Sacrifise

Sacrifise

Cast: - Park Yoon ra  (you)
-    Park chanyeol
-    Lee Hyogeun
-    Kris

I wonder if you hurt like me
I wonder if you cry like me
I wonder if you live all day in memories like me – 2AM i wonder if you hurt like me

-----------------------------
Yoon ra’s POV
Aku tetap berjalan menuju koridor sekolah, tak menghiraukan seseorang yang mengejar&memanggilku dari belakang. Aku tau pasti dia, maka dari itu aku malas menanggapinya. Jika membunuh itu tidak menciptakan kriminal, sudah kubunuh namja itu dan kubuang hingga dirinya lenyap ditelan dunia..
“yoon ra” panggil namja itu menarik tanganku dari belakang, aku tetap tidak memalingkan pandanganku
“kau kembali....” bisik namja itu. Aku terdiam lemas.
--------------------------
Aku terdiam duduk, mencoba mengatur nafas kembali. 15 belas menit lagi pelajaran akan dimulai. Sialan, namja itu mencoba mengerjaiku hari ini. Kalau bukan karna appa yang memaksaku kembali ke sekolah ini, aku tak akan disini dan ‘bertemu dengannya’.  
2 yeoja di depan kelas mulai berbincang akan sesuatu, lalu mereka mulai mengeluarkan handphone dan membidik sesuatu.  Entah apa yang mereka lakukan, ini terasa konyol seperti sedang melihat artis tenar saja lewat di sekolah..
Aku memperhatikan gerak gerik para yeoja itu yang semakin lama semakin banyak yg berkumpul dan membidik sesuatu didepan kelas. Entah apa yang mereka lakukan bagaimanapun juga aku tidak peduli, aku tetap berkonstrasi dengan buku sainsku. Serentak para yeoja itu berteriak histeris dan menyebutkan.. hah... apa “CHANYEOL OPPA” “OPPA BOLEHKAH AKU FOTO DENGANMU?” “OPPA SUDAH KUKIRIM COKLAT KEMARIN DIDEPAN RUMAHMU, KAU INGAT BUKAN” teriak yeoja itu. Mwo? Chan..chanyeol? apa yang namja lakukan hingga menghipnotis para yeoja bodoh ini? Apa dia? Aissh mengapa aku memikirkan namja hina itu? Sudah beraninya dia menghipnotis para yeoja yang bodoh ini. Kau pikir kau dapat menaklukan semua yeoja yang ada di dunia ini? Hah, kau takkan bisa, karna masih ada aku disini.. park yoon ra..

“annyeonghaseo” sahut seseorang berdiri di sampingku. Pandanganku beralih mencari tempat asal suara tersebut
“remember me?” lanjut namja berbadan tinggi itu yang kini tersenyum kehadapanku. Aku hanya bisa menatapnya datar dan kembali membaca buku Sains ku. Aku tak peduli, berapa banyak dia menyapaku, memanggilku aku takkan menghiraukannya.
“bagaimana di Amerika? Senang?” tanya namja itu lagi. Aku tetap tidak menjawab pertanyaannya
“rupanya kau masih sedih..” kini aku mengalihkan pandanganku, dia hanya tersenyum dan duduk dibangkunya.
“kau kenapa? Masih saja kau sedih karenanya......”
Aku mencoba untuk tetap berkonstrasi dengan buku sains ku, tak menghiraukan dia yang sedari tadi mengoceh ini itu. Aku benci melihatnya terlebih aku benci menjadi diriku yang sekarang.
---------------------------------
2 jam berlalu, pelajaran sains pun akhirnya terlewatkan. Konsentrasiku agak terganggu karena mendengar tawa kecil dari bangku sebelah. Aaaaaaaa ya tuhan mengapa nyawa ku ini tidak kau cabut saja? Mengapa harus dia lah yang kau panggil, bukan aku ya Tuhan. Alangkah lebih baik lagi jika namja disebelahku ini yang kau lenyapkan.
“mau ke kantin?” namja yang sedari tadi mengoceh mendekat kearahku, dengan sengaja aku memalingkan wajahku dan berjalan kearah luar.   
-----------------------------

Mungkin hanya tempat inilah yang aman untuk bersembunyi. Tempat dimana aku bisa bersembunyi dari bayangan chanyeol. Namja brengsek yang hanya bisa merebut kesenangan orang. Apakah dia tak habis pikir ‘membunuh’ adalah salah satu tindakan kriminal yang sangat sangat kejam. Sangat sangat hina, bahkan dia sudah diniatkan untuk menjadi tawanan neraka nantinya. Mungkin saat itu tidak ada saksi maupun bukti, namun aku yakin sekali dia pelakunya. Dia adalah satu satunya saksi yang ada di tempat kejadian, namun kenapa dia masih berada disini? Mengapa dia tidak berada di penjara? Berapa banyak uang yang ia sogok kepada pihak berwajib agar dia tidak ditahan? Ha.. dasar dunia modern ah bukan sepertinya ‘dunia yang membutuhkan uang’.

Brug
Pintu kamar mandi itu terbuka seolah membuyarkan pikiranku. Seorang yeoja berkulit putih, berambut panjang tergerai kaget melihatku.
“kau...kau...yoon ra?”
“ne?”
“park..park..yoon ra? Kau kembali?” lagi lagi gadis itu keheranan melihatku.
“emm?”
“oh ne, lee hyo geun imnida” gumam gadis itu sambil membungkukan badannya. Dia ternsenyum kearahku dan memalingkan wajahnya kedepan cermin. Aku masih memperhatikan gerak gerik nya yang mencurigakan. Darimana dia tahu namaku? Sedangkan aku belum pernah bertemu dengannya.
“aku mengenalmu dari chanyeol oppa” jelas hyogeun seakan membaca pikiranku. Lagi lagi si brengsek itu, dia mengatakan apa saja tentangku ha?
“dia mengatakan apa saja?”
“anio, tidak banyak hanya saja.. em..”
“ hm?”
“anio eonni, aku harus segera pergi. Annyeonghaseo” gumamnya meninggalkanku. Kali ini mataku memanas, tanganku terkepal, darah seakan naik sampai ujung kepala.. argh.. chanyeol-sshi aku akan membunuhmu..
Author’s POV
10 menit lagi bel masuk berbunyi, yoonra sama sekali belum sarapan pagi ini, mungkin karna appanya yang menjemput terlalu pagi uhh hari yang menyebalkan. Lihat saja namja yang bernama ‘park chanyeol’ itu akan mati ditangannya.
“yoon ra-ah” seseorang menyentuh pundaknya dari belakang
“aku ingin membunuhmu hingga kau lenyap di dunia ini!” dengan keras, yoon ra tanpa sadar mengeluarkan kata kata itu. Semua orang yang berada disekitarnya menoleh kebingungan.
“yoon ra? Gwenchana?” tanya seseorang itu lagi dari belakang. Yoon ra terkejut saat melihat namja yang dibelakangnya ini berambut pirang dengan senyum jelas di bibirnya ...Suho.
“Suho Sunbae?”
“kau kembali? Aaaaah jogmal bogoshipoyo” Suho memeluknya, semua orang disekitar mereka tampak keheranan.
“ee..nado..oppa..”
“kau kapan kembali?” tanyanya sembari melepaskan pelukannya
“2 hari yang lalu?” ucapku datar
“kau..gwenchana?”
“hm?”
“ah sudahlah, kalau begitu ayo kita ke kantin, aku yang traktir” Sahutnya merangkul pundak yoon ra. Mungkin saat ini tuhan mengijinkannya mendapatkan malaikat penolong. Walaupun hanya sedikit..

-------------------------------

“kukira kau takkan kembali lagi disini” Gumam sehun sambil menyeruput teh hangat miliknya
“oh ne, awalnya juga aku berfikir begitu namun, appaku..” jawab yoon ra dengan raut wajah yang sedih
“oh ne, aku mengerti. Lalu, bagaimana dengan..”
“oh mian, aku tidak dalam mood yang baik hari ini” potong yoonra. sepertinya ia tahu apa kata kata terakhir yang akan diucapkan Suho tadi
“oh ne, mianheyo” Jawab Suho serba salah.
Akhirnya mereka beranjak pergi dari tempat itu dan pergi ke kelasnya masing masing. Sebenarnya yoon ra sangat ingin menjawab pertanyaan Suho tadi namun, ia tak mau memperlihatkan raut sedihnya jika ia bercerita tentang perasaannya selama ini. Cukup hanya ia saja yang memendam rasa perih ini..

------------------------------------
Chanyeol terkesiap melihat yoon ra berjalan ke arah kursinya, ia segera membetulkan posisi yang sedari tadi berbicara dengan teman belakangnya.
“hidupnya sangat malang sekali” gumam salah satu teman kelasnya
“hidupnya begitu hancur ketika Kris meninggal” jawab teman sebelah gadis itu
“seperti tidak ada yang lebih baik darinya, padahal di dunia ini kan masih ada namja yang lebih tampan dari kris bukan?” lanjut gadis itu. Chanyeol yang sedaritadi mendengar ocehan 2 gadis itu, terdiam. tangannya terkepal marah, namun ia harus menahan emosinya. Jangan sampai mereka tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dan memang mereka tidak harus tahu.

Yoon ra duduk di bangkunya, kembali menatap buku sains yang dibawanya. Kali ini Chanyeol hanya terdiam melihatnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa , bagaimanapun juga yoon ra masih menganggapnya sebagai tersangka pembunuhan kakaknya itu. Chanyeol tidak tahu bagaimana meluapkan kejadian yang sebenarnya kepada gadis itu. Chanyeol tau benar sifat gadis itu, sangat keras kepala. Seberapa keras pun dia harus menjelaskan, tetap saja yoon ra tak bisa percaya begitu saja.  Sama halnya dengan cinta. Ia tak bisa memberikan cintanya terhadap sembarang orang, beruntung sekali Kris mendaptkaan kesempatan emas itu. Kesempatan dimana penuh perjuangan persaingan dan kebencian, meskipun terhadap adik kandungnya sendiri.....
Chanyeol menghela nafas sesaat ketika pelajaran Matematika merasuki otak para siswa. Ingin rasanya kabur dari sekolah ini untuk sesaat, bahkan menghilang dari dunia ini agar tidak dibayangi oleh masa lalunya yang begitu menyedihkan. Seandainya saat itu chanyeol menahan emosinya tidakk berkelahi dengan kris, dia tak akan dibenci&dihina dengan gadis yang amat ia cintai ini. Kejadian itu sungguh murni kecelakaan, chanyeol pun shock melihat nya. Mendengar decitan ban mobil, dan melihat darah yang mengalir di setiap sudut tubuh membuatnya trauma akan melihat sesuatu. sampai saat ini chanyeol, tidak bisa melupakan 2 kejadian terperih didalam hidupnya. Pertama, 13 tahun yang lalu, seseorang yang tdk ia kenali menyelinap kerumahnya. Berharap akan mendapatkan sesuatu dari rumah kecilnya. Chanyeol melihatnya, pria yang mulai mendekati dapur kini tengah berwas-was sambil mengeluarkan senjata tajam dari sakunya . Kini pandangan orang itu dengan Umma Chanyeol bertemu, Seandainya Umma chanyeol tidak bertingkah dan berteriak keras , orang itu takkan membuatnya jatuh beserta darah yang mengalir membasahi lantai dapur. Chanyeol terisak membayangkannya. ia kini tak bisa menahan tangisannya lebih lama lagi. Setetes Air mata kini jatuh membasahi pipi merah nya. Chanyeol dengan cepat mengusap air matanya berharap tidak seorangpun tahu. Namun ia salah, gadis disebelahnya yang kini tengah memperhatikan gerak gerik namja itu, menyaksikan air mata yang turun dengan bebas membasahi pipi  merah chanyeol. Ia menatap gadis itu, berharap ia segera memeluknya, meredakan tangisannya dan membuat bebannya menjadi berkurang. Gadis yang tengah menatap chanyeol mengalihkan pandangan ke depan, dia sepertinya tidak memperdulikan apa yang terjadi dengan namja itu. Dan sepertinya air matanya akan mengalir lebih deras lagi.......
------------------------------------
Bel sekolah pun berbunyi. Hyogeun yang sedari tadi menunggu di depan kelas Chanyeol, sedang terlihat sibuk mencari seseorang sampai seketika senyum tipis tersungging dari bibirnya.
“oppa....” sapa hyogeun menggandeng tangan chanyeol
“oh.. hyogeun-ah” jawab chanyeol kaget
“ayo kita pulang bersama, oh ya sebelum itu kita pergi makan dulu ya. Aku sangat lapar heheh” gumam hyogeun terkekeh sambil memgangi perutnya. Yoon ra yang tengah memperhatikan namja yang yeoja itu, terkekeh. Oh jadi itu pacarnya? Yeoja chingunya? Ohm ne~ kau hebat sekali, aku salah menilaimu yang mempunyai satu prinsip tetap untuk soal cinta. Kkkkk 2 bulan aku tak menemuimu, kau sangat berubah drastis ya, chanyeol-sshi...
“ne, kajja” ucap chanyeol dan hyogeun segera menghilang. Yoon ra hanya menyaksikan bayangan mereka yang perlahan menghilang. Aisssh, dia itu namja yang sudah menyakiti hatinya hanya dengan beberapa kata busuk. Dan luka perih itu masih membekas dalam hatinya...
-----------------------------------
“oppa..”
“hm?”
“park yoon ra.. apakah benar itu park yoon ra.. apakah dia baik baik saja?” mendengar perkataan hyogeun tadi serentak chanyeol menginjak rem terkejut.
“oppa!!!!!!!!!” tegur hyogeun yang hampir terbentur
“park..park yoon ra? Kau sudah bertemu dengannya?”
“ne, aku bertemu dengannya di kamar mandi saat jam istirahat” jelas hyogeun
“apa yang dia katakan?” tanya chanyeol penasaran
“hm, anio. Oya dia mengatakan apa saja yang kau katakan kepadaku tentang dirinya. Aku awalnya ingin menjawab, tapi aku tiba tiba ingat handphoneku tertinggal di depan meja kelas, aku takut jika seseorang mengambilnya”
“oh ne, jangan pernah menceritakan apa yang telah ku ceritakan kepadamu tentang dirinya, arraseo?”
“hm,  ne” chanyeol kembali fokus pada jalanan dan mobil yang di kendarainya. entahlah jika Hyogeun sudah bertemu dengan Yoon Ra akan membuat bebannya lebih ringan apa justru sebaliknya................

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
shaii_1821
#1
Update soon