Woozi or Jihoon, Coups or Seungcheol?

Online Game

“Apakah kalian sudah selesai mengisi selembaran ini?” tanyanya dan semua orang di kelas itu menganggukan kepalanya. Pria mungil itu kemudian meraih lembaran angket yang akan diantarkannya dari tangan teman-temannya.

Semua angket itu sudah terkumpul di tangannya dan Jihoon menggeser pintu kelasnya. Dia baru saja ingin keluar dan sesuatu sudah menghantam tubuh mungilnya. Dia membuka matanya perlahan dan memijit pelipisnya pelan.

“Kau tidak apa-apa?” tanya orang yang menabraknya dan Jihoon kesal mendengar suaranya itu.

“Apakah aku terlihat baik-baik saja?”

“Sepertinya tidak…”

“Lalu?”

“Apakah kau mau kubantu?” tanyanya dan Jihoon menjawabnya ketus, “Bukankah seharusnya begitu. Kenapa kau menanyakannya lagi?”

“Apakah kau mau kubantu?”

Pria dengan rambut cokelat itu mendengus kesal, “Tidak, terima kasih.”

“Baiklah kalau begitu…” Jihoon benar-benar kesal mendengarnya. Rasanya dia ingin sekali mengacak wajah orang yang menabraknya sekarang juga.

“Hei Choi Seungcheol! Kau sudah menabrakku dan tidak meminta maaf sama sekali!”

“Bukankah aku sudah menawarkan diri untuk membantumu?”

“Tapi kau tidak maaf kepadaku!”

Seungcheol tersenyum sarkastik, “Oh… maafkan aku Tuan Lee.”

Jihoon memandangi Seungcheol yang berjalan meninggalkannya dan berteriak, “Akan kubalas kau bodoh!”

 


 

Wonwoo menatap Jihoon yang menunjukkan ekspresi masam di balik kacamata bulatnya. Dia tau sahabatnya itu selalu berwajah masam setiap kali dia dijahili oleh Seungcheol. Pria pendiam itu menepuk pundak sahabatnya pelan.

“Kau mau ke PC Bang bersamaku setelah pulang sekolah?”

Jihoon menggelengkan kepalanya, “Aku bermain di rumah saja…”

“Lalu bagaimana dengan dia?”

“Kami sudah berjanji akan bermain bersama malam ini…”

“Kalian akan party bersama?”

Jihoon menggaruk tenguknya yang tidak gatal, “Seperti itulah… bagaimana denganmu?”

“Aku tidak ikut… jika tidak aku akan menjadi nyamuk di antara kalian.” dan Wonwoo mendapatkan tatapan mematikan dari pria mungil itu.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Bukankah kalian adalah pasangan di dalam game?”

Jihoon berhenti menatap pria itu dan menghela napas, “Bisakah kau tidak mengungkit hal itu? Bukankah kami hanyalah pasangan yang lebih tepatnya partner dalam bermain game? Lagi pula kami tidak mengetahui tentang identitas asli kami dan itu hanya melanggar kode etik dalam bermain game online.

“Dan kau tidak bermain di PC Bang, kenapa?”

“Aku hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian jika mereka tau siapa itu Woozi.”

Wonwoo tersenyum, “Baiklah-baiklah Woozi… pemanah wanita terkuat dengan partner yang sederajat tingkatannya.”

Jihoon memukul pelan lengan pria berambut hitam itu, “Jangan lupa kau harus merahasiakan siapa itu Woozi…”

 


 

Pria mungil itu menghidupkan komputernya setelah dia membersihkan tubuhnya. Matanya melihat ke layar komputer yang cukup terang itu. Dia menekan ikon yang setiap hari dia buka. Program itu terbuka dan Jihoon mengetik username dan password yang sudah dihapalnya. Jihoon menekan karakter yang akan dimainkannya dan karakter perempuan itu masuk ke dalam kota di dalam game itu.

Jihoon tersenyum saat ada pesan masuk dan dia tau siapa pengirimnya.

Coups   : yo! Woozy!

Woozi   : Woozi, bukan Woozy

Coups   : bagaimana denganmu? Apakah kau siap untuk melawan monster-monster itu?

Woozi   : aku siap-siap saja. Ah tunggu sebentar, aku harus mempersiapkan peralatanku

Coups   : baiklah nyonya

Jihoon tersenyum ketika partnernya memanggilnya ‘nyonya’. Mungkin terdengar aneh jika pria menggunakan karakter perempuan, tetapi Jihoon cocok dengan karakter yang dimainkan olehnya. Dia juga tidak berpikir apakah Coups menyimpan rasa penasaran kepada sosoknya karena membawa hal di dunia nyata ke dalam dunia game sejujurnya tidak sopan.

Mereka berdua bermain dan saling meng-kill musuh mereka. Jihoon yang merupakan seorang pemanah dan Coups sebagai pemain pedang. Ada saatnya juga mereka berhenti untuk membunuh monster dan memilih untuk mengobrol ringan seperti berapa uang yang mereka dapat atau hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan fitur game yang semakin menarik. Tidak terasa waktu berlalu begitu saja hingga Coups harus meninggalkan permainan.

Coups   : aku harus meninggalkanmu sekarang

Woozi   : kenapa? tumben sekali kau bermain tidak terlalu lama

Coups   : ah tidak… aku bermain di PC Bang, komputer pribadiku rusak

Woozi   : jadi kau harus pulang sekarang

Coups   : kau tidak melihat ini sudah pukul berapa

Jihoon memandangi jam yang berada di sudut kanan bawah layarnya. Pukul sepuluh malam dan pria mungil itu tidak merasakan bertapa cepatnya waktu berlalu. Yang dia pikirkan hanyalah waktu untuk bermain dengan Coups. Dia berpikir sekilas dan tidak salahnya juga dia tidur lebih awal hari ini.

Coups   : apakah terlalu menyenangkan membunuh monster hingga kau lupa waktu

Woozi   : ah tidak… hanya saja hari ini cepat sekali berakhir

Coups   : jujur saja Zi… aku tau kau lupa waktu karena bermain denganku

Woozi   : narsis sekali kau. Sudahlah, kedua orang tuamu pasti sudah menunggu

Coups   : baiklah. Kau tidak mau salam perpisahan, sayang?

Woozi   : hentikan, itu menjijikkan

Coups   : hahahaha… aku tidak peduli tentang hal itu, lagi pula kau adalah istriku di sini bukan?

Woozi   : cepatlah offline Coups. Aku juga mau tidur

Coups   : kau akan merindukanku jika aku sudah offline

Coups   : baiklah… good night honey~

Woozi   : ya ya ya good night Coups

Jihoon mematikan komputernya dan beranjak menuju ke tempat tidurnya. Sebelum matanya tertutup, dia memandangi jendela yang menampakkan langit malam yang sangat bersih tidak ada bintang maupun awan, hanya bulan yang memancarkan cahaya. Namun ada sesuatu yang muncul di benaknya seperti pertanyaan apakah Coups mengira dia adalah perempuan atau dia hanya bercanda tentang status Woozi di dalam game. Pada akhirnya dia memilih untuk tidur dari pada memikirkan hal itu.

 


 

Jihoon sedang menikmati susu cokelat kesukaannya dan kegiatannya harus diganggu harus seseorang yang dibenci olehnya. Pria mungil itu menatap kesal pria yang mengambil kotak susu miliknya dan rasanya ia ingin membunuh sosok itu sekarang juga.

“Kembalikan minumanku.”

Not today Lee Jihoon.”

“Jangan membuatku kesal Choi Seungcheol.”

“Jika kau ingin mendapatkan susumu kembali, ambil dari tanganku,” dan Seungcheol meninggikan tangannya hingga pria mungil itu kesulitan untuk mengambilnya.

“Kau sekarang menghinaku?”

“Tidak… jika kau sudah tinggi... maka ambil ini sekarang dari tanganku.”

Pria mungil itu menendang kaki Seungcheol dan dia meringis kesakitan. Saat Seungcheol menunduk, pria itu mengambil susunya dengan segera lalu meminumnya hingga habis.

Jihoon menjulurkan lidahnya dan Seungcheol menatapnya dengan sedikit kesal, “Kau tidak ada manis-manisnya.”

“Kau menyebalkan Choi.”

“Kalian seperti sepasang kekasih,” gumam Wonwoo dan melanjutkan, “sepertinya Jihoon tidak akan bersama denganku lebih lama lagi.”

“Wonwoo?!”

“Jihoon… ada yang perlu kita bicarakan sekarang juga.”

“Aku sedang malas Wonwoo-ah.”

Pria dingin itu berbisik pelan, “Ini tentang Coups.”

“Ada apa dengan Cou―”

“Jangan mengatakan hal yang tidak kuinginkan Jihoon…” bisik Wonwoo pelan dan Jihoon menganggukan kepalanya pelan. Mereka berjalan menjauhi Seungcheol dan sahabatnya itu kembali berbisik, “Aku bertemu dengan pemilik Coups kemarin…”

“Jangan bercanda tentang hal itu Wonwoo!”

“Tidak aku serius. Apakah kau tidak percaya kepadaku?”

Jihoon dengan cepat menganggukan kepalanya, “Tidak mungkin kau bertemu dengan Coups! Ngomong-ngomong dia pria atau wanita?”

“Jadi kau antara percaya dan tidak percaya kepadaku Jihoon-ah?”

Lagi-lagi Jihoon menganggukan kepalanya dan Wonwoo mendengus kesal saat sahabatnya benar-benar tidak mempercayainya.

“Um… dia pria dan seseorang yang kau kenal…” putus Wonwoo dan Jihoon menatapnya dengan serius.

Wonwoo menghela napas saat mencoba untuk mengucapkan kenyataannya, “Dia adalah Choi Seungcheol.”

Mata Jihoon membulat dan dia menunjuk ke arah Seungcheol yang sibuk berbicara dengan anak laki-laki di kelas mereka. Pria dingin itu menganggukan kepalanya dan Jihoon menatapnya tidak percaya, “Pasanganku di dunia game adalah orang yang sering membuatku kesal dan dia adalah musuh terbesarku?”

“Musuh?” tanya Wonwoo.

 “Sepertinya dia lebih mirip dengan orang yang ingin mendapatkan perhatianmu.” lanjutnya dan Jihoon menatapnya tajam.

“Kenapa kau berasumsi seperti itu Jeon Wonwoo?” tanya Jihoon dan sahabatnya menelan ludahnya kasar, “Um… karena sepertinya dia menyukaimu?”

Dengan segera suara pukulan terdengar dan Jihoon terus saja memukul sahabatnya. Tangan pria mungil itu dihentikan oleh seseorang dan dia menatap orang itu dengan tajam.

“Hentikan… kenapa kau memukul sahabatmu?” tanya Seungcheol

“Lepaskan tanganku dan bukankah ini adalah urusan diantara kami berdua.” jawab Jihoon.

Seungcheol tetap saja tidak bergeming dan Jihoon memijak kaki pria tampan itu. Suara erangan terdengar dan Seungcheol melepaskan tangan pria mungil itu. Dia berjalan meninggalkan Wonwoo maupun Seungcheol dan mencoba untuk mendinginkan kepalanya.

 

 

Pria mungil itu menghela napas saat melihat pasangannya sedang online. Dengan berat hati dia membalas pesan yang sudah dikirimkan oleh Coups atau Choi Seungcheol itu. Kepalanya pusing mengingat partnernya adalah orang yang sangat dibenci olehnya. Sempat terpikirkan oleh Jihoon untuk memutuskan hubungan karakternya dengan Coups namun dia belum sepenuhnya menerima ucapan Wonwoo.

Coups   : yo!

Coups   : heii

Coups   : apakah hari ini kita party bersama?

Coups   : Uji

Coups   : Uji Uji Uji yaa~

Coups   : sayang~ honey~ jawablah…

Coups   : ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ kau marah kepadaku?

Coups   : hei Woozi… kau hilang kemana? ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

Coups   : apa aku harus mencarimu sekarang? ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

Coups   : Uji istriku~ kau ada dimana? ㅜㅜㅜㅜㅜㅜㅜㅜ

Jihoon terlalu sibuk terlarut dalam pikirannya hingga dia tidak menyadari apa yang telah Coups lakukan.

[Ch. 17] Coups   : Woozi-ya~ istriku~ kenapa kau mengabaikan suamimu huh?

[Ch. 99] Josh      : aku tidak tau jika sepasang suami istri di dalam game dapat bermesraan seenaknya

[Ch. 01] BooSK  : pasangan yang terkenal menunjukkan kemesraannya di broadcast hul…

[Ch. 17] Jwwo    : kalian hanya membuat pemain yang tidak memiliki pasangan semakin sedih…

[Ch. 25] MGyu   : knight dan archer terkenal menunjukkan kemesraan… kasihan sekali kau Gyu…

[Ch. 17] Coups   : Maaf… maaf… hanya saja aku tidak tahan dia mengabaikanku ㅜㅜㅜㅜㅜ

Jihoon terkejut saat menyadari apa yang sudah Coups lakukan dan dia membacanya perlahan. Ada rasa mengelitik di dalam perutnya dan rasanya dia ingin tertawa namun dia sedikit malu karena Coups terlalu mengumbar hubungan mereka.

[Ch. 17] Woozi  : apa yang sudah kau lakukan? aku hanya meninggalkan komputerku sebentar

[Ch. 17] Jwwo    : ah nyonya Coups sudah datang~ sepertinya suamimu merindukanmu ㅋㅋㅋ

Pria mungil itu membaca apa yang sudah Wonwoo tulis dan dia mencoba menahan diri agar tidak memarahi Wonwoo di hadapan banyak orang. Dia lebih memilih untuk membalas pesan Coups yang sudah menumpuk di layar komputernya.

Woozi   : maaf maaf… aku tadi melamun

Coups   : kupikir kau marah denganku ㅠㅠ

Woozi   : aku bahkan tidak menemukan alasanku untuk marah kepadamu

Coups   : baiklah… apakah kita harus bermain sekarang?

Woozi   : lebih baik hari ini kita mengobrol saja… aku sedang sedikit malas

Coups   : hm… baiklah… ngomong-ngomong aku mau ikut pertandingan kecil-kecilan

Woozi   : ikutlah… lagi pula tidak ada yang dapat mengalahkan knight Coups

Coups   : kau dapat mengalahkanku Uji…

Woozi   : ㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋㅋ     

Woozi   : Coups?

Coups   : ya sayang?

Jihoon sedikit geli mendengar Coups yang suka memanggilnya dengan panggilan mesra. Pria mungil itu sebenarnya tidak suka dengan hal-hal yang seperti itu namun dia selalu menikmatinya jika Coups melakukannya.

Woozi   : kau membuatku malu…

Coups   : bukankah tidak salah kalau aku memanggilmu istriku?

Woozi   : ah… kau sangat menyukai Woozi ya?

Coups   : sangat~

Meskipun itu hanya percakapan yang dia lakukan di depan layar namun wajah Jihoon sedikit memerah saat membacanya.

Coups   : aku akan memenangkan pertandingan itu dan membeli rumah!

Woozi   : uang dari hasil perlombaan game tidak akan cukup untuk membeli rumah

Coups   : tidak ah… maksudku rumah di dalam game untuk kita berdua

Woozi   : seharusnya kau mengatakannya dengan lebih jelas

Coups   : ㅋㅋㅋㅋㅋ

Woozi   : ini sudah sangat malam, kau belum pulang?

Coups   : rasanya aku ingin saja bermalam di PC Bang dan mengobrol denganmu sampai pagi

Woozi   : itu tidak menyehatkan Coups…

Coups   : karena istriku sudah menasehatiku, maka aku akan pulang~

Woozi   : hul… terserahmu

Coups   : ya ya ya~ good night honey~

Woozi   : good night

Coups   : Uji

Woozi   : Hm?

Coups   : Chuu~

Dan Jihoon dengan segera mematikan komputernya dan memilih untuk tidur daripada membayangkan isi percakapan mereka hari ini. Namun seulas senyum muncul saat Jihoon tidur.

 


 

Jihoon melamun saat bel istirahat sudah berbunyi hingga pria dingin itu menepuk pundaknya.

“Sepertinya Coups sangat menyukaimu ya…” ucap Wonwoo dengan penuh keisengan.

“Hentikan itu Wonwoo…” jawabnya dan tiba-tiba saja teman-temannya sudah mengerubungi Seungcheol yang duduk di sudut kelas itu.

Wonwoo dan Jihoon menatap heran kenapa banyak sekali orang yang mengerubungi Seungcheol, “Ada apa dengannya?”

Wonwoo berpikir sekilas dan akhirnya dia mengerti, “Kemarin ada segerombolan orang yang bermain dan mengetahui Coups adalah Seungcheol.”

“Coups adalah Seungcheol?” dan Wonwoo memijit pelipisnya pelan saat mendengar pertanyaan sahabatnya.

“Kau masih saja tidak percaya?”

“Tentu saja.” jawab Jihoon cepat.

“Coups dan Seungcheol memiliki kepribadian yang berbeda…”

Pria pendiam itu lalu menepuk pundak Jihoon, “Jadi kau lebih tertarik kepada Coups atau Seungcheol?”

“K― kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?” tanyanya syok dan Wonwoo tersenyum lebih lebar lagi.

“Jadi kau menyukai Coups?”

“Atau Seungcheol.”

Jihoon menjitak kepala temannya yang jauh lebih tinggi darinya. Dia meninggalkan Wonwoo meringis kesakitan dan berjalan meninggalkan kelas itu. Dia berjalan menuju ke tempat yang sepi dan menyandarkan tubuhnya ke tembok bangunan sekolahnya.

Jika pria mungil itu berpikir, apakah dia menyukai Seungcheol pasti dia akan menjawabnya tidak. Namun dia sepertinya menyukai Coups. Tapi kalau seandainya Seungcheol dan Coups itu sama lalu Jihoon harus bagaimana?

Jihoon mendapati suara langkah kaki yang mendekatinya dan alangkah terkejutnya dia mendapati Seungcheol berada di tempat yang sama dengannya saat ini. Pria mungil itu diam dan Seungcheol mengambil posisi duduk di sebelahnya.

“Tumben sekali kau tidak marah kepadaku…” buka Seungcheol.

“Aku hanya sedang malas…”

“Kau memang tidak ada manis-manisnya.”

“Kau juga menyebalkan.”

“Rasanya aku akan cepat tua jika berbicara denganmu.”

“Apa perlu aku membawakanmu tongkat kalau begitu?”

“Kalau begitu aku pergi saja…”

“Ya terserahmu,” jawab Jihoon dan Seungcheol meninggalkannya. Pria mungil itu menatap roti dan susu hangat yang tertinggal di sampingnya. Saat Jihoon melihat ke arah Seungcheol berjalan meninggalkannya, dia sudah hilang dan pria mungil itu tersenyum kecil.

 


 

Woozi   : Wonwoo…

Jwwo    : Ya Jihoon?

Woozi   : … panggil aku Woozi saja kalau begini

Woozi   : hm ya terserah

Woozi   : kau tau kapan Coups akan mengikuti pertandingan?

Jwwo    : ah tournament satu kota Seoul bukan?

Woozi   : entahlah… mungkin itu

Jwwo    : kau mau mengikutinya?

Woozi   : ya begitulah…

Jwwo    : kau akan bertemu Coups di final nanti dan dia akan mengetahui siapa itu Woozi

Woozi   : aku tidak peduli dengan hal itu karena itulah yang aku mau

Jwwo    : Jihoon… apakah kau tidak pernah berpikir jika seandainya Coups menyukaimu?

Jwwo    : dan juga Seungcheol…

Wajah Jihoon sedikit memanas jika harus membahas Seungcheol dan Coups karena mereka berdua adalah orang yang sama.

Woozi   : biarkan aku berpikir sejenak untuk hal itu oke?

Jwwo    : oh jadi Jihoon dapat memikirkan sesuatu hal yang berhubungan dengan asmara juga ㅋㅋ

Woozi   : kau menyebalkan Jeon…

Mata Jihoon melihat ada pesan lain yang masuk dan dia membukanya.

Coups   : hei Uji~

Woozi   : ya?

Coups   : …

Woozi   : ya?

Coups   : maaf kalau pertanyaan ini menganggumu

Coups   : kau pria atau wanita

Woozi   : … itu tidak sopan Coups

Coups   : ya… aku tau

Coups   : tapi pria ataupun wanita, aku juga tidak terlalu peduli

Woozi   : baiklah kalau begitu, aku tidak akan menjawab pertanyaanmu

Coups   : baiklah, tolong doakan aku agar menang di tournament besok ya!

Woozi   : jika seandainya sesuatu terjadi… kau tetap akan membeli rumah itu?

Coups   : …

Coups   : ya

Coups   : aku tetap akan membelinya

Woozi   : um… oke

Coups   : ada yang menganggu pikiranmu?

Woozi   : tidak… kau belum offline?

Coups   : sebentar lagi…

Woozi   : baiklah… aku mau tidur dulu

Woozi   : night

Coups   : night too…

 


 

Jihoon memandangi layar komputer yang siap dia gunakan untuk berperang hari ini. Banyak sekali perangkat keras yang berkualitas bagus di sana dan Jihoon ingin memilikinya. Wonwoo mengambil nomor milik Jihoon dan miliknya.

“Kita tidak berada di grup yang sama…” gumam Wonwoo dan mereka melihat bagan pertandingannya.

Pria dingin itu memijit pelipisnya pelan, “Aku bertemu dengan suamimu di awal pertandingan.”

Jihoon menyikut lengan sahabatnya perlahan, “Itu memalukan Jeon.”

Dan Seungcheol memasuki gedung itu dan banyak sekali player mendekat kepadanya.

“Kau Coups kan?”

“Wah… tidak kusangka akan bertemu dengan pemain nomor satu.”

Jihoon melongo dan Wonwoo tersenyum, “Kau sudah percaya bukan?”

“Hm… ya.”

“Tetapi tidak ada yang mengetahui sosok Woozi…”

“Mereka akan mengetahuinya cepat maupun lambat Wonwoo…” gumam Jihoon pelan dan memilih untuk duduk di komputernya.

Pria mungil itu meregangkan tubuhnya sebelum permainan dimulai. Dapat terlihat ekspresi wajah pemain-pemain yang bertemu dengan Jihoon. Ada yang syok, cemberut hingga kesal karena tidak dapat menangkis serangan karakter Jihoon. Tidak ada yang menduga bahwa pemain terkuat di game itu juga mengikuti acara ini.

Satu setengah jam pertandingan itu dimulai dan saatnya sudah final. Dan suasana di sana semakin memanas karena semua orang tau siapa itu Woozi sekarang dan seperti yang sudah dia duga, Seungcheol memasuki babak final.

Akhirnya mereka bertemu dan Seungcheol lebih tenang daripada yang dia duga. Mereka memulai pertandingannya dan tentu saja pertandingan mereka menjadi pusat perhatian para peserta. Wonwoo juga tidak melepaskan tatapan matanya dari permainan mereka berdua yang begitu sengit. Namun Jihoon menghela napas pendek, dia memberikan kesempatan untuk Seungcheol agar dia menang.

Pertandingan itu dimenangkan oleh Seungcheol dan Jihoon tersenyum tipis. Dia meraih lengan Wonwoo, “Ayo kita pulang…”

“Kau tidak ingin mengatakan sepatah kata apapun kepada Seungcheol?”

Jihoon menggelengkan kepalanya, “Aku hanya ingin memberitahunya siapa itu Woozi.”

“Apa yang kau pikirkan Jihoon?” tanya Wonwoo dan Jihoon tersenyum pahit, “Entahlah…”

 


 

Jihoon lebih memilih untuk merebahkan badannya di sofa empuk itu setelah pertandingan selesai. Rasanya tubuhnya sedikit lelah setelah bermain tadi dan dia harus mencoba fokus untuk melawan Seungcheol yang sama kuatnya dengannya.

Jihoon mendengar suara bel dan dengan malas dia beranjak. Alangkah terkejutnya dia saat pintu terbuka sesuatu yang berat menghantamnya. Seseorang yang memeluknya dengan erat.

“Kau datang ke sini atas nama siapa?” tanyanya dan Seungcheol tidak menjawabnya.

“Woozi… Jihoon…” dan Seungcheol tersenyum kepada pria mungil itu. Dia memberikan ciuman singkat tepat di bibir Jihoon. Tidak dapat dipungkiri lagi wajah Jihoon sudah semerah tomat dan rasanya kakinya melemah.

“Maaf sudah menciummu mendadak Jihoon-ah… aku sudah berjanji jika seandainya aku memenangkan pertandingan hari ini maka aku akan menyatakan perasaan kepada Woozi…”

Jihoon mengigit bibirnya, “Kau menyebalkan Coups…”

“Jadi kau lebih menyukai Woozi atau Jihoon?” tanyanya dan Seungcheol tersenyum. Dia mengecup kedua pipi Jihoon.

“Kiri untuk Woozi.”

“Kanan untuk Jihoon.”

“Hentikan itu…” Jihoon mencoba mendorong Seungcheol.

“Aku menyukaimu…” dan pria mungil itu kembali membeku.

“Maaf jika Seungcheol terlalu banyak menjahilimu dan Coups yang terlalu menyayangimu.”

“Lalu kenapa kau menyebalkan Cheol?” tanya Jihoon dan Seungcheol tersenyum, “Karena aku menyukaimu Jihoon.”

“… aku menyukai dua orang Jihoon dan Woozi. Aku menyukaimu tapi sepertinya kau tidak… maka aku mencoba untuk mendekati Woozi saja. Tapi aku lebih senang lagi saat mengetahui Woozi dan Jihoon adalah orang yang sama.”

“Kau menyukai siapa? Seungcheol atau Coups?”

“Aku menyukai Coups duluan dan pada akhirnya aku juga menyukai Seungcheol… puas?”

Seungcheol malah menghadiahkan kecupan lembut di bibir Jihoon dan mereka menikmati kecupan itu.

“Hei Jihoon… aku terkejut bahwa kau dan Woozi itu sama.”

“Aku juga terkejut saat Wonwoo mengatakan kau adalah Coups.”

“Jadi?”

“Apa?”

“Kau tidak ingin menjadi kekasihku?” tanya Seungcheol.

“Karena kita masih berada di bawah umur untuk menikah…” lanjutnya dan Jihoon membalas, “Ya terserahmu saja…”

Seungcheol mengecup puncak kepalanya dan memeluk Jihoon semakin erat.

 

Coups   : sepertinya banyak yang terkejut melihatmu

Woozi   : kenapa?

Coups   : karena mereka pikir Woozi asli pasti sangat manis

Woozi   : aku bukanlah orang yang hidup sesuai dengan ekspetasi mereka

Coups   : kau memang manis Uji… mereka saja yang tidak tau

Woozi   : hm… ya terserah

Coups   : aku mencintaimu

Woozi   : hm ya aku juga

Coups   : aku sudah membeli rumah untuk karakter game kita

Coups   : aku pasti akan membelikan untukmu rumah untuk kita berdua nanti

Woozi   : carilah banyak uang untuk itu

Coups   : baiklah honey~

 

[Ch. 17] Coups   : Woozi <3

[Ch. 50] BooSK  : … sudahlah aku lelah melihat kalian

[Ch. 13] MGyu   : aku juga…

[Ch. 17] Jwwo    : … heboh sekali

[Ch. 17] Woozi  : apa yang sudah kau lakukan bodoh

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Balalala1717 #1
Chapter 1: Enak banget lah main game dapet jodoh aku kapan kaya gituuu :(
andgyu
#2
Chapter 1: Heol!!! Why so cuteeeeeeeeeeee!!!!!!
wintercrystal
#3
Chapter 1: *is internally screaming*