Teardrops in The Rain

Teardrops in The Rain

 

 

 

No one ever sees

No one feels the pain

Teardrops in the rain

 

 

Hari ini hujan turun dengan lebat. Membasahi kota Seoul yang gemerlap. Membuat orang-orang yang berjalan menepi atau membuka payung yang mereka bawa.

 

Sedangkan aku? Aku lebih memilih berjalan menerobos hujan dan membiarkan tetes-tetes air itu membasahi tubuhku. Tak peduli pandangan orang-orang yang memandangku aneh. Aku membutuhkan ini untuk memadamkan perasaanku. Dan tentu saja untuk menyamarkan air mataku.

 

Aku tidak tahu aku berjalan kemana. Tapi tak aku sangka ternyata kaki ini berjalan menuju tempat kenangan kita. Tempat berharga bagi kau dan aku.

 

***

 

                “Doo Joon-aa~!!” Yo Seob melambai-lambaikan tangannya dengan riang saat ia melihat kedatanganku.

 

Aku berjalan dengan cepat menuju kesana. Aku sempat menabrak beberapa orang karena berjalan terlalu cepat. Aku hanya membungkuk dan meminta maaf lalu berjalan kembali.

 

                “Maaf aku telat,” kalimat pertama yang aku katakan ketika aku sampai dihadapannya.

 

                “Aniyo.. Gwenchana.. Aku juga baru datang.”

 

Dan segalanya berlalu begitu cepat. Walaupun hanya duduk di taman dan berbicara seperti biasa, aku merasa itu sangat spesial. Kami membicarakan tentang banyak hal. Tentang kampus, orang tua, teman dan lain-lain. Yo Seob menanggapinya dengan riang dan tersenyum seolah-olah itu adalah perbincangan yang luar biasa. Dan karena inilah aku mencintainya. Tapi aku terlalu pengecut untuk menyatakan perasaanku kepadanya.

 

Aku Yoon Doo Joon berumur 20 tahun mencintai seorang Yang Yo Seob berumur 19 tahun. Dan aku berjanji kepada diriku sendiri akan melindunginya dan mencintainya sampai akhir hidupku. Apapun yang terjadi.

 

***

 

Seminggu setelah itu, aku meminta Yo Seob datang ke taman ini lagi. Kali ini aku mengumpulkan keberanianku untuk mengatakan perasaan ini kepadanya.

 

                “Doo Joon!”

 

Yo Seob berlari menuju tempatku. Nafasnya terengah-engah. Sepertinya ia berlari dari apartemennya menuju taman ini.

 

                “Ada apa? Kenapa mendadak memintaku kesini?” tanyanya dengan nafas masih tersengal. Aku menarik tangannya dan menyuruhnya duduk disampingku.

 

                “Duduklah dulu dan atur nafasmu.”

 

Ia menurut dan nafasnya mulai tenang. Tidak terengah-engah.

 

                “Ada apa?” ia mengulang kembali pertanyaannya.

 

Aku hanya diam menanggapi pertanyaannya. Keberanian yang tadi sudah ku kumpulkan menguap begitu saja. Aku melihat Yo Seob memanyunkan bibirnya. Tanda kalau ia mulai jengkel.

 

                “Yoon Doo Joon . Sebaiknya kau berbicara sekarang. Kau telah membuatku berlari dari apartemen sampai kesini hanya untuk mendengar kau diam?”

 

Sekali lagi aku hanya menjawab dengan diam. Berusaha menyusun kata-kata yang ingin aku katakan. Aku merasa Yo Seob bangkit dari duduknya. Ia sudah kehilangan kesabarannya.

 

                “Kalau kau tidak mau mengatakan apa-apa, sebaiknya aku pulang.”

 

Ketika Yo Seob akan pergi, aku menarik tangannya.Ia berhenti tetapi tidak berbalik menghadapku.

 

                “Yang Yo Seob… Saranghae…” ucapku pelan tapi dapat terdengar jelas olehnya.

 

Aku berdiri dan membalikkan tubuhnya menghadapku. Kali ini aku memberanikan diri menatap matanya dan mengatakannya sekali lagi.

 

                “Yang Yo Seob… Aku tahu ini aneh dan tidak masuk akal. Tapi, aku mencintaimu.”

 

Yo Seob masih mencerna kata-kata yang aku katakan tadi. Dan tak lama kemudian senyum riang itu muncul. Ia melompat dan memelukku dengan erat. Ia berkata pelan di telingaku.

 

                “Aku telah menunggu kau mengatakan ini dan penantianku tidak sia-sia. Akhirnya kau mengatakannya kepadaku.” Ia mengecupku cepat dan menatap mataku.

 

                “Nado saranghae…”

 

Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Menghilangkan jarak diantara kita. Aku mencium Yo Seob dengan seluruh perasaan yang selama ini aku pendam. Meluapkan rasa cintaku kepadanya.

 

***

 

Tak terasa setahun sudah kita lewati bersama. Berbagi suka dan duka. Merasa dibutuhkan dan membutuhkan satu sama lain.

 

Hari ini, Yo Seob memintaku datang ke taman ini. Ia bilang ada yang ingin dibicarakan. Aku menyanggupinya.

 

Ketika aku datang, ia telah berada di tempat biasa. Dengan senyum di wajahku, aku datang menghampiri Yo Seob.

 

                “Seobie…” panggilku.

 

Yo Seob mengangkat kepalanya yang sepertinya dari tadi ia tundukkan. Tak ada senyuman seperti biasa. Aku melihat matanya berkaca-kaca. Aku memeluk Yo Seob dan ia sudah tidak bisa menahan airmatanya. Ia menangis didalam pelukanku. Yang bisa aku lakukan hanya menenangkannya. Membelai rambutnya dan mengusap-ngusap punggungnya.

 

Aku merasakan tangis Yo Seob mulai mereda. Tapi aku masih bisa mendengar isakan kecil yang tersisa.

 

                “Ada apa?” aku mengendurkan pelukanku dan menatap matanya.

 

Yo Seob menundukkan kepalanya. Tak berani untuk berbicara.

 

                “Katakan saja Seobie… Aku akan mendengarkanmu.”

 

Ia menarik nafas panjang dan mulai berbicara.

 

                “Aku… Aku… Aku akan pindah ke Amerika lusa Doo Joon…”

 

Apa?  Kau akan pindah?

 

                “Ke.. Kenapa mendadak sekali?”

 

                “Aku tidak tahu. Orang tuaku sudah menyiapkan semuanya. Aku baru diberitahu tadi siang. Mereka mau aku meneruskan kuliahku disana. Dan kami sekeluarga akan pindah ke Amerika.”

 

Yo Seob menghela nafas panjang. Pikiranku masih kosong tetapi tubuhku bergerak sendiri. Aku memeluknya dengan erat. Tak ingin ia pergi dari sisiku.

 

                “Berapa lama?” hanya itu yang terpikirkan olehku saat ini.

 

                “Aku tidak tahu. Mungkin sekitar 2-3 tahun.”

 

Aku lebih mengeratkan pelukanku. Aku berbisik pelan di telinganya.

 

                “Walaupun jarak memisahkan kita, beribu-ribu kilometer jauhnya, aku tetap mencintaimu. Aku akan menunggumu sampai kau kembali. Apapun yang terjadi. Itu janjiku.”

 

Yo Seob hanya mengangguk tanda ia mengerti.

 

Yang Yo Seob, hari ini aku berjanji padamu. Pegang janjiku.

 

***

 

I wish upon a star I wonder where you are

I wish you're coming back to me again

And everything's the same like it used to be

 

Setahun selanjutnya berlalu tanpa ada Yo Seob disampingku. Awalnya terasa berat bagi ia dan aku. Tapi karena kita percaya, kita dapat mengatasinya.

 

Setahun ini kita hanya berkomunikasi dengan telepon, pesan singkat, chatting atau bahkan webcam. Segala cara berkomunikasi sudah pernah kita lakukan untuk memperkecil jarak diantara kita.

 

Setahun telah berlalu dan aku masih memegang janjiku.

 

***

 

I see the days go by and still I wonder why

I wonder why it has to be this way

Why can't I have you here just like it used to be

 

 Dua tahun berlalu. Kita jarang berkomunikasi. Entah aku yang sibuk atau ia yang sibuk. Yang pasti kita tidak berkomunikasi sesering dulu. Mungkin hanya 2-3 bulan sekali. Itu juga hanya telepon atau pesan singkat.

 

Tapi aku disini, tetap masih memegang janjiku.

 

***

 

I don't know which way to choose

How can I find the way to go on

I don't know if I can go on without you

 

Tiga tahun berlalu dan kita sudah tidak saling berkomunikasi. Tak ada telpon atau pesan singkat. Yang ada hanya kesendirian yang menyelimutiku setiap malam.

 

Aku masih disini, memegang janjiku.

 

***

 

Hari ini aku sedang berjalan-jalan disekitar apartemenku. Merasakan dinginnya udara sore hari. Dan seperti biasa aku mengakhiri jalan-jalan soreku ke taman spesial kita.

 

Aku melihat Yo Seob. Disana. Di taman kita biasa bertemu dan menghabiskan waktu. Tapi, ia telah berubah. Warna rambutnya sudah tidak pirang melainkan hitam. Warna rambutnya yang asli. Dan ia bersama seseorang. Seorang laki-laki yang memakai topi rajutan. Mereka tertawa dan bercanda bersama. Aku melihat tangan mereka saling menggenggam satu sama lain.

 

                “Yo.. Yo Seobie…” aku memanggilnya pelan.

 

Ia menoleh dan terlihat kaget dengan kehadiranku. Ia melepaskan genggamannya dan memanggilku pelan.

 

                “Doo Joon-a…”

 

Even if my heart's still beating just for you

I really know you are not feeling like I do

And even if the sun shining over me

How could I still freeze?

 

***

 

Sekarang aku dan Yo Seob berada di sebuah kafe yang biasa kami kunjungi bersama. Laki-laki yang bersama Yo Seob – yang aku ketahui bernama Daniel – menunggu kami diluar kafe.

 

Tak ada yang saling berbicara. Atau lebih tepatnya tidak berani berbicara. Terlebih lagi Yo Seob. Ia kelihatan tidak bisa diam. Mungkin ia menyerah dengan keadaan ini dan akhirnya mulai berbicara.

 

                “Maafkan aku Doo Joon. Bukan maksudku untuk tidak percaya kepadamu. Tetapi, kau tahu sendiri, kehidupan di Amerika itu tidak mudah. Aku memerlukan waktu beberapa lama untuk beradaptasi dengan keadaan disana. Ditambah lagi kau tidak ada disana untuk membantuku. Walaupun kau menelpon atau mengirimkan pesan setiap hari, itu tidak cukup bagiku. Dan pada saat itulah Daniel muncul. Ia sudah lama tinggal di Amerika dan selalu membantuku.”

 

Yo Seob berhenti sejenak. Ia menarik nafas panjang dan melanjutkan bercerita.

 

“ Beberapa waktu berselang dan aku sadar, aku mulai menyukai Daniel. Awalnya aku selalu menampik perasaan itu. Aku selalu berbicara pada diriku sendiri bahwa aku hanya mencintaimu dan kau selalu menungguku. Tapi ternyata aku begitu lemah. Aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh ini. Dan sosok Daniel lama-kelamaan mengganti posisimu di hatiku. Maafkan aku Doo Joon… Jeongmal mianhaeyo…”

 

Yo Seob menunduk dalam-dalam. Tidak berani melihat reaksiku. Aku menghela nafas panjang.

 

                “Tidak apa-apa Seobie… Selama kau bahagia, aku juga bahagia. Dan selamat atas kelulusanmu.”

 

Aku bangkit dari tempat dudukku dan pergi begitu saja. Aku tak sanggup lagi. Air mataku mengalir ketika hujan turun.

 

***

 

Kau tahu Yo Seob… Aku masih memegang janjiku kepadamu. Aku selalu menunggumu disini. Dan aku selalu mencintaimu.

 

Aku Yoon Doo Joon berumur 24 tahun mencintai seorang Yang Yo Seob berumur 23 tahun. Walaupun Yang Yoseob tidak mencintaiku lagi, aku berjanji kepada diriku sendiri akan melindunginya dan mencintainya sampai akhir hidupku. Apapun yang terjadi.

 

No one ever sees

No one feels the pain

I shed teardrops in the rain

 

-Fin-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
KiwiPrincess #1
Chapter 1: Huaaa..sediiih nyaaa..hiks..hiks
Yoseob why???? Doojoon love you so much!!
Oh Dojooniee..*peluk Doojoon*
hyurinworld
#2
@FantasticDooDoo: insyaallah nanti aku baca+komen :) kalau buat lagi.. lagi ga ada ide buat dooseob~
@LastAngevil: jangan nangis *peluk+kasi tisu*
makasih udah mau baca +komen :D
FallenAngell #3
wuaa.... *nangis*
udah cerita sedih, lagu yg di dengerin sedih pula!! (baby don't cry - daesung) T.T
FantasticDooDoo
#4
nanti Kalo aku nulis pake b.indo Di bc + komen ya :D

tp aku belum ada ide ( ̄ε ̄)a

buat lagi dong~~~~ tp yg happy ending ♥(ノ´∀`)
hyurinworld
#5
sebenernya ini ff setahun yg lalu
@MoonLight7: thanks for reading and commenting~ ayo nulis ff dooseob pake b.indo.. ku tunggu~ ^^
@b2utifulyeobo: don't cry! *give you tissue* thanks for reading and commenting~
@dooseob_saranghae: jangan nangis~ *peluk+kasi tisu* makasih udah mau baca dan komen :)
@9mazeltov: thanks for reading and commenting~ :D
9mazeltov
#6
waaa.. love the story.. ^^
dooseob_saranghae
#7
haduh........kenapa jadi sedih deh ini ceritany.......kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....*nangis nangis darah di pojokan...* nah gini neh asyikkkkkk pake b.indonesia kkkkkk
FantasticDooDoo
#8
T^T yoseob-ah, how could you~
doojoonie loves you, but you forget him and date someone else.
nice fictions dear author b^^d
ah~ aku jd pengen nulis dooseob ff pke bhs indo jg nih XD