Part 5

The Invisible

Pagi di awal musim semi. Merupakan hal yang sangat dinanti oleh sebagian besar masyarakat orang. Di mana mereka sangat antusias menanti kelopak bunga bunga kecil muncul di sela-sela tangkai pohon. Meskipun udara musim semi masih terasa dingin-walaupun tidak seperti musim dingin yang menusuk kulit-. Sebagian besar orang sangat menyukai musim semi. Di saat bunga sakura dengan indahnya menyuguhkan kelopak bunganya yang manis,yang menghias jalanan dengan warna cantiknya yang menggoda. Yang membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Meskipun begitu, masih sebagian orang yang tidak menyukai keindahan itu. Karena masih banyak dari sebagian orang tersebut yang terkadang tidak bida membedakan mana keindahan yang dapat mereka rasakan dan mana yang tidak boleh.
Oh Sehun mengeratkan jaketnya saat angin musim semi berhembus menerka kulitnya. Membuatnya bergidig tatkala angin yang tidak bisa dibilang hangat itu menyentuh tengkuknya. Ia mempercepat langkahnya yang lebar menyusuri jalan setapak yang lengang.  Ia berhenti di sebuah halte yang cukup sepi. Mengingat saat ini masih terlalu pagi untuk orang beraktifitas. Tetapi ia menghiraukannya. Baginya melakukan suatau hal di sekitar orang banyak justru membuatnya tidak nyaman. Ia tidak terlalu menyukai keramaian. Dan perlu diketahui juga, Oh Sehun adalah salah satu orang yang tidak suka musim semi. Ia lebih suka musim gugur. Oleh karena itu ia sedikit malas berangkat sekolah. Tapi bagaimana? Ia tidak bisa terus-menerus tidak masuk sekolah hanya karena musim semi bukan?
Oh Sehun memposisikan duduknya di bangku panjang yang telah tersedia di halte tersebut. Ia masih sibuk dengan pikiranya, sampai suatu hal tertangkap oleh sudut pandang matanya. Segera ia tolehkan kepalanya ke arah samping tempat ia duduk. 
Dua pasang mata itu saling menatap dalam diam. Mata tajam milik Oh Sehun menatap penasaran sepasang mata hazel milik seseorang yang duduk tidak jauh darinya. Sedangkan pemilik mata hazel itu- Oh Hayoung. menatap setengah kaget melihat Sehun yang kini masih belum beralih darinya.
Gadis itu tetap diam sambil terus menatap gerak gerik Sehun. Mengikuti setiap pergerakan matanya. Berbagai pertanyaan yang membingungkan berkecamuk di dalam otaknya. Dis isi lain Sehun juga merasa risih karena Hayoung sama sekali tak beralih untuk tak menatapnya. Dan ia tidak suka tatapan itu. Tatapan yang dimiliki juga oleh hantu Sooyoung. Seakan keberadaannya adalah suatu hal yang aneh.
“Anyeonghaseyo.”sapa Sehun seraya sedikit menundukkan kepalanya,  menatap dengan wajah datarnya. Hal yang sederhana, begitu simpel dan singkat, tapi berhasil membuat otak Hayoung yang tadinya begitu ribut, mendadak kosong seketika. Ia tertegun mendengar Sehun menyapanya. Ia terkejut dengan apapun yang Sehun lakukan saat ini.
“Tolong berhenti menatapku.”ucap jongwoon. Seperti kaget dan juga bingung setidaknya itu yang bisa menggambarkan Hayoung saat ini. Sampai detik ini pun gadis itu masih tetap diam. Dan itu sedikit membuat Sehun geram. ‘wah, aku merasa terintimidasi. Apakah wajahku seasing itu untuknya?’pikir jongwoon
“kau teman sekelasku kan?” tanya Sehun lagi. Hayoung terperanjat saat Sehun kembali berucap dan menatapnya. Tapi lagi dan lagi. Hayoung masih belum menjawab satupun pertanyaan Sehun. Ia begitu kaget, bingung, heran dan juga senang. Lidahnya terasa kelu hanya untuk sekedar mengeluarkan satu kata. 
Merasa diabaikan, Sehun justru  beranjak dari duduknya. memilih berdiri di dekat tiang halte kemudian bergegas masuk kedalam bus ketika bus yang dinantinya telah datang. Hatinya masih saja kesal  mengingat ia begitu diabaikan oleh Hayoung. Ia mendengus sebal tatkala melihat Hayoung masih diam di tempat yang sama dan masih menatapnya. Tatapan mereka bertemu sesaat sebelum akhirnya Sehun memilih memalingkan wajahnya kearah lain. Sehun sudah duduk di dalam bus. Tapi Hayoung masih enggan untuk beranjak dari tempatnya hingga bus itu berlalu, menyisakan dirinya yang masih terpaku. Pikirannya sangat ribut kali ini. 
“Ini sungguh terjadi. Ia berbicara denganku?”gumamnya lirih.  
^___________________^
At Sung dae sool high school
8.45 am
Sehun tengah bersiap menuju ruang latihan bandnya. Mereka bertiga- Sehun, Yeri, Minhyun memang telah membentuk sebuah band, bahkan sebelum mereka masuk ke sekolah yang sekarang ini. Tetapi setelah dipikir-pikir, hanya Sehun  yang tidak memiliki niat untuk membentuk band tersebut. Ia pikir kegiatan itu hanya akan menambah rumit kehidupannya. Karena dari dulu pun, yang ia pikirkan hanyalah sekolah. Bukan berarti ia seorang anak yang teladan yang mengabdi seluruh kehidupan remajanya hanya untuk memperoleh nilai yang bagus di sekolah. Melainkan sebuah keharusan Sehun memikirkan sekolahnya, bagaimanapun tidak ada yang ingin jika namamu dikenal di seluruh penjuru negeri dengan kesan yang kurang baik bukan? Namun setelah bujukkan Yeri, ia dengan penuh pertimbangan bersedia untuk bergabung. Toh suaranya layak untuk masuk ke studio rekaman. Dan Sehun akan tetap menjadi Sehun, belum sampai satu tahun, ia memutuskan untuk tidak bermain lagi, atau lebih tepatnya ia meninggalkan posisi vokalis di band mereka. Yuri dan Minhyun sangat memahami keadaan Sehun oleh karena itu, mereka berdua tidak lagi mengharapkan Sehun untuk kembali bernyanyi. Tidak lama setelah itu, mereka telah menemukan vokalis pengganti Sehun dan bertahan hingga tahun pertama sekolah menengah. 
Seperti takdir yang tidak dapat dihindari, Sehun mendapat tawaran untuk bergabung lagi menjadi vokalis oleh Yeri. Bedanya kali ini, Sehun dengan tidak penuh pertimbangan langsung bersedia. Lagi pula saat ini Yeri sangat membutuhkan bantuannya. Mengingat vokalis yang sebelumnya telah mengalami kecelakaan dan dikabarkan akan ‘cuti’ dari sekolah.
Dering ponsel Sehun seketika mengagetkan pemiliknya yang baru saja akan memasukkan beberapa alat tulis kedalam tas punggungnya. Sehun dengan segera merogoh saku celananya dan menjawab panggilan tersebut.
“Hallo” 
“oppa!!” Sehun reflek menjauhkan ponselnya tatkala suara nyaring terdengar tidak mengenakan untuk didengar. Mode loundspeaker ditelpon genggamnya bahkan tidak menyala tapi suarannya bahkan lebih keras dari itu.
“Bersikaplah seperti orang normal!” sungut Sehun 
“Maaf oppa. Tidak apa-apa kan?” 
“dasar bocah autis.” decak Sehun di sela kekehannya.
“Lain kali gunakan sebutan yang sedikit bersahaja untuk adikmu ini, Oh Sehun!”segaris senyuman tipis muncul di wajah Sehun. Entah kenapa ia justru merasa sedikit terhibur dengan ocehan Yeri. Meski banyak diantaranya yang membuatnya kesal.
“ada apa kau menghubungiku?”
“cepat kemari!”
“Aku sibuk.”ujar jongwoon berniat untuk menggoda Yeri yang terdengar sedang kesal.
“menyebalkan sekali kau Oh Sehun! Cepat kesini!”
“Ya. Jaga bicaramu itu nona Oh! Aku lebih tua darimu!” 
“sudahlah jangan banyak bicara. Cepat datang kesini! Hyeseol Ssaem tidak akan datang bukan?”
“oke, oke, aku kesana seakarang. Cerewet sekali kau ini!” ujar Sehun lalu menutup sambungan teleponnya dan berlari kecil keluar kelas. Meninggalkan suasana ramai kelas yang tidak lain tidak bukan penyebabnya adalah Sehun. Setelah mendengar Sehun berbicara akrab melalui telepon, itu sedikit membuat telinga para pemuja Sehun di kelas panas mendengarnya dan bertambah riuh. Mereka semua iri dengan seseorang yang bisa akrab seperti itu dengan Sehun. Bagaimana bisa mereka juga merasa cemburu karena kedekatan Sehun dengan adiknya? 
Sama halnya dengan siswi ‘biasa’ yang lain. Sooyoung yang juga masuk dalam kategori ‘pemuja’ Sehun pun kini tidak bisa duduk diam. Ia terus saja mondar-mandir di hadapan Hayoung-yang memandangnya jengah. Sooyoung sangat penasaran dengan siapa Sehun tadi berbicara. Ia sangat ingin mengetahuinya.
“Park Sooyoung! Berhentilah melakukan hal itu di depanku!” sungut Hayoung
“Hayoung-ah. Aku ingin tanya sesuatu padamu.” Ujar Sooyoung dengan wajah serius. Badannya sedikit ia bungkukkan untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Hayoung yang sedang duduk. Sepasang mata itu menatap mata Sooyoung juga tak kalah serius dengan raut wajahnya.
“apa kau tadi mendengar percakapan Sehun lewat telepon? Kau tahu siapa yang menghubunginya?”
“aku tidak mendengar dengan jelas. Memangnya kenapa?”jawab Hayoung dengan wajah datarnya.
“tidak. Hanya saja aku belum pernah meliht Sehun tersenyum dan berbicara seperti itu. yang disebut ‘ nona Oh’ oleh Sehun itu siapa? Apa itu kekasihnya? “
“Lihatlah dirimu! Kau mengaku bahwa kau hanya terobsesi padanya. Sekarang kau bersikap seperti orang yang mencemburui kekasihnya. Tenanglah, mungkin saja itu adiknya.” 
“kau yakin?” tanya Sooyoung semakin penasaran dan lebih memajukan badannya ke arah Hayoung.
“adiknya juga bersekolah disini. ”
“kau tidak bercanda kan?”
“Tidak. Kudengar dia juga yang merekrut Sehun bergabung kedalam group band kami“ujar Hayoung lirih.
“apa?”pekik Sooyoung “apa posisinya?”
“vokalis.”jawaban singkat keluar yang dari bibir tipis Hayoung yang berhasil membuat  Sooyoung membelalakan matanya terkejut. Kemudian bingung dan tidak mengerti.
“lalu bagaimana denganmu? Kalian akan duet?”Hayoung hanya menggeleng singkat sebagai jawabannya.
“Lalu bagaimana? Apa kau pindah ke posisi lain?”
“Tidak....”
“Tidak?”
“aku...untuk sementara tidak akan mengikuti kegiatan band seperti biasanya.”
 “kenapa? Apa itu artinya kau keluar dari band? Yak! ada apa?”
“tapi hanya untuk sementara. Aku yakin hal ini tidak akan lama, hanya sebentar. Aku hanya perlu bersabar untuk menunggunya.” Ujar Hayoung seketika sinar di matanya meredup. Entah apa yang telah terjadi, kini ia terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya kembali diam. Namun tak lama senyum kecil muncul di wajahnya.
“kenapa kau terlihat marah? Kau benar- benar peduli padaku ternyata. Wahh..”ujarnya sedikit menggoda Sooyoung.
“bukan begitu, hanya saja... aku sudah jatuh cinta dengan band itu. dan kalian malah mengganti vokalisnya? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Sehun yang bernyanyi. Semua orang pasti sudah mati duluan dengan tatapan matanya itu.”
“lagi pula dari awal bukan aku yang membangun popularitas band itu. Jauh sebelum aku masuk ke sekolah ini, mereka sudah terbentuk. Dan sekarang mereka yang memutuskan segala halnya, bukan aku. Terlepas dari itu semua, bukannya kau menyukainya?”
“tidak, maksudku, kau tahu sendiri bagaimana Sehun. Apa kau yakin dia bisa menyanyi untuk semua orang?”
“Kita tidak pernah tahu semua hal yang terkadang memilih sembunyi.”
“ kau pernah mendengarnya bernyanyi?” Hayoung hanya menggeleng pelan dengan mata menerawang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Chapter 6: Ceritanya bagus kok! Semangat author-nim ^^
aina_0419panda #2
Chapter 6: author-nim fighting ❤❤❤❤❤