Pemakaman

Sooyoung-aa?

Author Note: Hi, Hye berterima kasih karena sudah membaca cerita ini dan memutuskan hari ini double update ^^ *yeay. Tinggal satu chapter lagi, ditunggu ya^^

------000------

30 Desember.

Kyung Soo berdiri tegak. Matanya memandang lurus tanpa mau menatap siapapun. Disampingnya terdapat namja yang selalu berusaha membangkitkan semangat hidup Kyung Soo, dia adalah Suho.

“Kau tahu bukan kalau besok tanggal 30 Desember? Di saat itulah, tolong kembalikan hidupmu. Hidup harus berjalan sebagaimana mestinya. Walau Soo Young sudah tak ada. Kau mengerti?”

“Kau tahu seberapa besar aku peduli padamu. Kembalilah menjadi Kyung Soo yang ku kenal.”

Di samping Suho ada Hyo Yeon yang sedang menangis terisak.

“Apa kau harus melakukan ini? Kau pikir dia akan bertahan? Apa kau yakin?”

“Yang harus kau tahu, dia walau terlihat baik-baik saja. Tanpa kau sadari, dia akan menangis. Aku tahu betul sifatnya. Kami bersahabat sedari kecil dan kau baru mengenalya beberapa tahun yang lalu. Dan ku berharap kau menyesalinya.”

Mereka sedang berkumpul dalam upacara pemakaman Soo Young. Yah, Soo Young telah meninggal sepuluh hari yang lalu.

‘Apa kau tahu, setiap malam aku menangisimu. Setiap malam pula aku merindukanmu. Sungguh aku benar-benar merindukanmu. Tapi kenapa akhir dari ‘kita’ harus seperti ini?’ Kyung Soo sekarang berjongkok dan menatap sendu nisan Soo Young. Matanya berkaca dan tubuhnya bergetar hebat. Kyung Soo begitu kehilangan sosok Soo Young.

‘Soo Young-aa? Kenapa kau melakukan ini?’ Sebersit rasa penyelasan mendalam menyeruak di relung-relung hati Kyung Soo. ‘Apa kau melakukannya demi namja cengeng sepertiku?’

Tangan Kyung Soo bergerak mengelus nisan Soo Young dengan lembut. Satu per satu bulir air mata itu turun, seakan menandakan pertahanan  diri Kyung Soo runtuh.

                ‘Tolong maafkan aku,’

Sedetik kemudian, Kyung Soo sudah berdiri dan meninggalkan makam Soo Young. Sebelum pergi, ia menghapus air matanya secara kasar.

“Kau mau kemana?” Suho menahan kepergian Kyung Soo. Namun Kyung Soo hanya diam dan melanjutkan langkahnya.

‘Maafkan aku hyung, aku hanya ingin sendiri.’

Suho terdiam menyadari lawan bicaranya tak menggubrisnya. Ada satu hal yang ia anggap salah terjadi, Suho berpikir seharusnya Kyung Soo tidak akan melakukan hal seperti ini. Kyung Soo tak seharusnya tetap murung setelah membaca surat itu. Ya, seharusnya tidak begitu.

“Apa kau tak membaca surat itu? Hai! Surat itu! Bacalah!” Akhirnya Suho berteriak  karena Kyung Soo masih tak menggubrisnya.

“Aish, anak itu.” Hyo Yeon menepuk pundak Suho, “Ayo kita pergi.” Ajak Hyo Yeon. Suho pun mengangguk.

“Sudahlah jangan terus merasa bersalah. Ini yang terbaik.” Suho mengusap air mata Hyo Yeon secara lembut.

“Baiklah, tapi ku harap Kyung Soo baik-baik saja.”

“Ya, kuharap juga begitu.”

*

Kyung Soo masih berada di sekitar pemakaman. Kyung Soo berjalan tertatih sambil mengingat memori kebersamaannya dengan Soo Young ; pertemuan pertama mereka, saat kencan pertama keduanya, saat dirinya menyatakan cinta, saat piknik bersama, saat Kyung Soo memberikan cincin pada Soo Young dan saat ..,

Oppa! Awas!

Citt!

Brak!

Dug!

Soo Young!

Kecelakaan itu. Kecelakaan enam bulan yang lalu.

*

Kyung Soo POV

“Oppa, surga itu seperti apa?” Tanya Soo Young tiba-tiba. Secara spontan aku langsung menoleh ke arahnya. Aku melihat ia memandangku meminta jawaban sedangkan diriku hanya bisa diam tak tahu harus berbicara apa.

Tiba-tiba saja ia bangkit dan menuju bibir pantai. Ya, kami sedang berada di pinggir pantai. Entah mengapa, Soo Young tiba-tiba saja ingin ke tempat ini.

“Oppa, aku ingin merasakan angin laut. Ayo kita ke pantai!” Ucapnya dengan senyum mengembang. Aku bisa merasakan keantusiasan dalam cara bicaranya.

“Kau ingin kesana? Baiklah.”

Soo Young merentangkan kedua tangannya. Wajahnya mendongak dan sepertinya ia begitu menikmati berada di sini. Aku merasakan rasa bahagia yang luar biasa, walau hanya dengan melihatnya. Ya, aku bahagia jika ia bahagia.

“Oppa!” Teriaknya sambil melambai-lambaikan tangan.              

“Cepat kemari,” Aku tersenyum melihat tingkahnya. Ia begitu manis.

“Apa kau senang?” Tanyaku saat sudah berada di sampingnya. Ia hanya balas mengangguk sambil tertawa lepas. Hanya dengan memandangnya, aku merasa seluruh paru-paruku terisi oksigen yang sangat banyak. Aku bisa bernapas dan hidup, berkatmu.

“Kenapa tertawa?”

“Eh? Gak boleh?” Tanyanya sambil cemberut. Dan sekarang gantian aku yang tertawa melihat ekspresinya yang lucu.

“Ya! Kenapa sekarang Oppa yang tertawa?” Ia semakin cemberut namun bedanya ia sedang berpura-pura marah.

“Eh? Gak boleh?” Tanyaku sambil menirukan cara bicaranya. Dia terlihat terkejut dan sekejap kemudian,

“Ya Oppa! ku tangkap kau!” Aku berlari di tengah derak ombak kecil yang selalu menggelitiki kakiku. Aku berlari dan dia mengerjarku. Langkah kakiku membuat pakaian yang ku pakai basah dan tetap saja ia berlari mengejarku.

“Oppa! Awas kau!” Aku berlari sambil tertawa, Soo Young masih mengejarku dengan semangat membara untuk memukuliku. Walaupun begitu, aku memilih berhenti berlari dan berbalik menatapnya yang masih berlari dengan sepatu yang bergoyang di tangannya.

Memandangnya di tempat seperti ini, sungguh indahnya. Ya, karena Soo Young memang indah.

“Ya Hentikan! Hentikan!” Aku pikir dia ingin memukuliku, tapi ternyata ia menggelitikiku. Dan itu sangat.., “YaHentikan! Sooyoung-ah, hentikan!” Aish, yeoja itu tahu saja kelemahanku.

Hahaha.., hahaha, setelah puas menggelitikiku, Soo Young tertawa lepas. Di sertai angin yang bersemilir dan mendengar suara tawanya, aku ingin memejamkan mata. Merasakan sedikit surga yang di berikan Tuhan untukku. Sebuah surga yang selalu indah. Sooyoung, surgaku.

Namun tiba-tiba saja ada tangan yang melingkar di pinggangku. Sebuah aroma parfum yang selalu membuatku nyaman dan sebuah dekapan hangat yang dapat membuatku terpaku. Mataku terbuka dan aku melihat Soo Young memelukku. Kepalanya seolah tertidur di dadaku dan ia memelukku erat. Aku balas memeluknya dan sebuah pertanyaan yang sama terulang kembali.

“Oppa, surga itu seperti apa?” Tanya Soo Young kembali. Keningku berkerut dan aku merasakan ada sesuatu yang aneh.

“Eh? Kenapa kau bertanya seperti itu?” Tanyaku balik. Namun ia hanya diam masih dalam posisi yang sama.

“Baiklah. Surga itu tempat yang indah. Tempat yang paling di dambakan semua orang. Tempat orang-orang baik.” Sebenarnya aku tidak tahu surga seperti apa, namun banyak orang mengatakan demikian.

Mendengar jawabanku, Soo Young mendongak dan menatap mataku penuh harap, “Oppa, apa aku orang baik?” Tanyanya lagi. Aku semakin heran dengan semakin anehnya pertanyaan Soo Young, pertanyaannya seperti seseorang yang mau .., aku tersentak. Andwae! Andwae!

“Soo Young-aa, apa maksudmu? Semua orang tahu kau adalah yeoja yang sangat baik. Kau yang terbaik. Bahkan Oppa menganggapmu sebuah surga yang luar biasa indah. Jadi mengapa kau tanyakan hal-hal aneh seperti itu.” Soo Young tiba-tiba menangis dan kembali menidurkan kepalanya di dadaku. Aku tertegun. Ada apa dengan yeoja ini?

“Oppa-aa, aku ingin bertanya apabila ..,” Belum sempat Soo Young meneruskan kalimatnya, aku sudah memtongnya terlebih dahulu.

“Youngie, cukup. Kau tak perlu bertanya yang aneh-aneh lagi. Yang perlu kau tahu adalah kau sebuah surga yang indah bagiku. Kau seluruh oksigen yang mengisi paru-paruku dan membuatku tetap hidup. Jangan berbicara seolah kau ingin pergi jauh dariku. Sungguh Youngie, aku tak sanggup. Aku tak sanggup.” Aku melepaskan pelukannya dan menaruh kedua tanganku pada kedua lengannya. Soo Young masih menangis sambil terisak.

“Aku juga tak mau Oppa, aku sangat mencintaimu.” Aku tersenyum mendengarnya. Aku kembali mendekapnya. “Itu sudah cukup. Aku juga sangat mencintaimu.”

*

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet