Apricity

Description

Become the warmth sun my cold winter.

(Bahasa Indonesia)

Foreword

Cerita pertama ku yang di post disini, sebelumnya cerita ini juga di post di wattpad. Happy reading.

.

.

.

Aku hampir saja terlelap saat mendengar ketukan di pintu rumahku. Aku mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya bangkit dari sofa.
  
  
Dengan bermalas-malasan aku menuju pintu, aku tidak tahu siapa itu. Tidak mungkin itu Seogyu karena dia sedang ada di luar kota.
   
  
"Tunggu sebentar" kataku sambil berjalan menuju pintu.
   
  
Pintu terbuka dan memunculkan sosok gadis berperawakan sedikit lebih pendek dari ku.
  
  
Dengan senyum lebar seolah memaksaku untuk membalas nya.
  
  
"Hei, aku baru pindah" dia menggunakan jempolnya untuk menunjuk rumah di sebelah ku, dan pandangan mataku mengikutinya.
  
  
"Ooh" bibirku membulat.

  
"Namaku NaBi, Jung NaBi" ia mengulurkan tangannya padaku yang langsung kusambut hangat.

  
"Han Chaeri" jawabku.
.

"Nice to meet you, Chaeri" ucapnya dengan mata berbinar dan senyum yang tak pernah lepas dari wajah manis nya membuat ku merasa antusias.

"Oh yass, nice to meet you too" 
  
  
"Kau mau masuk" tawarku tulus sembari menepi sedikit memberi tanda bahwa aku mempersilahkan nya.
  
  
Namun NaBi menolaknya
"Mungkin lain kali, aku masih berbenah saat ini" bisa kulihat penyesalan di wajahnya.
  
  
Aku mengangguk mencoba mengerti keadaan nya. 
  
  
"Oh ya apa kau punya palu, aku membutuhkannya" tanya NaBi dengan wajah mengharap.
  
  
"Tunggu biar kulihat" aku meninggalkan NaBi menuju ruang kecil tempat dimana aku menyimpan perkakas.
  
  
Tidak butuh waktu lama aku segera menemukan benda yang aku cari, beruntung seminggu yang lalu aku merapikan tempat ini.
  
  
"Aku hanya punya ini" kataku sambil menyodorkan palu berukuran sedang padanya.
  
  
"Oh it's ok. Lebih baik daripada tidak ada" ia tampak senang
"Kubawa dulu ok" ia menepuk lenganku kemudian berlalu menuju rumahnya.
  
  
Aku juga kembali kedalam rumahku sambil memikirkan sosok NaBi, kurasa aku dan dia bisa jadi tetangga yang baik atau bahkan berteman. 
  
  
Dia tampak seperti seorang gadis yang ceria dan mudah bergaul. Aku butuh orang-orang semacam itu karena aku sendiri memang tergolong pasif.

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat aku terbangun. Mungkin aku terlalu lelah hingga tidur hampir 3 jam, gila. 

  
Karena sudah cukup sore kuputuskan untuk segera mandi lalu menuju supermarket mencari bahan untuk makan malam.

  
Pintu rumahku kembali di ketuk, di benakku sosok NaBi kembali terlintas, mungkin dia akan mengembalikan palu.

  
Namun aku terperanjat ketika kulihat bukan NaBi yang berdiri di depan pintuku melainkan seorang pemuda berparas tampan dan berbadan tegap.
  
    
Beberapa saat aku terpana hingga suara lembutnya berhasil menghancurkan lamunanku.
  
  
"Aku ingin mengembalikan ini" ia menyodorkan palu padaku, dan di saat yang bersamaan aku merasakan jantungku berdebar. 
  
  
Konyol, tapi begitulah, aku selalu berdebar saat bertemu pria tampan dan ku rasa ini wajar bagi seorang wanita normal. 
  

Kuterima dengan hati-hati benda keras tersebut, sambil mataku masih terpaku pada sosoknya.
  
  
Lalu aku teringat sesuatu.
"Kau tinggal di sebelah?" tanyaku reflek dan pemuda itu mengangguk.
  
  
Dia tetangga baruku, lalu NaBi? Apa mereka serumah, atau...
  
  
"Kau tinggal bersama NaBi?" Tanyaku lagi
    

"Iya" jawabnya begitu singkat
  
  
Tapi kemudian itu memunculkan rasa penasaran lagi padaku, tentang apa hubungan pemuda ini dan NaBi.
  
  
"Kalian bersaudara?" 
  
  
Ia menatap ku beberapa saat, mungkin ia pikir aku terlalu ingin tahu atau semacamnya. 
  
  
Dan yah aku cukup menyesal, aku mungkin memang excited tapi seharusnya aku bisa mengontrol diri.
  
  
Kugigit bibir bawahku dan tersenyum kaku.
  
  
"Kami suami istri" 
  
  
Aku melongo mendengar jawabannya, bukan saudara tapi suami istri. 
  
  
Suami istri kata-kata itu masih berputar di otakku, hingga detik berikutnya aku tersenyum kecut.

"Ah begitu" aku merasa bodoh.
  
  
Aku tidak tahu kenapa aku merasa sedikit kecewa. 

Apa yang ku harapkan?

  
Seorang pemuda tampan seperti dia pasti dengan mudah menemukan jodoh. Dan NaBi, aku juga sudah lihat sendiri kalau dia memang manis.
  
  
Pemuda itu berbalik hendak meninggalkan rumahku, namun dengan segera ia kembali memutar tubuhnya.
  
  
"Oh ya, NaBi mengundang mu makan malam. Terimakasih" ia menggunakan dagunya untuk menunjuk palu yang ada di tanganku.
  
  
"Oh tentu" aku tersenyum lalu dengan segera ia menghilang dari hadapanku.
  
  
Aku tertawa sendiri setelah menutup pintu ㅡlebih tepatnya menertawakan diriku sendiri. 
  
  
Kenapa aku sangat konyol.
  
  
apa aku berharap dia seorang lajang?

  
Karena dia tampan?
  
  
Astaga bodohnya. 
  
  
Sudah berapa lama aku single? 

Aku kembali tertawa dan mulai memukuli
kepalaku sendiri, namun aku segera berhenti saat menyadari sesuatu.
  
  
Aku belum melepas lilitan handuk di rambutku.

  
Lalu secara spontan aku melirik pakaian yang ku kenakan, hanya sebuah bathrobe melapisi badanku.
  
  

What the h..... Jadi aku menemui tamu dengan penampilan seperti ini.

FairyNoona
Halo readers, support Cerita pertama ku yah.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet