Satu

Moon : Bisakah Aku Mengetuk Pintu Hatimu?
Please log in to read the full chapter

Oktober 2015

 

Hujan sore itu sangat deras, Kinan tampak sendirian di depan kampus, menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Berdiri sendirian menatap hujan membuatnya bosan, sudah tiga puluh menit berlalu, tapi orang yang dia tunggu tak kunjung datang.

Sepuluh menit kemudian dia melihat mobil hitam terparkir, Kinan menyunggingkan senyumnya, dia tahu siapa yang datang. Mark. Orang yang dari dia tunggu kedatangannya. Ini adalah hari pertama mereka sebagai pasangan. Sejujurnya Kinan merasa canggung dan sedikit malu, entah kenapa rasanya berbeda. Hatinya menjadi berdebar-debar, dia sampai takut kalau Mark mungkin akan mendengar debaran jantungnya. 

"Maaf aku telat, jalanan macet banget, kamu udah lama nunggu?" tanya Mark, ketika dia datang menghampiri Kinan dengan membawa payung.

"Lumayan, gapapa ko" Jawab Kinan.

Mark kemudian melepaskan jaketnya dan memakaikannya kepada Kinan. "Kenapa kamu ga pakai jaket sih? Hujan gini kan dingin" Kinan hanya terdiam, kaget dengan tindakan tiba-tiba Mark, dia menunduk berusaha dengan baik menyembunyikan wajahnya, takut kalau Mark akan melihat wajahnya yang memerah karena malu. Bukannya dia pertama kali mendapatkan perlakuan seperti ini dari Mark, sejak dulu Mark memang sangat baik dan perhatian kepadanya, tapi entah kenapa semenjak Mark menyatakan perasaannya, jantungnya ini selalu berdetak lebih kencang dari biasanya, membuatnya salah tingkah.

"Kinan, kenapa? ko kamu bengong aja sih?" Tanya Mark.

"Ah, gapapa ko Mark, ayo kita berangkat.

Mereka pun pergi sepayung berdua, Kinan bisa melihat sebelah pundak Mark kebasahan karena dia berusaha agar Kinan tidak terkena hujan, dia benar-benar tersetuh dengan setiap perlakuan Mark kepadanya.

"Kamu udah makan belum?" tanya Mark.

"Iya udah tadi sama Ayana" Mark hanya menanggapi dengan anggukan, matanya fokus menatap jalanan yang macet disertai hujan yang deras.

"Kinan..." Mark memulai pembicaraan.

"Hmm" jawab Kinan singkat.

"Makasih karena kamu mau mencobannya, aku berjanji akan selalu membahagikanmu, bukan, kalau aku berjanji mungkin akan terdengar seperti basa-basi, tapi aku tidak akan pernah menyakitimu, aku akan selalu berusaha membahagiakanmu, kamu bisa mempercayaiku"

"Sejujurnya, ini terasa asing buat aku, kita sudah berteman selama sepuluh tahun, aku terkadang kewalahan dengan perasaanku, saat aku menatapmu sekarang, jantungku berdebar kencang sampai rasanya aku takut kamu akan mendengarnya"

"Aku menyuakainya jika itu sampai terdengar olehku" Canda Mark.

"Mark!" Kinan merengek dan memukul lengan Mahendra.

Mark kemudian memegang tangan Kinan, meskipun matanya masih fokus menatap jalanan. "Tetaplah bersamaku apapun yang terjadi, karena meskipun terdengar seperti basa-basi aku hanya bisa menjanjikan kebahagiaan untukmu, jadi berjanjilah untuk selalu bersamaku"

"Eung" jawab Kinan sambil menganggukan wajahnya. Dia kemudian memalingkan wajahnya menatap jendela mobil, sebenarnya kinan menyembunyikan wajahnya yang mungkin terlihat seperti tomat.

"Tidak perlu menyembunyikan wajahmu, meskipun wajahmu memerah seperti itu kamu tetap cantik, jangan menatap jendela mobil seperti itu, aku ingin kamu hanya menatapku saja, kalau kamu menatap yang lain aku bisa cemburu loh" Mark terus menggoda Kinan.

Kinan mendengus mendengar apa yang dikatakan Mark, meskipun hatinya sebenarnya senang mendengarnya, mungkin kalau dia ada di kamarnya dia akan berteriak dan berguling saking senangnya. Kinan tidak pernah berpikir akan merasa senang dengan mendengar kata-kata seperti itu, padahal dulu dia menganggap itu menggelikan, tapi lihat dia sekarang, dia seperti remaja yang baru jatuh cinta, tunggu,

Please log in to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet