Sequel

Online Game

Cahaya layar komputer itu sangat terang dan membuat mata pria mungil itu sedikit sakit. Jari-jarinya tidak pernah berhenti mengetik di atas keyboard dan sesekali dia tersenyum membaca huruf-huruf yang terpampang di depan layarnya.

Coups   : Uji, ini sudah malam di Korea

Woozi   : ya… aku tau

Coups   : bukankah sekarang seharusnya kau tidur?

Woozi   : sebentar lagi

Coups   : meskipun kita sedang mengejar event natal di game ini

Coups   : ayolah aku hanya tidak ingin kekasihku sakit saat aku tidak bersamanya

Lagi-lagi Jihoon tersenyum membaca pesan manis dari kekasihnya yang sedang jauh darinya dan ini sudah memasuki tahun ketiga mereka memilih jalan mereka masing-masing. Jihoon yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Seoul dan Seungcheol yang mendapatkan beasiswa ke New York. Pada awalnya kekasih Jihoon menolak untuk mengambil studi di luar Korea namun pria mungil itu membujuknya hingga Seungcheol bersedia untuk pergi meninggalkan Jihoon.

Dan mereka berdua berjanji akan mengisi waktu mereka bersama dengan bertemu di dalam game. Namun Jihoon menyuruhnya hanya untuk berkomunikasi melalui game, tidak dengan panggilan telepon maupun video call. Tentu saja ada alasan dibalik apa yang sudah Jihoon suruh.

Coups   : kau tau bukan ada fitur baru

Coups   : tentang berbicara dengan player lain melalui mikrofon

Woozi   : apakah aku terlihat seperti seseorang yang ketinggalan berita?

Coups   : ㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋ

Woozi   : baiklah… aku mau tidur

Coups   : Jihoon…

Woozi   : ya?

Coups   : apakah kita tidak dapat berbicara maupun melakukan video call hingga aku kembali?

Woozi   : aku hanya tidak ingin

Coups   : … baiklah kalau begitu

Woozi   : good night Cheol

Coups   : good night Hoon-ie

 


 

Perbedaan jam yang ekstrim membuat mereka sulit sekali mengatur waktu mereka hanya untuk duduk di depan computer. Jika Korea menyambut pagi yang cerah maka Amerika sudah dihiasi oleh bintang-bintang. Saat pria mungil itu menyelesaikan jam kuliahnya maka kekasihnya sedang terlelap dan memimpikan mereka berdua yang menghabiskan waktu bersama, begitu pula sebaiknya. Karena itu mereka hanya dapat menghabiskan waktu kurang dari dua jam dan mungkin seharian untuk hari sabtu dan minggu.

Pria mungil itu menemukan kantung matanya yang terlihat sedikit jelas karena dia tidur terlalu larut dan bangun terlalu pagi hanya untuk menghabiskan waktunya dengan kekasihnya. Wonwoo menatap sahabatnya itu dan menghela napas pendek.

“Kau kurang tidur lagi karena Seungcheol?” tanyanya dan Jihoon menganggukan kepalanya.

“Aku tidak menyangka bahwa kau kuat sekali dengan hubungan kalian dan apakah kau tidak merindukannya?”

Bohong jika pria mungil itu tidak merindukan sosoknya. Dia merindukannya hingga rasanya dia sangat ingin terbang ke New York dan menciumnya di tengah jalanan saat mereka berdua bertemu.

“Kau tau? Menahan diri dalam hubungan itu tidak menyehatkan Jihoon…”

“Aku tau.”

“Seungcheol pasti juga sangat merindukanmu. Bayangkan saja tiga tahun tanpa mendengarkan suaramu maupun wajahmu pasti sudah membuatnya gila,” balas Wonwoo.

“Jika dia sudah gila maka seharusnya dia mengakhiri hubungan ini saat dia bertemu dengan wanita seksi di universitasnya.”

Wonwoo terkekeh mendengarnya, “Ini akan menjadi natal ketigamu tanpa Seungcheol dan ini sudah tanggal 23. Apakah kau mempunyai rencana lain untuk malam natal nanti?”

Jihoon menggelengkan kepalanya, “Mungkin saja kami akan merayakan natal di rumah… kau tau dia sangat sibuk.”

Wonwoo mengangguk tanda mengerti namun jawaban itu tidak memuaskannya. Dia tidak mungkin membiarkan Jihoon sendirian tanpa kekasih di malam natal untuk yang ketiga kalinya.

“Apakah kau tidak merindukan Seungcheol?”

 


 

Coups   : event natal sudah kita selesaikan

Coups   : kau memiliki rencana lain?

Woozi   : tidak… mungkin hanya menghabiskan malam natal sambil bermain ini

Coups   : kupikir kau akan pergi dengan teman-temanmu

Woozi   : mereka meninggalkanku karena mau berkencan

Coups   : hei honey

Woozi   : ya?

Coups   : bolehkah besok kita berbicara melalui mikrofon?

Coups   : aku ingin menyanyikan lagu natal untukmu…

Coups   : untuk sekali ini saja

Woozi   : …

Woozi   : kau benar-benar serius?

Coups   : tentu saja sayang ㅋㅋㅋㅋㅋ

Woozi   : baiklah… tapi hanya sebentar saja oke?

Coups   :  okay honey <3

Woozi   : … Cheol

Coups   : aku merindukanmu… sangat

Wajah Jihoon memanas saat melihat kata-kata itu. Pria mungil itu sangat merindukannya dan dia mencoba menahan dirinya agar tidak merindukannya namun seperti itulah yang dirasakannya. Selama tiga tahun ini mungkin Seungcheol tidak mencoba untuk mengatakannya namun sepertinya dia sudah tidak tahan lagi. Dan Jihoon menolak Seungcheol yang mengajaknya hanya untuk sekedar berbicara atau melihat wajahnya karena dia tau kalau perasaan rindunya akan pecah begitu saja.

Woozi   : aku juga

Woozi   : good night

Sebelum kekasihnya membalas percakapan mereka, pria mungil itu mematikan komputernya dan beranjak untuk tidur. Dia tidak memikirkan hal yang lain selain apa yang Seungcheol ketik dan tentu saja Jihoon mengatakan hal yang sama.

Dia berharap Seungcheol muncul di hadapannya, hanya itu kado natal yang diinginkan olehnya. Namun semakin lama dia mencoba untuk menutup kedua matanya, semakin sulit karena hatinya yang berkecamuk tentang kerinduan yang sudah mengakar semenjak Seungcheol melangkah dengan koper setelah dia memberikan ciuman manis kepada Jihoon tepat di bandara dan di hadapan semua orang.

Jam menunjukkan pukul dua dini hari dan menyadarkan Jihoon bahwa tanggal 24 sudah tiba. Jihoon semakin kesulitan untuk tidur karena dia akan mendengar suara Seungcheol kurang dari 24 jam. Posisi tubuhnya terus berubah seiring dia mencari posisi yang dapat membuatnya tidur dan rasa kantuk itu hilang. Dia melihat salju pertama yang turun dan berharap rasa rindunya akan hilang seperti salju yang jatuh ke tanah.

Telepon Jihoon berbunyi begitu saja dan dia melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.

 

From     : Wonwoo

Kuharap aku menjadi tuan santa-mu tahun ini. Hohoho!

 

Dia menatap pesan sahabatnya dengan keheranan.

 

To           : Wonwoo

Apa yang kau maksud Wonwoo?

 

Semenit kemudian pesan itu dibalas.

 

From     : Wonwoo

Aku akan memberikanmu kado untuk natal tahun ini. Persiapkan dirimu saja oke?

 

Jihoon menghela napas pendek membaca pesan ambigu dari sahabartnya itu.

 


 

Pukul delapan malam dan mata Jihoon terasa berat untuk terbuka. Bayangkan saja pria mungil itu memikirkan apa yang harus dilakukan olehnya saat Seungcheol online nanti. Terlebih pesan aneh sahabatnya membuatnya berpikir semakin banyak. Pada akhirnya Jihoon tidak dapat tidur karena Seungcheol dan Wonwoo yang menganggu pikirannya saat ini. Pria mungil itu tentu saja sudah meneguk kopi dan mempersiapkan headphone miliknya sambil  menunggu kekasihnya. Dia menolak ajakan kedua orang tuanya untuk menghabiskan malam natal bersama dan memilih Seungcheol saat ini.

Pukul sembilan malam dan karakter Seungcheol masih saja offline. Jihoon menguap dengan lebar dan melipat kedua tangannya di meja komputernya dan merebahkan kepalanya di atas tangannya. Dia tertidur tidak lama setelah itu.

Jam menunjukkan hampir pukul sebelas malam dan satu jam lagi natal. Seseorang mengetuk pelan pintu kamar Jihoon dan dia tersenyum kecil saat melihat posisi tidur pria mungil itu.

“Badanmu akan sakit semua jika kau tidak mengganti posisi tidurmu,” gumam orang itu sambil berjalan mendekati Jihoon. Dia meraih tubuh pria mungil itu dan merebahkannya di tempat tidur yang tidak terlalu besar itu.

Pria mungil itu merasakan sesuatu yang hangat menyapu wajah dan surainya yang berwarna kecoklatan. Sesuatu yang rasanya sangat familiar dan saat Jihoon membuka matanya perlahan, dia tersenyum kecil.

“… selamat datang kembali,” ucap Jihoon pelan.

“Kau tidak terkejut?” tanya Seungcheol dan Jihoon menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya akan terkejut jika aku terbangun dan mendapatimu tertidur di sebelahku dan aku sedikit terkejut saat merasakan tanganmu.”

Seungcheol melihat Jihoon yang mendudukkan dirinya, “Jam berapa kau sampai ke Korea?”

“Dua jam yang lalu,” jawabnya dan meraih tangan mungil Jihoon.

“Kenapa kau dapat kembali mendadak?” tanya pria mungil itu ke kekasihnya.

Kecupan singkat dilayangkan Seungcheol tepat ke bibir Jihoon, “Karena aku tidak ingin kekasihku menahan rasa rindunya…”

“Aku merindukanmu… Lee Jihoon,” dan Seungcheol mengecup puncak kepala Jihoon.

“Aku sangat merindukanmu,” balas Jihoon dan memeluk kekasihnya itu.

Seungcheol membalas pelukannya dan mengusap punggung kekasihnya pelan, “Jihoon…”

“Rasanya seperti mimpi…” dan Jihoon menangis, sudah berapa lama dia merindukan sosok itu.

“Ya aku tau honey… jika kau merindukanku lakukanlah hal yang dapat membuatmu merasakan bahwa aku berada di sebelahmu.”

Seungcheol melepaskan pelukannya dan mengusap wajah Jihoon yang menangis dan memberikan ciuman pelepas rindu mereka. Tautan itu berlangsung lama dan mereka terpaksa melepaskannya saat Jihoon merasa seluruh napasnya hampir habis.

“Aku merindukan Choi Seungcheol.”

“Aku merindukan Lee Jihoon.”

Dan kembang api itu meletus di langit. Jam menunjukkan pukul tengah malam dan natal sudah tiba. Seungcheol mengeluarkan headphone berwarna biru langit dan menempelkannya ke telinga Jihoon. Jarinya menekan tombol iPod itu.

 

“Jihoon… maaf membuatmu menunggu… aku mendengar apa yang kau rasakan dari Wonwoo. Mungkin aku sedikit payah menjadi kekasihmu ini. Jadi dengan cepat aku membeli tiket penerbangan ke Korea. 14 jam 25 menit aku hanya berpikir untuk menemuimu dan menghilangkan rasa rindu yang sudah tidak dapat terbendung itu. Bisakah kau menunggu sedikit lebih lama? Aku sudah memilih rumah untuk kita dan… um…”

Terdengar keheningan cukup lama dan Seungcheol melanjutkannya, “Menikah denganku?”

 

Seungcheol terlihat sangat gugup sekarang dan kekasihnya menoleh setelah mendengarkan semuanya. Jihoon meraih tangan Seungcheol yang gemetaran menunggu jawabannya dan mengecup bibirnya.

 

“Ya… aku mau… Coups Seungcheol.”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Balalala1717 #1
Chapter 1: Enak banget lah main game dapet jodoh aku kapan kaya gituuu :(
andgyu
#2
Chapter 1: Heol!!! Why so cuteeeeeeeeeeee!!!!!!
wintercrystal
#3
Chapter 1: *is internally screaming*