f i n a l

Lips Are Chapped and Faded
Please Subscribe to read the full chapter

"Oh, ."

 

 

Awalnya Chanyeol tersenyum, kemudian ia tertawa. Tawanya menggema di ruangan itu. Ia dapat mendengar suaranya sendiri terlalu jelas, he's alone. Tawanya membuat ia mengernyit. . He's so ed. "."

Dan Chanyeol tertawa lagi untuk yang kedua kalinya di minggu itu.

Chanyeol menatapi kalender bulan Juli yang melekat di dinding. Rasanya baru beberapa hari yang lalu Chanyeol merayakan hari jadinya dengan sang kekasih di bulan Februari, tepatnya 14 Februari. Well, mungkin ini dapat terdengar klise, tetapi hari jadi hubungan mereka memang tepat pada saat perayaan Valentine. Chanyeol pada saat itu membawa sang kekasih—Oh Sehun ke sebuah tempat makan malam dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit sebagai latar belakangnya, kemudian menyatakan perasaannya pada Sehun dan memintanya untuk jadi kekasihnya, mereka pun tak terpisahkan hingga saat ini.

Namun mungkin status hubungan mereka takkan bertahan lama, tinggal menunggu hari.

Padahal bulan Juli belum berakhir, kemudian masih ada Agustus, September, Oktober.

Oktober.

Tiga bulan terlalu lama untuk Chanyeol, hari di hidupnya tidak mungkin mencapai Oktober untuk merayakan ulang tahun sang kekasih.

Maaf, kali ini tidak akan ada perayaan ulang tahun. Aku tidak akan membuat sebuah perayaan besar untukmu nanti. Tapi mungkin aku akan mencoba membuat kejutan kecil sebelum hari ulang tahunmu selagi aku masih memiliki usia—

Cairan tak sedap menyentuh bibir Chanyeol. It's red. Chanyeol menyeka cairan tersebut dari bibirnya, hidungnya—ia pun terkekeh, cairannya kemudian menodai giginya, mengenai lidahnya, rasanya aneh.

Rasanya seperti,

kematian.

Chanyeol mengalihkan pandangannya pada pemandangan dirinya di cermin dan tersenyum. God, he looks awful. Warna kulit yang terlalu pucat, fitur wajah yang tirus—amat tirus, terlalu tirus, dan bibirnya kering. Chanyeol berjanji ia tidak akan pernah lagi menyentuh bibir Sehun yang terlalu indah untuk disentuh oleh bibir miliknya.

Sehun pantas untuk mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Chanyeol.

 

 

 

It's brain cancer.

Chanyeol tersenyum kecil, ingin mentertawakan dirinya sendiri yang pernah mentertawakan film-film roman picisan dengan ending menyedihkan di mana biasanya salah satu karakter dalam film tersebut mengidap suatu penyakit mematikan.

Alur kisah menyedihkan seperti itu terlalu umum dan Chanyeol tidak menyukainya.

Mungkin ini karma; balasan karena telah mentertawakan fiksi menyedihkan yang ternyata terjadi padanya. Chanyeol menjadi karakter lemah nan menyedihkan tersebut. Tidak pernah terpikirkan sekali pun sebelumnya ia akan berakhir seperti ini.

"Why? Why me?" seolah mengulang apa yang tiap karakter menyedihkan katakan dalam kisah hidup mereka, Chanyeol menggumamkannya pada diri sendiri.

Semua hal ini rasanya tak nyata dan sungguh mengerikan, Chanyeol tidak menyukainya—oh, Tuhan, Chanyeol tidak ingin meninggalkan dunia ini.

 

 

 

Pada saatnya tiba,

aku akan mengenakan pakaian favoritku yang merupakan favoritmu juga,

kemudian membuat sebuah senyum terakhir hanya untukmu,

meninggalkan memori untuk dikenang,

dan terkubur bersama kasih sayangmu.

 

 

 

"Mungkin kita harus mulai membangun taman bermain kecil di halaman, you know, aku tidak ingin putra kita nanti terlalu banyak bermain di luar dan dia bisa saja ..."

Faktanya bahwa Sehun bersikap seolah Chanyeol tidak apa-apa, seolah Chanyeol akan bertahan lama dan dapat menghabiskan hari tuanya bersama Sehun, Chanyeol sungguh berterima kasih pada Sehun. Setidaknya dengan Sehun yang tidak mengubah sikapnya membuat Chanyeol merasa cukup tenang dan sedikit terhipnotis; it's okay, you're not dying, you're not leaving me, you'll be fine.

Sehun terlihat sangat serius dan gembira tiap kali mereka membicarakan calon buah hati mereka. Kedua alisnya hampir bertaut, atau ia akan tersenyum amat lebar saat berbicara. Bagaimana pun Sehun hampirselalu terlihat bahagia.

"... dan kolam renang kecil juga bagus, I mean, ibuku bilang aku terlalu banyak mau dan berlebihan. Aku tidak sedang berlebihan, kan?"

Jeda. "Hm?"

Sehun berdecak kesal, ia menggeser sedikit posisi berbaringnya agar tubuh mereka tetap terasa nyaman saling melekat pada satu sama lain di ranjang rumah sakit yang terlalu sempit untuk mereka berdua. Sehun mengangkat kepalanya hanya untuk menghadap wajah Chanyeol ketika ber

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet