Bet

Just the Two of Us

Yuju merengut. Ia merutuki dirinya karena telah kalah bermain playstation dengan suaminya, Seokmin. Gagal sudah rencananya untuk menjadikan Seokmin sebagai pembantunya sehari penuh. Ini semua gara-gara game bola bodoh—Yuju kalah bermain batu, gunting, kertas saat ingin menentukan game—milik Seokmin! Padahal hari ini ia ingin bermalas-malasan di rumah, ya walaupun Yuju memang selalu bermalas-malasan di rumah.

“Kau tega menyuruhku membersihkan seluruh bagian rumah ini sendirian? Oh ayolah, Seokmin. Kau pasti bercanda.”

Ia membuang stick playstationnya lalu memeluk lengan Seokmin dari samping, merajuk. Wajahnya memelas berharap Seokmin akan luluh dan membatalkan perjanjian mereka.

“Heh, tadi siapa yang mengajakku taruhan? Sudah sana, cepat bersihkan rumah!”

Dengan gemas, Seokmin melepaskan pelukan Yuju di tangannya lalu mendorong istrinya untuk bangun dan segera memulai tugasnya. Laki-laki berhidung mancung tersebut tertawa keras saat melihat wajah Yuju yang kesal.

“Awas kau pria hidung badut! Besok aku akan menyuruhmu membersihkan rumah, mencuci baju, mencuci piring, memasak, dan masih banyak lagi!” ujar Yuju sambil berdiri dan menarik hidung Seokmin kencang.

“ Astaga sakit!”

Setelah Yuju hilang dari pandangannya, Seokmin tertawa. Istrinya itu lucu sekali, mengajak taruhan tapi dia yang kalah. Seokmin kan jadi gemas.

Tidak lama Yuju beranjak dari tempatnya barusan, tiba-tiba suara gaduh terdengar dari dapur. Dan kemudian disusul teriakan Yuju.

“Seokmin!!”

Mendengar teriakan Yuju, tidak bohong kalau Seokmin sedikit khawatir. Ia langsung bangun dan berjalan cepat ke dapur. Sesampainya di sana, yang ia lihat adalah Yuju sedang duduk di lantai sambil memegangi kaki kanannya.

“Kalau habis minum, botolnya ditutup yang benar! Lihat airnya tumpah. Kakiku sakit tahu gara-gara jatuh! Sekarang gendong aku ke kamar, aku tidak bisa jalan. Dan Aku tidak bisa bersih-bersih dengan kaki yang sakit seperti ini.”

Seokmin menatap Yuju bingung. Rasanya tadi ia tidak menumpahkan air, bahkan ia belum menyentuh dapur pagi ini. Pasti ini hanya akal-akalan Yuju. Lantas ia tersenyum remeh lalu menyenderkan tubuhnya di dinding.

“Tidak usah pura-pura. Kau bukan aktris, actingmu jelek tahu.”

Mata Yuju sontak terbuka lebar. Kemudian manik hitamnya itu tampak berkaca-kaca. Seokmin yang melihat Yuju seperti ingin menangis langsung mendekatinya. Jadi, Yuju tidak sedang pura-pura?

Melihat wajah Yuju yang memang seperti sedang kesakitan, Seokmin menjadi tidak tega. Ia menghela napas lalu mulai menaruh tangannya di punggung dan di bawah paha Yuju. Sarapan saja belum sekarang malah harus menggendong Yuju ke kamar mereka di lantai dua. Sepertinya nasibnya hari ini lebih sial dari Yuju.

“Perjanjiannya hari ini batal, ya. Lain kali kita main lagi,” ujar Yuju sambil tersenyum manis.

“Terserah,” balas Seokmin dengan malas.

“Oh iya, tolong buatkan sarapan ya, Seok. Aku cinta kamu.”  Yuju mencium Seokmin tepat di bibir lalu tersenyum manis.

Kakinya sebenarnya tidak sakit sama sekali. Bahkan untuk berlari pun masih bisa. Ia hanya pura-pura agar Seokmin membatalkan perjanjiannya dan ia terbebas dari hukuman. Dan tumpahan air itu juga adalah ulahnya.

Yuju merasa bersalah sih karena membohongi Seokmin. Tapi ia juga tidak mau kalau harus menjadi pembantu Seokmin. Apalagi harus bersih-bersih rumah sendirian.

“Dasar, jelek!” Seokmin mencubit pipi Yuju gemas lalu beranjak meninggalkan kamar.

Baru sampai pintu kamar, ia mendengar Yuju tertawa pelan. Lantas ia tersenyum miring. Sudah ia duga dari awal, pasti tadi Yuju hanya akting. Lama-lama ia akan menyuruh Yuju bekerja sebagai aktris daripada pengacara. Seokmin tidak habis pikir, ada ya pengacara yang seperti Yuju? Kalau memikirkannya Seokmin jadi bingung sendiri.

‘Lihat saja. Kubalas kau’, bisiknya dalam hati.

Setelah Seokmin pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Yuju asyik sendiri dengan ipadnya. Akhirnya ia berhasil bebas dari hukuman. Jemari lentiknya bergerak lincah menekan layar ipad. Mataya bahkan tidak berkedip karena terlalu asyik bermain game.

Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh dari lantai bawah. Yuju menghentikan gamenya sebentar. Ia mencoba memfokuskan pendengarannya. Tapi setelahnya tidak ada lagi suara yang terdengar. Apa tadi Seokmin baru saja memecahkan piring?

“Seokmin,” panggilnya.

Tidak ada jawaban.

“Seokmin, ada apa?” teriaknya dari dalam kamar.

Masih tidak ada jawaban.

Tidak mendapat jawaban dari Seokmin, Yuju berdecak kesal. Ia lalu bangun dari posisinya dan berjalan ke bawah. Dari tangga ia bisa mendengar Seokmin terbatuk-batuk.

“Ada apa sih—” perkataannya terputus ketika ia mendapati Seokmin sedang duduk bersandar di laci dapur sambil memegangi dadanya. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya penuh keringat.

“Astaga.”

Dengan cekatan, Yuju mengambil inhaler yang sudah disediakan di kotak obat di kamar. Ia memberinya kepada Seokmin dan membantu laki-laki itu untuk menggunakannya. Beberapa saat kemudian, napas Seokmin mulai kembali normal. Yuju akhirnya bisa menghela napas.

Melihat wajah Yuju yang panik, Seokmin jadi geli sendiri. Sebisa mungkin ia mencoba tidak tertawa. Sebenarnya Seokmin kasihan melihat Yuju yang khawatir seperti ini, tapi salah Yuju sendiri memulainya lebih dulu.

“Kenapa bisa kambuh, sih? Sudah istirahat saja di kamar. Ayo pelan-pelan kubantu.”

Yuju membantu Seokmin berdiri lalu ia melingkarkan tangan laki-laki itu di pundaknya. Setelah mereka sampai di kamar, Yuju langsung membantu Seokmin duduk di kasur dan bersandar pada tumpukan bantal. Ia kemudian menyelimuti Seokmin sampai  sebatas paha.

“Sudah tidak apa-apa kan? Aku ke bawah sebentar, mau buat sarapan.”

Belum sempat Yuju melangkahkan kaki, tangannya tiba-tiba ditarik hingga ia jatuh menimpa Seokmin. Perempuan itu terkejut bukan main.

“Kakimu sudah sembuh ya? Sudah bisa bersih-bersih rumah dong?”

“Kau membohongiku, ya? Sial kau Seok!”

“Kau yang membohoniku lebih dulu! Cepat sana bersih-bersih! Aku laporkan pada ibu baru tahu rasa.”

Rusak sudah acara bersantai Yuju. Ia mengutuk Seokmin dalam hati karena tega membiarkannya membersihkan rumah sendirian. Dengan wajah kesal, ia berdiri ingin segera memulai hukumannya. Seokmin memang suami yang kejam!

“Kalau sudah selesai bersih-bersihnya, aku janji malam ini kita makan malam di luar.”

Yuju lantas menarik ucapannya kalau Seokmin adalah suami yang kejam.

“Iya, di luar. Maksudnya di teras depan rumah. Hehehe.”

 

 

 

 

Yuju bersumpah akan membiarkan Seokmin tidur di teras malam ini.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
chocopologie #1
Chapter 1: I never imagine Yuju and seokmin would be a cute couple like this! great story Author