Chapter 2 - Oh! It's You

Princess Hours
Please Subscribe to read the full chapter

***
Park Sooyoung hanya menggedikan bahunya acuh. Ia menyapukan seluruh matanya kearah penjuru ruangan ini. Dengan sebuah meja bundar terbuat dari kayu, di depannya ada sebuah kolam ikan kecil yang atasnya terdapat sebuah jalan setapak yang menghubungkan langsung menuju taman bunga. Ini entah bagian samping atau bagian belakang dari istana kediaman sang Ratu. Ia sedikit penasaran tapi apa mau dikata ia harus sedikit jaga image, apalagi ada sang Ratu sedang memerhatikan setiap gerak geriknya.
“Kenapa harus aku?” Sooyoung mulai membuka suara, merasa kurang nyaman dengan suasana hening yang tercipta. Sejujurnya saja dia merasa sangat bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Tadi pagi dia masih bangun seperti biasa, pergi ke sekolah seperti biasa dan sekarang dia sudah berada di istana, di kediaman pribadi Ratu Korea Selatan.
Ratu hanya tersenyum simpul menanggapi pertanyaan to the point Sooyoung. Ia paham betul pasti gadis ini merasa bingung denganKg apa yang terjadi pada dirinya.
“Aku memilihmu karena kau memang yang terbaik dari semua yang baik” jawab Ratu tak mengalihkan pandangan matanya dari mata coklat Sooyoung.
“Tapi aku masih tidak mengerti. Kenapa dari semua gadis di negeri ini harus aku yang terpilih?--” ia menjelaskan menggebu --”Aku hanya gadis biasa bukan keturunan bangsawan” kembali ia nyerocos tanpa jeda.
“Park Hoon” Ratu mulai membuka suaranya setelah ia melihat Sooyoung sudah menarik napas panjang tanda ia sudah selesai berorasi. “Aku mengenalnya. Dia adalah sahabatku. Sahabat baik suamiku, kau tentu tau dia kan?” Ratu kembali bersuara seraya matanya mengelana kearah langit mencoba mengingat-ngingat bagaimana kisah masa muda mereka.
“Itu kakekku” Sooyoung berujar lirih. Memorinya seakan kembali terulang ke kejadian puluhan tahun lalu saat almarhum kakeknya masih hidup.
“Ya, dan aku mohon dengan sangat tolong jangan tolak permintaanku. Aku sudah meminta izin pada kedua orangtua mu. Tolong bantu aku. Tolong bantu kami. Tolong bantu negeri ini Park Sooyoung” Ratu menyentuh jemari Sooyoung yang tergeletak bebas di atas meja kayu tersebut. Sooyoung sungguh masih tak paham. Jika memang keluarga kerajaan itu dekat dengan keluarga almarhum kakeknya lalu kenapa tiba-tiba dia yang harus menjadi Putri Mahkota? Apa ada masa lalu yang melatar belakangi ini?
“Tapi aku belum siap. Bukan aku bukannya belum siap tapi aku tidak siap” Sooyoung memang tak siap. Menjadi seorang Putri Mahkota tentu akan merubah seluruh hidupnya. Bagaimana nanti dengan nasib murid-muridnya di Taman kanak-kanak? Bagaimana dengan teman satu group dancenya? Pasti dia akan selalu dikurung di istana dan melakukan banyak hal membosankan lainnya. Ughhh membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri. Dia bukan tipe orang yang suka berdiam diri di rumah dengan merangkai bunga atau menyulam, dia adalahtype seseorang yang aktif yang selalu suka hal-hal baru di luar rumah.
“Kau tenang saja. Aku memberimu waktu untuk berpikir tentang ini. Aku tidak akan terlalu terburu-buru. Namun yang harus kau tau aku sungguh berharap banyak padamu Sooyoung ah” Sungguh Sooyoung malah menjadi semakin tertekan saat ini.

***
Sungjae sangat lelah hari ini. Setelah kemarin malam dia ditolak oleh Jihye hari ini dia harus menghadapi beberapa client perusahaan yang sedikit rewel. Dipijatnya pelipisnya perlahan. Ini sudah pukul 10 malam tapi dia masih duduk berkutat di balik meja kerjanya. Belum lagi pikiran tentang perjodohan dari neneknya besok. Ya dia sudah ditanyai pagi ini saat sarapan bagaimana dengan ‘Calon’ yang sudah dia janjikan pada neneknya. Dia semakin mendesah frustasi jika mengingat hal itu. Dia butuh refreshing. Ini adalah malam sabtu. Biasanya para anak muda akan banyak menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di malam ini. Ia memeriksa handphone yang sejak siang sudah dia terlantarkan. Matanya membulat saat melihat ada nama Jihye tertera di layar. Jihye mengiriminya sebuah pesan singkat. Aah ini akan sulit baginya, namun ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika dia dan Jihye sudah resmi berakhir. Tak ada apa-apa lagi diantara mereka. Tanpa melihat apa isi dari pesan singkat tersebut segera saja Sungjae menghapus pesan itu. Mungkin ini akan lebih baik jika dia berpura-pura tidak melihat ada pesan dari Jihye masuk dan berbertindak seolah-olah tak ada yang terjadi. Dia tidak apa-apa meskipun dia senidiri tahu jika hatinya lah yang ada apa-apa.
Segera Sungjae menekan satu nomor yang ada diurutan atas kontak telponnya.
“Lee Changsub. Kau dimana?” tanpa basa basi Sungjae menanyai pria di sebrang sana setelah dia mengucapkan kata halo.
Sungjae segera merapikan bajunya dan bergegas keluar dari kantor penatnya. Tak lupa dia menghubungi Dongwoo sekertaris pribadinya, jika ia akan pergi bersama teman-temannya jadi dia tak perlu ditemani.
---
Sungjae segera memarkirkan Audi putih miliknya di sudut parkiran sebuah club malam ternama kota Seoul. Ia merasa lebih nyaman jika menggunakan kendaraan yang biasa saja. Bukan kendaraan dari istana yang menurutnya terlalu mencolok. Matanya menerawang saat dia mulai sampai di pintu utama club yang akan langsung menghubungkan ke ruang VVIP di mana teman-temannya biasa berkumpul.
Ia melihat banyak orang-orang berkumpul di lantai bawah, mereka sibuk berteriak-teriak tidak jelas. Mungkin efek alkohol sudah sedikit banyak mempengaruhi mereka. Dan bisa Sungjae lihat ada beberapa orang gadis yang tengah menari di atas panggung. Mereka tapi bukan seperti penari-penari erotis yang biasanya sengaja Club ini panggil.
Sungjae tak memperhatikan hal itu lebih lanjut, lagipula apa pedulinya itu tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Segera dia melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan yang sudah sangat dia hafal letaknya. Suara orang tertawa terbahak-bahak segera menyapa gendang telinganya saat dia membuka pintu tersebut dan duduk dengan acuh di salah satu sudut sofa.
“Wohoooo pangeran kita sudah sampai!! What’s up bro!!” Jung Ilhoon memberikan tinju ringannya di bahu kaku Sungjae.
“Aku sedang buruk, jadi jangan ganggu aku. Aku hanya ingin minum malam ini” Sungjae segera meneguk sebuah minuman berwarna coklat dari gelas yang ada di depannya.
“Apa sesuatu terjadi? “ kali ini Seo Eunkwang yang tertua diantara mereka membuka suara. Dia sudah biasa melihat Sungjae uring-uringan tapi tidak yang seperti ini. Sepertinya ini sesuatu yang serius.
“Aku hanya lelah hyung” jawab Sungjae sekenanya. Matanya terpejam merasakan efek panas dan getir mulai mengalir di kerongkongannya.
Tiba-tiba suasana jadi hening. Oh betapa Sungjae benci ini. Mereka teman-temanya yang notabene selalu tidak bisa diam mendadak menutup mulut dan memandang ke arah Sungjae. Ini sudah pertanda, dia harus segera bercerita membuka mulutnya dan membongkar semua masalah yang mengganggu pikirannya. Ini memang sudah sebuah tradisi atau mungkin perjanjian tak tertulis di antara mereka. Entahlah ia juga tak paham mungkin karena ini juga dia merasa sangat nyaman bersama teman-temannya ini. Dengan mereka tak ada yang dia sembunyikan. Dia bisa menjadi seorang Yook Sungjae. Pemuda berusia 28 tahun yang normal. Bukan seorang Yook Sungjae yang seorang Putra Mahkota.
“Aku akan menikah.“ itulah satu kalimat pertama yang berhasil keluar dari mulut Sungjae. Membuat semua yang ada di ruangan itu mengernyit tak mengerti. Bukankah itu berita baik? Lalu dimana letak keburukannya?
Oh mereka ingat jika kelak Sungjae menikah maka dia akan segera naik tahta bukan. Mungkin ini salah satu kekhawatiran Sungjae karena dia masih sangat muda.
“Lalu? Bukankah itu hal baik? “ Peniel yang duduk di seberang Sungjae memberikan tanggapan tak mengerti.
“Siapa wanita beruntung itu? Kau akan menikah dengan Kim Jihye kan? “ Minhyuk pun ikut menimpali. Tanpa mereka sadari pertanyaan Minhyuk barusan berhasil menusuk seseorang yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian diantara mereka. Sungjae mendesah kesal. Ia kembali meneguk minumannya membiarkan alkohol merasuki dirinya berharap akan mampu membawa kabur semua masalahnya.
“Sungjae” kembali Minhyuk bertanya.
“Aku akan menikahi gadis lain.”
“Lalu bagaimana dengan Jihye” oh rasanya Sungjae ingin sekali menyumpal mulut Minhyuk yang terus bertanya ini.
“Dia menolakku kemarin” Sungjae tertawa mengejek. Entah siapa sebenarnya yang dia tertawai? Kim Jihye gadis yang sudah menolaknya atau pada dirinya sendiri?

***
“Terimakasih atas semuanya. Kalian sudah bekerja keras.”
“Terimakasih” Sooyoung bersama teman-teman dancernya berjalan menjauhi panggung tempat tadi mereka menari. Ya mereka malam ini sedang ada acara manggung di salah satu club terbaik di Seoul. Mereka bukan penari bayaran. Mereka adalah Group dance. Tolong bedakan maknanya. Mereka tidaklah sama dengan gadis-gadis yang rela mengumbar lekuk tubuhnya untuk memuaskan nafsu bejat lelaki hidung belang demi lembara

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
triyya #1
Chapter 22: Next min ..... aing penasaran....
triyya #2
Chapter 10: Ijin baca dr awal yaaaaaa ?
sindygracious #3
Chapter 22: Kak lanjugkan lagi dong
sindygracious #4
Chapter 22: Kok berhenti begitu aja kak
minra628 #5
Chapter 1: Izin baca ya kak :) part 1 nya bagus, bahasanya mudah dimengerti juga
Hyunia31 #6
Chapter 19: Update trs minn, suka bgt sma cerita nya
Hyunia31 #7
Chapter 17: update soon ^^ suka banget sma cerita nya
sellynaselly #8
Chapter 12: huaaaa saranghaeeee next next
semoga next chapter banyak sungjoy moment yg manis2 yaa
nurulliza #9
Chapter 11: Lhooo kok giniiii chapter 11 nya. Andweee
nurulliza #10
Chapter 10: D A E B A K