Aku sudah berjanji, kan”

 

              You have to be happy, my love, until that day, until we become eternal

 

                Hyojin menghampirinya, memeluknya erat. Berat rasanya untuk meninggalkan lelaki ini. Tapi janji adalah janji. Dia tau harus bagaimana dengan sebuah janji. Apapun yang ayahnya putuskan untuknya selalu baik dimatanya, dan kali ini dia menyesal telah menyimpulkan apapun keputusan ayahnya seperti itu. 

                “aku harap dia tak seperti dirimu” ucapnya pelan. Bunyi klakson sudah terdengar, itu pasti ayahnya. “Junho-yah” bisiknya. “hm?”

                                                                                “saranghae”

Junho hanya tersenyum. Ketakutan itu sedikit hilang mengetahui kecintaan nya masih mencintainya. “nado, hyojin-ah” peluknya erat.

 

                                          If you forget me and erase me without a trace…

 

               Mobil hitam itu berlalu. Meninggalkan kenangan di sekitarnya. Junho melihat ke dalam apartemen yang sekarang tidak terpakai. Kosong.

               Secarik kertas di atas meja menarik perhatiannya. Dihampiri meja kecil itu dengan langkah berat. Seperti seluruh permukaan bumi bersandar di punggungnya. Dia tersenyum. Pipinya yang mengering karena tangis itu tertarik ke atas.

 

                              “I love you, it’s you who I love

                              Found you

                              The one person I’ll keep by my side

                              Though I had kept my heart closed, I’ll give my heart to you

                              I must have finally found my other half

 

Butiran air mata membendung lagi di matanya yang kecil.

 

                             “The person who embraced all the painful wounds on my closed heart

               I want to love you more and more, for eternity”

 

Pipinya membasah lagi. Tangisan bahagia kali ini turun bagaikan hujan. Disimpan nya secarik kertas itu didalam dompetnya, lalu menatap lagi ruangan kosong itu. Siap meninggalkan semua kenangannya disini dan memulai kegiatan baru -- menunggu dia kembali padanya.

 

Thank you.

For coming to my side” 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet