1st Page

Always Love

 

Hari itu, pemakaman di kota jeonjou tampak ramai dengan tangisan dan isak haru. Ya… orang yang aku cintai dan orang yang aku sayangi kini telah pergi. Kini yang tersisa hanyalah batu yang bertuliskan namanya itu dan kenangan indah yang pernah dia berikan padaku semasa hidupnya. kini, senyumya, tawanya, candanya, telah hilang untuk selamanya.

Maafkan aku jika aku tidak bisa menjadi orang yang terbaik dan yang kau impikan selama hidupmu. Piluku

Matahri sekarang berada tepat di barat dan waktu sudah  menunjukan jam 4 sore. Saatnya aku, keluarganya, dan semua orang harus pergi meninggalkan pemakamannya itu. sampai sekarang, umma minho belum bisa menerima ini semua dan termasuk diriku. Ku kira semua ini hanyalah sebuah mimpi dan aku bisa bangun dari mimpi buruk itu. tapi aku tak bisa merubah takdir yang sudah Tuhan tentukkan untukku dan untuknya. Kami pun kembali pulang ke rumah masing-masing yang tidak terlalu jauh dari pemakaman itu.

                Aku memasukki kamarku. ku lihat fotoku yang bersama minho itu. kenangan terindah selama hidupku. Kami mengambil foto itu saat kami sedang jalan bersama di sebuah tempat wisata goon daek. Air mataku kini benar-benar keluar lagi. Tapi, kasihan juga minho kalau aku tidak mengikhlaskan kepergiannya itu. dia meninggal karena penyakit jantungnya yang tiba-tiba saja menyerangnya saat dia sedang bertugas di sebuah desa saat itu. padahal sebelum dia meniggal, dia masih sempat meneleponku dan dia mengucapkan kalau dia dalam keadaan baik. Memang saat menelpon itu, aku punya perasaan tidak enak karena dia meminta maaf padaku atas semua kesalahannya.

“soo young, kita makan malam dulu ya sayang.” ucap ummaku

“iya umma. Sebentar lagi” balasku pelan serak-serak basah dan sambil mengelap air mataku yang tadi mengalir di pipiku.

Aku pun keluar dan turun ke bawah  menuju ruang makan. Kini makanan yang terhidangkan terbilang cukup untuk aku, umma, appa, dan unni sunny. Aku pun menarik kursi dan segera duduk sambil mengambil sumpit yang ada di sebelah mangkuk nasi.

“kau habis menangis?” tanya appa sambil mengambil lauk yang ada di depannya

“tidak appa. Tidak ada apa-apa.” Jawabku sedikit berbohong

“jangan terus dipikirkan. Kasihan minho. Nah sekarang kamu coba kimchi buatanku ini.” Tawar sunny

“baiklah..” ucapku sambil sedikit senyum

 

 

 

                Makan malam sudah selesai. Kini saatnya aku menuju kamarku dan menyenggerakan untuk tidur. Saat memasuki kamar, aku teringat dengan sebuah diary yang pernah minho berikan padaku. Memang semua halamannya masih kosong kecuali halaman pertama sampai halaman ketiga yang aku isikan dengan foto-fotoku dengan minho karna aku tidak menyempatkan diri untuk menulisnya.

Kini, halaman ke empat aku mulai menulisnya tentang kejadian hari ini. Ku ambil pulpen yang ada di meja belajarku.

Tulisan pertamaku

15-10-2003

20.32

                Kini aku merasa aku tak sanggup lagi untuk hidup. Minho telah pergi. Dan itu membuat semuanya berubah. Dunia yang sering menunggu senyumnya itu kini tak bisa lagi. Dia adalah orang yang terbaik yang pernah Tuhan berikan padaku. Kenapa waktu begitu cepat? Padahal aku merasa aku dan minho belum lama berpacaran. Yah… ini adalah hari pertama dia meninggalkanku. Semoga aku bisa menegakkan hatiku lagi. 

Soo Young

 

                Alarm berbunyi dan menunjukkan pukul 6 pagi. Aku pun bangun dan membuka gorden yang ada disampingku. Kota masih diselimuti kabut dingin walaupun matahari seudah bersinar. Ku lihat di depan rumahku, umma minho duduk di bangku taman depan ditemani dengan sebuah buku dan secangkir teh. Ku lihat, wajahnya kini tidak ada senym sedikitpun. Melainka air mata.

Memangnya buku apa yang umma minho baca sampai dirinya itu menangis? Ucapku dalam hati.

Usai mandi dan berbenah, aku pun keluar dari kamar dan menuju ruang tv yang di mejanya tersedia roti bakar.

“Pagi appa.” Salam ku sambil mengecup pipinya

“pagi juga soo Young.” Balas salam appa

“boleh ku ambil satu appa?” tanyaku sambil menunjuk kearah roti bakarnya itu.

“tentu saja boleh. Pagi ini kau akan berangkat ke kampus?” tanya appa

“ iya appa. Appa mau tidak mengantarkanku?”

“hm… baiklah. Ayo kita berangkat. Bawa saja rotinya dan makan di mobil.” Ucap appa sambil mengambil jaket dan tas kerjanya.

“oh ya, umma mana?” tanyaku sambil menengok ke kanan dan ke kiri

“umma sedang pergi berbelanja dengan sunny.” Jelas appa

                Saat aku keluar rumah, umma minho masih saja duduk dan membaca buku itu. kulihat judul dari buku itu walau sedikit samar-samar. Aku pun menyipitkan mataku.

“Al..Ways….. Love karya Tae Baek. Ha????? Always love?” seketikapun aku terkaget sampai mengagetkan appa.

“kamu kenapa soo young?” tepuk appa pelan ke pundakku

“tidak ada apa-apa kok. Sudahlah.” Ucapku

didalam mobil, aku masih memikirkan buku always love tadi. buku itu adalah buku favoritenya. aku kira dia sudah membuang buku itu atau memberikannya kepada seseorang

jadi, choi minho masih menyimpan buku itu? yang aku tau, dia memang sering membacanya, bahkan sudah belasan kali. tapi sampai saat ini, aku belum tau apa sebenarnya isi buku itu hingga minho itu sering membacanya. mungkin perpustakaan kamupus memilikinya. kalau ada, aku mau membaca buku itu. ucapku dalam hati

"kok kamu melamun soo young?" tanya appa

"oh... gak kok." ucapku

"kenpa akhir-akhir ini kamu sering melamun? apa kamu masih memikirkan minho?"

aku hanya menundukkan kepalaku dan diam sampai depan gerbang kampus. memang sampai saat ini aku masih memikirkannya sesekali. 

     Didalam kampus...

"hai soo young." sapa yuri dan suho

"hai juga." balas sapaku kepada mereka

"kau kenapa hari ini?" tanya suho

"hust...." bisik yuri pelan sambil memukul punggung suho agak sedikit keras

"auch... sakit yuri." keluh suho

"sini ikut aku. kita pergi dulu ya soo young. dah... sampai bertemu di kelas." ucap yuri sambil menarik tangan suho

"hey, mau kau apakan aku....." kini suara suho tak terlalu jelas terdengar karna sudah jauh.

aku pun berjalan menuju perpustakaan kampus untuk mencari buku always love yang semoga masih ada disana. ditengah perjalananku menuju perpustakaan, seseorang menabrakku yang membuat diriku terjatuh..

tiba-tiba terdengar suara yang tak asing menurutku

"oh, sorry. maaf ya. aku tidak sengaja" ucap lelaki tersebut

"iya.". wajahnya tak terlihat jelas sampai akhirnya dia membungkukkan badan sambil mengulurkan tangannya untuk membantuku bangun.

"boleh ku tolong?" tawarnya kepadaku.

"terima kasih." kataku sambil meraih tangannya.

"sepertinya kita belum bertemu, perkenalkan namaku baekhyun. anak jurusan bahasa." dia pun mengulurkan tangannya.

baekhyun..., sepertinya pernah kudengar namanya. oh ya, dia itu teman satu jurusannya unni yang sempat unni suka.

"halo nona... nona... siapa namamu?"

"oh maaf. namaku soo young. anak jurusan musik. kau kenal sunny tidak?" tanyaku padanya

"sunny?! iya aku kenal. dia temanku dulu. tapi sekarang dia sudah lulus. memang kau siapanya sunny?" 

"saya adiknya."

dia hanya tersenyum sedikit dan sebentar. setelah itu dia mulai berbicara lagi

"maaf, waktuku tidak banyak. aku harus masuk ke kelas. bye soo young."ucapnya sambil meninggalkanku

"iya. bye"

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ParkChanRa
#1
the story is still in the process of translation. I hope you guys can wait