The Begining

Beautiful Lies
Please Subscribe to read the full chapter

Jiyong tersenyum geli ketika dirinya mengingat kembali percakapan antara dia dengan Taeyeon tadi pagi di kondo Youngbae. Saat gadis itu tidak sengaja mengatakan kalau dia seharusnya tidak mengira yang aneh-aneh karena tidak mengenal laki-laki itu dengan baik. Kemudian, tanpa berfikir kalau dia adalah orang yang paling dilindungi oleh Tiffany dan Hyorin, Jiyong menggodanya.

Ah, dia bahkan duduk mendekat pada gadis itu sambil mengajaknya untuk saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Entah apa yang ada di fikiran Jiyong saat itu, tapi yang jelas ia suka melihat kegugupan yang kentara sekali tercetak di wajah cantik Taeyeon. Gadis itu membelalakkan kedua mata beningnya dengan menggemaskan, itulah yang membuat Jiyong suka menggodanya.

Seperti anak kecil. Padahal umur mereka hanya terpaut satu tahun. Jiyong tentu saja tahu kalau hal itu merupakan sifat alamiah Taeyeon, bukan sebuah motif untuk menarik perhatian dari laki-laki tersebut.

Dan sebenarnya sifat itu memang menarik perhatian Jiyong.

“Menyeramkan sekali melihatmu senyum-senyum sendiri seperti itu, Yongie-ah,” ujar Jieun, membuyarkan lamunan Jiyong detik itu juga dan ia melihat sosok sang CEO PMO sudah berada di dalan ruangannya.

Jieun duduk di sofa yang ada di hadapan Jiyong sambil memeriksa gadget-nya dan membaca sesuatu di dalamnya. Dahinya mengernyit tanda tak suka.

“Anak-anak remaja itu banyak yang protes barang kita terlalu mahal,” keluh Jieun, yang masih fokus pada gadget-nya. “Sudah seharusnya barang PMO itu mahal, mengingat dirimu yang notabenenya adalah anak dari CEO Kwon. Dan kau tampan sekali, seorang dokter. Kenapa mereka tidak memakluminya?”

“Tidak biasanya kau mengeluh seperti ini, noona,” ujar Jiyong, ia kembali menghadapkan wajahnya ke hadapan laptop miliknya lalu fokus bekerja. “Kalau kau mengeluh sebagai CEO dari PMO, dari siapa lagi aku mendapatkan semangat ntuk melanjutkan bisnis ini dan bukannya menjadi seorang dokter?”

“Aku tidak mengeluh,” sanggah Jieun. “Aku hanya heran kenapa siang ini kau tampak senang setelah penjualan kita dapat banyak protes? Apa pacarmu akan pulang ke Korea dalam waktu dekat ini?”

“Kau tahu dari mana? Pasti Tiffany,” gumam Jiyong. “Tidak ada yang perlu dipusingkan dengan segala macam negative comments dari para remaja tanggung itu, noona. Penjualan kita juga masih dalam tahap awesome, ‘kan? Meskipun mereka protes ini dan itu, mereka tetap akan membelinya. Kau seperti tidak tahu saja pesonaku ini bagaimana,”

Jieun memutar kedua bola matanya, tingkat rasa percaya diri Jiyong kembali bangkit dan ia malas meladeninya untu saat ini. “Jadi, ceritakan padaku. Apa pacar Parismu itu akan pulang ke Korea? Dia pasti sangat cantik, kudengar dia model di sana. Kalau iya, dia bisa menjadi salah satu model PMO untuk edisi berikutnya,”

“Dia belum berniat pulang dan aku bahkan belum mendengar kabarnya hari ini,” jawab Jiyong tanpa mengurangi konsentrasinya bekerja.

“Aigoo, seperti biasanya,” keluh Jieun lagi. “Wae? Kau sudah mulai bosan padanya? Kau sudah mulai menjaga jarak darinya dan menungu dia mengatakan ‘putus’ duluan? Kau sudah mulai berumur, Yongie-ah. Belajarlah untuk menjalin hubungan serius,”

“Aku tidak bilang aku main-main dengannya, noona. Di Paris sedang tengah malam dan aku tidak mau mengganggu istirahatnya,” jawab Jiyong gusar. “Dan aku belum setua yang ada di dalam benakmu, Jieun noona,”

“Lalu, yang membuatmu senyum-senyum seperti orang yang tidak waras itu apa? Masalah apa?” tanya Jieun. Wajahnya menyiratkan rasa keingintahuan yang besar sekali. Ia memang memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, apalagi kalau hal itu menyangkut Kwon Jiyong.

“Tidak ada hal yang penting,” jawab Jiyong santai. “Aku teringat wajah housekeeper-ku yang lucu saat aku mencandainya,”

“Housekeeper? Nugunde?”

“Kim Taeyeon namanya, housekeeper si Youngbae juga,”

“Aahh, Taeyeonnie? Eung, aku tahu dia,”

“Dia lucu,” sambung Jiyong. “Sangat lugu. Padahal aku hanya sedikit menggodanya tapi dia merasa kalau aku ini seperti om-om mesum yang suka pada anak kecil,”

“Dia memang seperti itu. Bukan lugu, tapi dia lebih menjaga perasaan dan hatinya untuk saat ini. Dan Yongie-ah, jangan sering menggodanya hanya karena dia cantik dan menggemaskan. Aku khawatir suatu saat nanti kau akan termakan permainanmu dan membuatnya tak nyaman. Jangan seperti itu, untuk kali ini perlakukanlah Taeyeon seperti sosok yang asing sekali untukmu,” ucap Jieun dengan nada dan raut wajah yang tidak main-main.

Jiyong berjengit. “Apa kau juga akan mengatakan hal yang seperti Youngbae dan Tiffany? Bahwa aku tidak pantas untuknya karena dia pernah mengalami kegagalan dengan orang sepertiku? Oh, ayolah. Aku hanya bercanda. Dia memang cantik dan membuatku tertarik…,”

“Kalau begitu berhenti bercanda, Jiyong-ah,” potong Jieun. “Semakin kau tertarik padanya, semakin mudah bagimu untuk menyakitinya, apa kau mengerti? Kau sudah tahu dia pernah tersakiti dan jangan menyakitinya lagi kali ini dengan permainan konyolmu. Bermainlah dengan perempuan lain yang sesuai dengan tipemu,”

“Noona, kenapa jadi serius seperti ini?” tanya Jiyong, sedikit terperanjat karena tidak biasanya Jieun mengomelinya hanya karena dia bercanda sedikit dengan salah seorang perempuan.

Dan itu hanya sedikit bercanda, bukan menggoda bak playboy kelas atas seperti yang biasa dia lakukan.

“Jika menyangkut hati seseorang yang begitu rapuh, aku akan jadi galak seperti ibumu, Kwon Jiyong,” jawab Jieun. “Baiklah, aku juga punya banyak pekerjaan. Sampai nanti,”

~~~

Taeyeon sedikit terlonjak kaget saat dirinya mendengar bunyi kenop pintu kondo milik Jiyong terbuka dan memperlihatkan pemiliknya yang masuk ke dalam sambil melonggarkan ikatan dasi yang melilit rapi di lehernya. Laki-laki itu menghembuskan nafas panjang lalu melemparkan asal dasi dan jasnya di atas sofa mewah miliknya.

Ia lelah sekali. Semalaman bukannya duduk diam di kantor, ia malah diajak nge-clubbing dengan beberapa teman dekatnya sekaligus beberapa wanita yang biasanya memang sering menemaninya minum.

“Annyeonghaseyo, Jiyong-ssi,” sapa Taeyeon dengan suara lembutnya mengalun indah dalam pendengaran kedua telinga laki-laki itu.

Taeyeon baru saja selesai mencuci piring dan ia buru-buru menghampiri majikannya untuk sekedar menyapanya saja. Walaupun Taeyeon agak enggan melakukannya, tapi ia harus bisa bersikap sopan santun pada tuan rumah sekaligus sahabat dari orang-orang terdekatnya ini.

Jiyong sedikit melirik ke arah Taeyeon dan mengangguk singkat. Ia masih sedikit kesal karena menerima banyak sekali nasehat-nasehat dari beberapa sahabatnya yang mengenal Taeyeon untuk tidak bernain-main dengannya, walaupun itu hanya bercandaan sekalipun. Heol, dinasehati seperti itu membuat Jiyong merasa seperti anak kecil yang tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak baik.

Kalau saja ia sedang tidak merasa kesal saat ini, mungkin dirinya akan lebih lembut menjawab sapaan dari housekeeper cantiknya itu. Dan mungkin lebih sedikit berbasa-basi dengannya.

Karena Jiyong tidak terlalu menanggapi sapaan lembut darinya, Taeyeon merasa lega luar biasa. Setidaknya ia tidak mengalami serangan jantung mendadak karena tingkah majikannya yang secara mendadak dan di luar nalar.

“Bisakah kau bawakan teh untukku? Aku merasa pusing,” ujar Jiyong lalu menghempaskan dirinya untuk duduk bersandar di atas salah satu sofa nyamannya.

“Ne,” jawab Taeyeon. Ia langsung mengarahkan tubuh mungilnya menuju dapur dan menyiapkan satu gelas minuman bersoda yang ia campurkan dengan jahe lalu sebuah piring yang berisikan roti panggang buatannya.

Setelah selesai menyiapkan semuanya, gadis itu kembali menghampiri Jiyong sambil membawa nampan dan meletakkannya di depan Jiyong, yang saat ini tengah memejamkan kedua matanya dan menempelkan punggung tangan kanannya di atas dahi. Ketika hidungnya mencium wangi aroma vanilla yang menguar dari tubuh Taeyeon, Jiyong langsung membuka kedua kelopak matanya dan duduk tegak.

“Ini bukan teh,” ujar Jiyong. Ia memandang wajah Taeyeon dengan heran.

“Memang bukan,” jawab Taeyeon. “Ini minuman bersoda yang mengandung jahe agar tubuhmu jadi hangat kembali, Jiyong-ssi. Kufikir, kau pusing karena kebanyakan minum. Apa aku salah?”

Jiyong tersenyum kecil. “Aniya, kali ini kau tidak salah menebakku,”

Taeyeon ikut tersenyum manis dan ia kembali menunjuk piring yang isinya roti panggang. “Ini roti panggang isi cokelat dan kebetulan sekali aku membuat saus madu tadi. Madu juga sangat cocok untuk seseorang yang baru saja minum dan merasa pusing. Silakan nikmati sarapanmu, Jiyong-ssi,”

Taeyeon membungkukkan tubuhnya sedikit sebelum ia mengambil jas dan dasi Jiyong di atas sofa satu lagi untuk ia cuci. Beberapa detik kemudian, gadis mungil itu sudah menghilang ke arah kamar mandi.

Jiyong tersenyum lagi, kali ini lebih lebar ketika ia menyesap minuman bersoda yang mengandung jahe tersebut. Minumannya sangat enak, dan memang benar perutnya terasa lebih hangat. Ia merasa sedikit bugar setelah menenggak habis minuman tersebut lalu memakan roti panggang cokelatnya dengan lahap. Tidak lupa ia mencampurkan saus madunya.

Sudah lama sekali ia tidak sarapan khas homemade semenjak ia memutuskan untuk pindah rumah dari rumah kedua orangtuanya. Selama di Paris, ia merindukan makanan homemade tersebut. Dan sekarang ia merasakannya lagi. Hari ini dan Jiyong berharap untuk seterusnya.

~~~

Baru 30 menit ditinggal hanya untuk mencuci baju tuan kondonya, Taeyeon sudah menemukan Jiyong tengah tertidur lelap di sofa yang tadi ia duduki. Minuman yang Taeyeon buat habis dan makanannya juga tak bersisa, ia bahkan menghabiskan saus madunya. Taeyeon tersenyum senang dan ia membereskan gelas dan piring di atas meja itu lalu membawanya ke dapur.

Ia senang karena makanannya dihabiskan. Siapa yang tidak senang jika ada seseorang yang menyukai masakan kita? Hal itu membuat Taeyeon tampak dihargai.

“Jam berapa sekarang?” tanya Jiyong sambil bangkit untuk duduk. Kedua matanya masih terpejam. Namun, ia berusaha keras untuk membukanya dan menatap Taeyeon yang kebetulan baru saja membereskan kamar tidur Jiyong.

“Hampir jam sebelas siang, Jiyong-ssi,” jawab Taeyeon pelan. Ia membalikkan tubuhnya untuk melihat Jiyong sembari membuka apronnya. “Semuanya sudah kukerjakan dan aku akan bersiap-siap untuk pulang,”

Jiyong hanya menganggukkan kepalanya dan ia mengadahkan wajah tampannya untuk melihat Taeyeon. Ah, gadis itu mengikat rambut panjangnya. Wajar saja ia melakukan itu. Dengan memiliki rambut panjang yang bergelombang indah akan sulit membuatnya bergerak bebas. Apalagi Jiyong menyadari jika Taeyeon cukup gesit bersih-bersih rumah.

Namun, bukan masalah gadis itu rajin atau tidak, Jiyong tidak memedulikan hal itu untuk saat ini. Ia baru menyadari gadis lugu yang terkesan kuno dengan kisah cintanya itu bisa terlihat y juga di matanya.

Dengan mengikat rambutnya yang panjang tersebut dapat membuat leher jenjangnya yang mulus terekspos begitu saja. Lehernya indah dan tampak bening, atau hanya penglihatan dan nafsu Jiyong saja? Leher itu semakin terkesan menantang saat Jiyong melihat ada beberapa bulir keringat yang menghiasi lehernya, membuat Jiyong dengan susah payah menelan ludahnya.

Fikiran Jiyong mulai berfantasi ke mana-mana. Apakah belum ada satu orang pun yang menjamah leher mulus itu? Atau sekadar mengecupnya saja. Apakah kekasih gadis itu dulunya tidak berminat mencicipinya sedikit? Kenapa begitu terihat bersih seakan-akan belum ada yang membelai dan mengeklaimnya dengan beberapa kissmark?

Oh, holy . Alkohol brengsek. Meskipun dirinya sudah tidak mengalami hangover lagi, tapi keagresifan diri serta nafsunya yang mendadak membuncah akibat banyak minum masih melekat dalam dirinya. Tubuhnya panas dingin dan Jiyong buru-buru bangkit agar dirinya tidak merasa tersiksa lagi.

Ia tidak mau melampiaskan nafsunya dengan cara yang sangat tidak elit di dalam kamar mandi. Alangkah lebih baik jika ia menghubungi salah satu friend with benefits-nya lalu menyuruh gadis itu untuk melakukan .

Lagipula nafsu birahinya itu akan menghilang setelah ia mandi dan dirinya sudah sepenuhnya pulih dari alkohol. Tidak mungkin juga ia dengan begitu mudahnya tergiur hanya karena memandang leher jenjang Taeyeon yang sedikit basah karena keringatnya. Walaupun ia brengsek, ia juga bukan laki-laki gampangan.

“Jiyong-ssi?” panggil Taeyeon pelan dengan wajah yang sangat risih. Bagaimana tidak risih jika laki-laki itu hanya memandangi dirinya tanpa berkata apa-apa dengan sorot mata tajam seakan-akan ingin menelan gadis itu hidup-hidup.

Jiyong segera tersadar dari pemikiran gilanya dan menatap Taeyeon. Ia sadar jika gadis itu merasa tidak nyaman karena laki-laki itu sejak tadi hanya diam sambil menatap liar dirinya dengan pandangan lapar. Gadis itu memasang kembali apronnya dengan sedikit terburu-buru tanpa menatap balik ke arah Jiyong.

Taeyeon merasa was-was dan hal itu bukannya membuat Jiyong merasa tidak enak melainkan tertantang. Tertantang untuk mewujudkan apa yang tengah Taeyeon fikirkan.

Dasar alkohol sialan! Batin Jiyong gusar.

Laki-laki itu menghela nafas beratnya dan bangkit dari sofa. “Kenapa kau memakai apronmu lagi?”

“Ah, ye?” Taeyeon balik bertanya dengan mengedipkan kedua matanya berkali-kali, tampak bingung. Bingung dengan tindakannya sendiri dan sedetik kemudian merasa malu luar biasa.

, Kim Taeyeon itu sama sekali tidak membantu. Memasang wajah bingung yang cute dan sedetik kemudian wajahnya berubah merah merona. Kyeopta.

Lain kali ia tidak boleh pulang dalam keadaan mabuk. Kalau tidak, ia tidak akan melihat sinar matahari lagi akibat dikubur hidup-hidup oleh Tiffany, Youngbae, Hyorin, dan Jieun noona.

Ingat Joohyun, tuan Kwon yang terhormat.

Jiyong mengeluarkan tawanya yang terdengar seperti dipaksakan. Ia menghampiri Taeyeon dengan santai. Taeyeon diam saja dan berusaha untuk tidak berjalan mundur mengingat siapa dirinya saat ini.

Jiyong berhenti tepat di hadapan gadis itu dan hal itu membuat Taeyeon menghembuskan nafas lega secara diam-diam. “Kau boleh pulang sekarang, jadi lepaskan apronnya. Kenapa dipakai lagi? Masih mau bersih-bersih? Atau kau mau menggosok punggungku? Kebetulan aku mau mandi,”

“Aku memang berniat mau pulang dan tidak baik jika kau menyuruhku melakukan itu,” tolak Taeyeon cepat dengan rahang mengeras.

“Aku mengerti, Taeyeon-ah,” jawab Jiyong sambil menyeringai. “Aku hanya bercanda, tidak perlu dimasukkan ke dalam hatimu. Tapi kalau kau mau, tidak apa-apa,”

Taeyeon hanya mengangguk tidak peduli dan masih tidak mau balas menatap ke arah Jiyong. “Kalau kau mau mandi, aku sudah menyiapkan air panas. Kau bisa mandi dengan menggunakan air itu. Air panas bisa memulihkan tubuhmu lagi. Sampai besok, Jiyong-ssi,”

Taeyeon membungkukkan tubuhnya sebentar lalu langsung membereskan barang-barangnya sebelum ia keluar dari dalam kondo Jiyong. Sedangkan Jiyong hanya diam mematung mendengar kata-kata terakhir dari bibir gadis itu.

Beberapa detik kemudian, Jiyong melangkahkan kedua kakinya secara perlahan menuju dapur. Ia menyeringai kecil saat didapatinya meja makannya sudah dipenuhi banyak makanan dan lauk-pauk yang masih mengepulkan asapnya. Jiyong memang sudah menduga kalau perempuan itu pasti menyiapkan makan siang untuknya.

Menyiapkan air panas dan makan siang. Sesuatu yang sudah lama sekali diimpikannya jika ia memiliki seorang kekasih. Dan hal itu sudah didapatkannya meskipun gadis itu bukan kekasihnya.

Hal itu membuat sesuatu dalam dirinya menghangat.

~~~

Taeyeon menjadi orang pertama yang turun dari bus begitu bus itu membuka pintunya dan mempersilakan orang-orang di dalamnya keluar. Gadis itu bergerak sangat cepat, hampir berlari di sepanjang trotoar menuju sebuah bangunan besar dengan tinggi yang menjulang. Saking cepatnya melangkah, ia beberapa kali menabrak orang yang jalan berpapasan dengannya.

Gadis itu hanya membungkuk sambil mengucapkan beribu-ribu maaf. Namun, langkah kalinya tak juga memelan. Ia bahkan semakin mempercepat langkahnya. Tidak, ia sudah berlari sekarang saat diliriknya jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11.59 KST. Satu menit lagi. Jika ia terlambat, ia tidak tahu harus bagaimana.

Jika ia terlambat, lebih baik ia mati saja.

“Kenapa hari ini Anda lama sekali, ahga?” tanya seorang wanita paruh baya memakai jas hitam dipadu dengan rok selututnya yang berwarna senada. Pertanyaannya memang sedikit kasar, tapi wajahnya menyiratkan kekhawatiran mendalam saat melihat Taeyeon sudah masuk ke dalam pintu gedung itu sambil terengah-engah.

“Tempat kerjaku kali ini cukup jauh, ahjumma,” jawab Taeyeon setelah nafasnya normal kembali. “Aku salah memperhitungkan waktunya,”

“Arraseo, tapi lain kali kau tidak boleh seceroboh ini, paham?” tegur wanita yang dipanggil Taeyeon ahjumma itu.

Taeyeon mengangguk paham dengan raut wajah menyesal. “Aku janji aku tidak akan pernah terlambat lagi, ahjumma,”

~~~

“Sudah satu bulan ini kau tidak sarapan dan makan siang di luar, hyung. Apa makanan yang dibuat Taeyeon noona benar-benar sangat lezat?” tanya Seungri dengan wajah irinya saat ia melihat Jiyong membuka kotak bekal makannya yang baru ia beli sekitar satu bulan yang lalu. Jiyong tidak menjawab pertanyaan Seungri dan malah asyik memakan pancake kimchinya yang dicampur dengan beberapa sushi roll Temaki beserta sausnya.

Kotak bekal yang baru dibeli Jiyong itu memang sengaja ia beli karena ia ingin membawa makan siang yang sudah disiapkan oleh Taeyeon ke kantornya dan tak jarang juga ia memamerkan di hadapan teman-teman dekatnya bahwa kini ada seseorang yang memasakkan makanan untuknya, meskipun hanya pagi dan siang.

Masakan yang dimasak Taeyeon juga tidak terlalu mewah sebenarnya. Hanya makanan sederhana yang bisa dimasak semua orang. Namun, melihat Jiyong yang membawanya tiap hari ke kantor dengan wajah bangga membuat beberapa orang temannya iri, termasuk Seungri, Daesung, dan Seunghyun yang memang sudah tahu kecantikan sang housekeeper.

“Makanan itu sudah biasa kita makan, hanya saja si dragon ini memakannya sambil mengingat wajah housekeeper-nya. Tentu saja rasanya sangat enak,” imbuh Soohyuk, sahabat dekat Jiyong yang lainnya.

Jiyong, Seungri, Seunghyun, Daesung, Youngbae, dan Soohyuk menghabiskan waktu singkat mereka dengan berkumpul dan bercengkerama satu sama lainnya di sebuah restaurant yang tidak terlalu jauh dari kantor pusat PMO. Mereka berenam memang bersahabat baik, tapi kesibukan masing-masing membuat mereka sulit bertemu. Dan bila ada satu kesempatan untuk berkumpul, maka pasti ada salah satu dari mereka yang langsung meninggalkan pekerjaannya, terutama Jiyong dan Seunghyun.

“Eyy, aku memang sangat menyukai makanan homemade, bukan karena dia yang membuatnya, tapi karena aku suka. Kalian seperti tidak tahu saja,” sanggah Jiyong cepat. Ia segera menghabiskan makanannya dan menyimpan kotak bekalnya di dalam tas kecil yang selalu dia bawa-bawa selama sebulan terakhir ini.

“Wajah cantiknya menambah kelezatan,” tambah Seunghyun. “Apa Joohyun bisa memasak juga?”

“Dia bisa memasak, tapi jarang membuatkanku. Kurasa tidak pernah. Kami sama-sama sangat sibuk. Bertemu sekali seminggu saja rasanya aku sangat bersyukur,” jawab Jiyong santai.

“Kau beruntung bisa makan makanan khas rumah lagi setelah ada Taeyeon, Yongie-ah,” ujar Youngbae.

“Dia tidak memasak untukmu?” tanya Jiyong, sedikit terkejut sekaligus senang. Terlihat sekali dalam pancaran kedua mata hazelnya.

“Taeyeon sebisa mungkin menjaga perasaan Hyorin,” jawab Youngbae asal.

“Kuharap Hyorin bisa pengertian dan memasak enak untukmu juga,” ujar Jiyong.

Youngbae tentu saja berbohong. Taeyeon adalah gadis yang sangat menyukai memasak. Walaupun dia sering mengatakan kalau tidak begitu mahir, tapi gadis mungil itu tidak tahan untuk tidak mengacak-acak dapur seseorang. Bekerja bersama Youngbae selama dua tahun lebih mana mungkin tidak dibuat masakan lezat khas rumah oleh Taeyeon?

Youngbae sengaja berbohong karena dia senang melihat perubahan sikap sahabat kecilnya tersebut. Dibalik sifat arrogant, egois, keras kepala, dan sok tampannya itu, Jiyong memiliki kelemahan seperti manusia lainnya. Ia kesepian dan butuh seseorang untuk menjadi sandarannya.

Jiyong punya banyak teman, seperti orang-orang yang tengah mengelilingi sekarang ini. Namun, Youngbae tahu belum ada yang bisa mengobati rasa sepinya itu, belum ada yang mampu memberikannya pengertian dan perhatian seperti yang dia inginkan. Dibalik sikapnya yang playboy, sebenarnya Jiyong hanya ingin menutupi rasa kesepiannya tersebut dengan cara bersenang-senang.

Hidup di dalam keluarg

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Fey28net
I really look forward to seeing you leave comments , Thanx ^^

Comments

You must be logged in to comment
309818 #1
I badly want to read this story.. But i can't understand... Pls translate it to english plllsss ㅠㅠ
TaeyeonXJiyong #2
ihh kangen banget cerita iniii
Fey28net
#3
Thanx For comment , I hope u like mu Story :))
And Chapter 4 ready 😄😄
Lemonesky #4
Chapter 3: Omgg, i already like this story!!! Please, next 🙆🏻‍♀️🙆🏻‍♀️🙆🏻‍♀️🥺🥺