Chapter 4

Melepasmu
Please Subscribe to read the full chapter

"I want to be loved, but you don't seem to love me. I'm wandering aimlessly within this repetition and the answer I found is only one; that even if I'm scared,

even if I'm hurt I'll say "I love you" to the person I love." ―Sen no Yoru wo Koete (Aqua Times)
 

 

 

"Akhirnya tiba juga hari ini." Bisik seorang gadis yang masih berpakaian piyama putih polos menatap langit pagi hari yang masih berwarna putih

 

keemas-emasan.

Ekspresi wajahnya sangat sulit diartikan. Ada banyak rasa yang ingin dibuncahkan, namun pada akhirnya hanyalah wajah sedikit tanpa ekspresilah yang

 

terlihat pagi itu.

Dengan malas-malasan dia turun dari ranjangnya yang empuk. Melihat sekeliling kamarnya yang sudah polos hanya ada perabotan besar―seperti lemari,

 

meja hias, dan meja belajar juga ranjangnya. Dengan langkah gontai, diayunkan kaki mungilnya menuju kamar mandi.

"Perpisahan…."

.

.

.

Dentuman dari seorang pemuda meniti nada-nada indah di setiap tutsnya. Sedikit berdenting ketika Nichkhun―si pemuda tersebut―menyentuhkan jari

 

kelingkingnya pada nada tinggi. Kelihaian tangan Nichkhun menari di atas hitam putih tuts yang mengeluarkan irama yang sejuk didengar telinga memang

 

tak bisa dianggap remeh lagi. Ia kini sedang memainkan Fur Elise. Lagu gubahan yang lumayan lama ini sangat disukai Nichkhun.

Hyuna yang terkejut dengan kedatangan Nichkhun―tepatnya melihat Nichkhun sedang memainkan piano itu sangat mustahil―terutama di hari minggu

 

pagi seperti ini. Hei, bukankah Nichkhun tidak bisa bangun pagi?

Nichkhun melongokan kepalanya ketika mendapati sahabat merah mudanya tengah mengerucutkan bibirnya imut.

"Pagi, Na-yaa!" sapa Nichkhun riang sembari menutup kembali tuts piano milik Hyuna. "Sesuai janjiku." Dia nyengir dengan lebarnya membuat Hyuna

 

tampak sebal.

"Huh, ini mustahil!" Hyuna menyilangkan tangannya di depan dada. "Pasti ini makhluk jejadian!" kemudian dia mencubit kedua pipi Nichkhun gemas.

"Aduh!" erang Nichkhun kesakitan. "Teganya kau. Kalau aku sudah janji, aku pasti akan menepatinya Na-yaa!"

"Ya, ya, ya aku tahu baka." Hyuna mengelus-elus kedua pipi Nichkhun yang dicubitnya hingga memerah. "Kita sarapan dulu, yuk!"

.

.

.

Pertama suara yang didengar pemuda tersebut adalah suara sayup-sayup burung gereja yang berjajar di jendela kusennya―yang entah kapan sudah

 

terbuka―ketika ia baru saja membuka kedua matanya dan menyingkap selimut biru langitnya, ia menggeliat sebentar dan menggaruk belakang lehernya,

 

ketika tak didengarnya lagi suara burung yang biasa mencicit di taman bunga mini di bawah jendelanya, ia malas-malasan melirik jam wekernya,

 

kedua matanya melihat jam berbentuk bola itu menunjuk pukul 7 pagi.

Dengan malas pemuda tersebut turun menuju lantai bawah. Dimana saat Ia menjejakan kakinya pada tengah anak tangga sudah tercium aroma sedap

 

masakan yang berasal dari arah dapur.

Dengan sebuah senyum riang, pemuda tersebut berdiri di depan meja makan yang sudah tersaji makanan sekiranya seperempat dari ukuran meja

 

tersebut. Menyadari ada seseorang selain dirinya yang berada di sana, dia mendekati wanita yang masih sibuk berkutat memotong-motong sayuran.

"Selamat pagi, Ibu." Sapanya dengan wajah datar namun sarat akan kesenangan dalam ucapannya.

Wanita yang dipanggil 'Ibu' oleh pemuda tersebut menoleh. "Pagi, Jii." Balasnya sembari mengelus kepala anaknya yang sudah jauh lebih tinggi darinya.

 

"Kau bangun pagi sekali."

"Hn." Pemuda itu mengangguk. GD membuka pintu kulkas, mengambil sesuatu di sana yaitu sebotol susu putih lalu menegaknya hingga tandas.

"Ayahmu dan kakakmu sedang berada di basement." Walau GD tidak bertanya, seorang Ibu pastilah mengerti apa keinginan anaknya.

 

GD langsung mengangguk mengerti sebelum menghilang di balik pintu, Han Gi ran―nama Ibu GD―berseru,

 

"Setengah jam lagi kalian datang ke ruang makan, ya!"

.

.

.

Tak terasa sudah hampir menuju angka 8 lewat 10 menit ketika GD bersama kakaknya selesai mencuci piring bekas mereka sarapan pagi.

 

Dengan sedikit perkelahian kecil antar kakak-beradik itu, rambut GD tampak masih tersisa buih sabun―kakaknya iseng melakukan hal tersebut karena

 

adiknya itu senyum-senyum sendiri dengan wajah yang bersemu.

"Menyebalkan!" kesalnya sembari menendang kaki kakaknya yang masih saja asik menertawai adiknya. "Kubalas kau nanti!"

"Salah sendiri saat mencuci piring kau bengong dengan mulut melongo begitu." Kwon Da mi memegangi perutnya yang serasa sakit akibat tertawa

 

terbahak-bahak.

"A-apa?!" wajah Jiyoung langsung memerah dan berusaha menutupi wajahnya dengan lengannya.

Dami bukannya berhenti tertawa dia malah melanjutkan tawanya lagi dan kini semakin besar. "Kau lucu sekali, jii!" Dami menepuk-nepuk kepala adiknya.

 

"Ciyee, yang sudah jadian sama Tiffany."

GD mengernyit heran. "Tahu dari mana kau tentang Tiffany?"

Dami menutup mulutnya. Ck, kelepasan berbicara ternyata dia. "Upsie. Itu bukan apa-apa." Baru saja GD akan menanyakan kembali, Dami sudah berlalu

 

meninggalkan rumah dengan langkah tergesa-gesa.

"Kenapa dia bisa tahu?"

.

.

.

"Kau mau pergi Jiii?" tanya Ibunya ketika dilihatnya GD tengah berdandan rapi di hari minggu pagi itu.

GD mengenakan jins hitam dipadu kemeja hitam kotak-kotak garis putih tebal yang tak dikancingi dengan dalam kaus berwarna putih dengan tulisan

 

Alas kakinya cukup dengan sepatu kets kesayangannya yang berwarna putih bergrafiti garis putih dan kuning menyala.

"Hn." Jawabnya biasa.

"Cepatlah. Kau pasti akan mengantar Na-yaa, bukan? Pesawatnya akan landas jam 9 ini." Gi Ran tidak memerhatikan raut wajah anaknya yang

 

kebingungan dengan maksud dari perkataannya.

"Maksud Ibu apa?" tiba-tiba saja dada GD merasakan ngilu mendadak.

"Lho? Bukankah Na-yaa akan pergi ke Tokyo jam 9 ini? Kau tidak tahu Jiii?" Gi Ran ikut mengernyit keheranan.

"Kenapa Ibu tidak bilang?"

"Kupikir Na-yaa sudah memberitahumu." Gi Ran baru saja akan mengambil telepon wirelesnya ketika dengan cepat GD sudah pergi keluar rumah

 

mengikuti jejak kakaknya yang tadi pagi terburu-buru juga.

Gi Ran mendesah pelan. "Apa tidak bisa berpamitan dengan Ibu dulu?"

.

.

.

Dengan kesal GD melajukan motor sport berwarna dark blue tersebut dengan keecepatan penuh. Sesaat sebelum Ia kemudikan motornya dia mencoba

 

menghubungi Nichkhun. Sayang sekali panggilan darinya tidak disahuti bahkan sudah beberapa kali GD menghubungi sahabatnya itu tetap saja tidak

 

diangkat panggilannya.

Karena tidak mau membuang waktu GD segera pergi menuju bandara langsung. Otaknya masih berjalan dengan cepat, kemungkinannya Hyuna dan

 

Nichkhun sudah berada di bandara. Dan dia butuh penjelasan Hyuna kenapa dia akan berangkat ke Tokyo hari ini.

.

.

.

Da Mi menyeruput ice vanilla latte pesanannya dengan santai sesekali melihat kelompok temannya yang berada di kanan-kirinya tengah asik dengan

 

kegiatan masing-masing. Hari minggu ini Da Mi sedang berkumpul dengan teman-teman yang sudah 4 tahun ini menjadi teman perkumpulannya.

Anak-anak yang berasal dari daerah yang berbeda-beda itu bertemu dalam suatu sebuah SMA di Seoul yang cukup terkenal. Bahkan setelah mereka

 

kuliah di salah satu universitas yang lagi-lagi ternama di Seoul dengan jurusan yang berbeda-beda pula mereka tetap dapat berkumpul setiap minggu

 

atau jika ada waktu luang yang bersamaan. Seperti pada minggu pagi ini. Mereka hanya rutin bertemu tanpa memiliki rencana akan melakukan aktifitas

 

apapun.

Keompok ini beranggotakan sepuluh orang. Tak perlu berkenalanpun nanti satu persatu dari mereka pasti akan menyapa Da Mi. Namun sepertinya

 

kelompok yang berjumlah sepuluh orang termasuk dia mengapa jadi terasa ada yang kurang?

Oh, tentu saja si baby face tidak menampakan batang hidungnya. Si pemuda dengan panggilan baby face itu merupakan salah satu teman yang cukup

 

akrab dengan Da Mi selain Hyeri―yang duduk di sebelah kiri Da Mi yang tengah asik memainkan permainan Angry Bird.

"Kemana baby face itu?" tanya Da Mi yang memecah keheningan.

Delapan pasang mata langsung menatapnya sebentar dan kemudian berfokus kembali pada keasik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
marveLLius #1
Chapter 4: Author update please
marveLLius #2
Chapter 2: Update Lagi pLease ??