The Sunbae, The Unnie and Joohyun

The Name
Please Subscribe to read the full chapter

I'm not sure about the title. It's... Weird. But I don't have anything else in mind.

 

 

"Aku menyukaimu"

Mata berkedip beberapa kali dan kebingungan jelas terlihat di wajah Seulgi mendengar pengakuan tak terduga untuknya dari seorang gadis, tepatnya seniornya di kampus, yang juga idola dari begitu banyak mahasiswa. "What?"

Gadis itu tesenyum memandang wajah polos Seulgi. "I. Like. You. Kang. Seul. Gi"

Bingung berubah jengkel. "Stop it, Irene Sunbae. Berhentilah mengerjaiku" tandas Seulgi menjauh.

"Yah! Aku serius"

"Kalau ini hanya untuk melanjutkan misi Membuat-Seulgi-Kesal, selamat, Sunbae, kau berhasil" Seulgi mendengus.

Irene menarik tangan Seulgi dan melingkarkan lengannya di leher Seulgi. "Apa aku terlihat bercanda?"

Mata Seulgi terbelalak. Wajahnya merona karena wajah Irene begitu dekat dengannya. Dan Seulgi harus membuang muka ketika berusaha melepaskan tangan Irene. "Apa yang kau lakukan? Semua orang melihat kita!" bisiknya menggertakkan giginya. Bukan karena dia tidak suka, tapi sedekat itu dengan Irene membuat jantungnya berpacu beberapa kali lebih cepat.

"So? Itu lebih bagus karena mereka semua akhirnya tau kalau ada sesuatu diantara kita dan berhenti mendekatimu" balas Irene semakin mendekat pada Seulgi.

"Ya ya ya" Seulgi memutar bola matanya. "Dan membuatku terbunuh. Karena lihatlah bagaimana mata mata itu melihatku"

Senyum di bibir Irene semakin lebar melihat Seulgi yang semakin salah tingkah. "Apa kau gugup?" tanyanya menggoda, mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi.

"What the? Yah! Menjauh dariku!" Seulgi berusaha mendorong bahu Irene namun gadis itu tidak bergeming, justru tersenyum semakin nakal. "Aku tidak ingin bermasalah lagi hanya karenamu"

"Kalau begitu jadilah pacarku dan aku tidak akan melakukan hal seperti ini lagi"

Kali ini Seulgi memberanikan diri memandang Irene.

Irene Bae Joohyun.

Gadis dengan kecantikan luar biasa di mata Seulgi. Gadis yang selalu terlihat tenang. Yang diinginkan begitu banyak orang. Yang dicintai mungkin hampir seluruh kampusnya. Oke mungkin itu sedikit berlebihan. Yang sanggup membuat semua orang terpikat hanya dengan menatap wajahnya tak terkecuali Seulgi. Dia bahkan terlihat seperti orang idiot saat pertama kali melihat Irene.

Namun setiap kelebihan pasti ada kekurangan. Dan di sinilah Seulgi mulai berpikir hal sebaliknya.

Irene Bae Joohyun.

Gadis dengan kecantikan luar biasa yang selalu terlihat tenang ini ternyata memiliki sifat jahil yang setara dengan kecantikannya. Baru 3 bulan menjadi mahasiswa baru dan Seulgi sudah bisa merasakan efek dari kehadiran seorang Irene. Gadis itu pernah mengikat tali sepatunya di kaki meja saat dia begitu fokus membaca buku untuk menyelesaikan tugasnya di perpustakaan. Dan dia harus mendapatkan tatapan aneh dari para pengunjung perpustakaan karena tanpa alasan tiba tiba terjatuh dengan wajah mendarat sempurna di atas lantai. Bagaimana Seulgi bisa tau Irene pelakunya? Karena sang pelaku sendiri yang mengaku saat dia kembali mengerjainya di hari berikutnya.

"Bukan pacarmu saja kau sudah sering mengusiliku, bagaimana kalau aku jadi pacarmu. No. Thank you. Dan ya, sebaiknya kau lepaskan aku sebelum kita berdua dipanggil karena mereka berpikir kita melakukan hal tak senonoh di depan umum"

"Ow, jadi kau memikirkan hal tak senonoh dengan ku saat ini? That's sweet" Irene tersenyum lebar sambil mengedipkan matanya.

Seulgi semakin cemberut. "Sunbae, lepaskan aku, please..."

"Tidak sebelum kau menjelaskan kenapa kau bisa mengatakan mereka akan berpikir kita melakukan hal tak senonoh itu"

"Sunbae please..."

"Seulgi please..." balas Irene menyeringai.

"Kau tidak lihat apa yang kau lakukan? Bagaimana posisi kita?"

"Aku? Memangnya apa yang ku lakukan? Kenapa kalau kita seperti ini?" Irene balik bertanya dengan nada menantang.

Seulgi menatap Irene tak percaya. Gadis itu benar benar tidak bisa ditebak.

"Mereka atau kau yang berpikir hal tak senonoh?"

Dan Seulgi kembali membuang muka. Wajahnya sudah begitu panas karena sedekat itu dengan Irene dalam waktu yang lama.

"Kau tidak berpikir aku akan menciummu kan?"

Seulgi merutuki dirinya karena tubuhnya bertindak sebaliknya dari otaknya.

"Hey, look at me" Irene meletakkan telapak tangan kanannya di pipi Seulgi lalu mengusapnya pelan. Wajahnya terus mendekat pada Seulgi, semakin dekat hingga Seulgi bisa merasakan hembusan napas Irene di bibirnya. "Seandainya pun kau berpikir seperti itu, tidak ada yang salah. Karena aku memang ingin menciummu dan akan menciummu"

Seorang Kang Seulgi hanya bisa mematung mendengar kalimat lirih dari bibir Irene. Wajah itu begitu dekat dengannya. Sedikit saja Seulgi menggerakkan kepalanya, maka dia bisa menyentuh Irene.

"Tapi setelah aku berhasil membuatmu jadi milikku, Kang" Sebuah kecupan kecil mendarat di pipi kiri Seulgi. "Untuk sekarang, itu sudah lebih dari cukup" lanjut Irene melepaskan pelukan tangannya dari leher Seulgi sambil tersenyum jahil. "Bye" lambainya sambil berjalan menjauh dan berbalik beberapa meter di depan Seulgi. Mengedip nakal.

"Dia berhasil lagi" gumam Seulgi, masih berdiri terpaku.

 

***

 

"Kang Seulgi, cepat bangun"

"Sebentar lagi"

"Kau tidur atau sedang hibernasi? Sudah lebih dari 12 jam sejak kau memejamkan matamu"

"Tapi aku masih ngantuk, Umma"

"Kau tidak malu masih bermalas malasan di ranjang sementara pacarmu sudah menunggumu di depan?"

Otak Seulgi masih berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Ibunya. Tidak ada yang tidak dia mengerti. Namun ada satu kata yang terdengar sangat janggal dan mengganjal di pikirannya. Pacar. Ya, pacar. Matanya terbelalak dan bangun seketika. "Pacar? Siapa?"

"Sepertinya kau amnesia karena terlalu lama tidur. Kau mau Umma menyirammu sekarang juga?"

"NO! Oke oke, aku bangun!"

"Good girl. Sekarang bangun dan lekas mandi. Jangan membuat Umma semakin malu di depan pacarmu"

Tidak ingin berdebat, Seulgi segera bangkit menuju ke kamar mandi. Namun sebelum dia menutup pintu, Ibunya memanggil.

"Pacarmu sangat cantik. Great job, Sweety"

Dan Seulgi melengos melihat Ibunya tersenyum nakal.

 

 

Hampir satu jam kemudian Seulgi baru keluar dari kamarnya. Berjalan ke dapur dan menemui Ibunya tengah bercengkerama dengan seorang gadis. Gadis yang begitu dikenalnya yang membuat alis matanya berkerut.

"Oh kau sudah selesai. Cepat habiskan sarapanmu. Kasihan Joohyun sudah menunggumu dari tadi"

Pandangan Seulgi berpindah dari Ibunya kepada Irene. Tidak dipungkirinya, pagi itu Irene terlihat begitu cantik. Lebih cantik dari biasanya walaupun hanya mengenakan pakaian simpel, jeans hitam dengan T-Shirt berwarna baby pink. Rambut coklat keemasannya tergerai tidak begitu rapi, dan hal itu membuat Irene terlihat sedikit lebih seksi di matanya.

"Aku tau pacarmu cantik, tapi berhentilah memandanginya dan cepat ke sini. Habiskan sarapanmu agar kalian bisa segera pergi kencan"

Suara Ibunya dan juga suara tawa Irene menyadarkan Seulgi dari lamunan tidak masuk akalnya. "Kencan?"

"Joohyun bilang hari ini kalian akan pergi ke festival di tengah kota"

"Tapi dia..."

"Sebenarnya aku mengajaknya ke festival lampion malam ini, Bu. Tapi aku tau dia lebih mencintai tidurnya daripada aku, jadi ku pikir lebih baik kami pergi pagi ini" canda Irene renyah.

"Kau tau, Joohyun, kalau kau tidak kesini dan mengatakan kau pacarnya, Ibu tidak akan tau kalau Baby Bear kami sudah dewasa" Mrs. Kang mengedipkan matanya ke arah Seulgi yang sedang meminum jusnya, membuat gadis itu tersedak.

"Hei, kau tidak apa?" Irene mengusap lembut punggung Seulgi.

Seulgi hanya memandang bingung pada Irene. Entah apa lagi yang sedang direncanakan Irene hari itu padanya.

"Umma akan meninggalkan kalian berdua. Jangan coba macam macam pada Joohyun, oke?"

"Umma!" protes Seulgi dengan wajah merona.

Irene tertawa geli melihat interaksi Seulgi dengan Ibunya. "Ow, Baby Bear, huh?" tidak berapa lama setelah Mrs. Kang menjauh, Irene sudah mulai menggoda Seulgi.

"Shut up, Sunbae" gerutu Seulgi melahap sarapannya.

"Kau memanggilku Sunbae tapi nadamu tidak sopan. Very nice, Kang Seulgi"

"Kau beruntung aku tidak mengatakan kebohonganmu pada Umma"

"Dan kenapa kau tidak mengatakannya? Kenapa kau menerima saja saat ku katakan kau pacarku pada Ibumu? Apa sekarang kau juga mulai menyukaiku?" Irene memainkan alisnya dengan nakal, semakin gencar menggoda Seulgi.

"Karena percuma ku katakan kalau kau berbohong. Dia terlihat begitu percaya padamu. Aku tidak ingin menghancurkan harapan Ibuku. Happy?"

Irene tersenyum. "Very" jawabnya mencium lembut pipi kiri Seulgi. "Morning"

Wajah Seulgi langsung merah padam setelah bibir Irene dengan tiba tiba menyentuh kulitnya. Tubuhnya langsung kaku seperti robot. "Berhentilah menciumku secara tiba tiba seperti itu" gerutunya membuang muka. Merasa begitu canggung.

"Memangnya kalau aku mengatakannya, kau akan mengizinkanku menciummu?"

"Tentu saja tidak"

"See? Jadi berhentilah protes"

"Kau... Aish... Kenapa ada orang aneh sepertimu"

"Untuk menyeimbangi orang kaku sepertimu" sahut Irene tertawa.

"Aku tidak kaku"

"Ya ya ya, tidak kaku. Hanya seperti robot"

"I'm not!" bantah Seulgi.

"Whatever" balas Irene memutar bola matanya. "Cepat habiskan sarapanmu biar kita bisa segera pergi"

"Kau bukan pacarku dan aku tidak ingin pergi denganmu"

Irene menatap Seulgi yang masih merengut. Begitu dalam. Matanya seolah merekam setiap inchi wajah Seulgi dan menyimpannya di otaknya. Tanpa bertanya pun sudah jelas terlihat dia begitu menyukai Seulgi. "Not yet, Kang, not yet. Tapi aku pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku" gumamnya menjulurkan tangannya ke wajah Seulgi.

Seulgi tersentak melihat tangan Irene hampir menyentuh wajahnya. "A-apa yang kau lakukan?"

"Diamlah" Irene menyentuh wajah Seulgi dan dengan jari telunjuknya membersihkan remah roti yang menempel di sudut bibir Seulgi. "Such a kid"

Seulgi tertegun dengan apa yang sudah dilakukan Irene. Jantungnya berpacu tak karuan. Kenapa Irene selalu saja bisa membuatnya terdiam tanpa bisa membalas. Sepertinya dia tidak akan pernah bisa menolak setiap pesona Irene lebih lama.

 

***

 

"Apa kau habis meminum serum bahagia hari ini?" Seohyun memandang aneh pada Irene yang beberapa kali terlihat tersenyum tanpa alasan jelas dan terus memandangi handphonenya seperti orang kurang waras. "Kau tidak gila kan, Bae?" punggung tangannya menempel di kening Irene.

"Yah! Bisa bisanya kau mengatakan sahabatmu gila" protes Irene menyingkirkan tangan Seohyun darinya.

"Itu karena sejak tadi kau tersenyum seperti orang idiot"

"Benarkah?"

"Apa aku harus mencari psikolog dan mengatakan 'Mr. atau Mrs. Psikolog tolong cepat tangani sahabatku sebelum aku kehilangan dia karena sepertinya dia mulai tidak waras' seperti itu?"

"Aku masih waras, oke? Hanya saja, kejadian kemarin benar benar diluar dugaanku"

 

"Lihatlah, ini lucu" Irene mengangkat gantungan handphone couple berbentuk cincin.

"Biasa saja" balas Seulgi.

"Aku akan membelinya dan kau harus memakainya"

"Itu namanya pemaksaan, Bae"

Irene tertegun mendengar Seulgi memanggil namanya. Walaupun hanya nama keluarganya, tapi dia sudah bisa merasakan tubuhnya menghangat. "I don't care"

"Duh. Kenapa harus bertanya kalau kau juga tidak pernah mendengarkan perkataanku"

"Hanya bertanya. Siapa tau kau bisa berubah pikiran tentang sikapmu padaku" Irene tersenyum lebar membuat Seulgi memutar bola matanya. "Kau suka yang seperti apa?" tanyanya tanpa memandang Seulgi. Matanya kembali fokus mencari benda benda lucu yang bisa dibelinya.

Seulgi memperhatikan Irene yang masih sibuk memilih gantungan handphone di depannya. Semakin lama mulai menjauh darinya dan sepertinya Irene tidak menyadari hal itu. Beberapa kali Irene terlihat terkejut ketika keramaian menyentuhnya dan hal itu membuat Seulgi kesal. Kesal karena menyaksikan bagaimana Irene terperanjat ketika orang orang itu bersenggolan dengannya.

Dan Seulgi tidak bisa menahan dirinya lebih lama ketika ada seorang pria yang berusaha mendekati Irene, namun tidak disadari oleh gadis yang lebih tua 2 tahun darinya itu. Dengan segera dia mendekat dan berdiri di belakang Irene, melatakkan tangan kanannya di pinggang Irene dan memandang tajam ke arah pria tersebut, membuat pria itu mengurungkan niatnya dan menjauh.

Irene terkejut merasakan seseorang memegangnya. Dia menoleh dan mendapati Seulgi berdiri begitu dekat dengannya. Terlalu dekat hingga dia merasa seolah gadis itu sedang memeluknya.

"Ambil yang tadi saja. Aku akan memakainya"

"Really?" tanyanya tak percaya.

"Yup. Ayo pergi, di sini terlalu ramai" tandas Seulgi menggenggam erat tangan Irene dan membayar souvenir tersebut, membuat Irene semakin heran. "Apa?"

Irene menggeleng. "Tidak" jawabnya tersenyum.

 

"Oh jadi karena kencanmu kemarin berhasil?"

"Tidak bisa dikatakan berhasil"

"Lalu?"

"Aku hanya tidak menyangka, Seulgi bisa bersikap seperti itu. Selain itu, aku suka dengan gesture tubuhnya. Dia sangat sopan, kau tau?"

Seohyun menghela napas. "Sepertinya kau sudah benar benar jatuh cinta pada anak itu"

Irene tidak membalas. Karena dia tau apa yang dikatakan Seohyun benar adanya.

 

***

 

"Kau mau pulang?"

Seulgi menoleh dan mendapati Irene berdiri tidak jauh di belakangnya. "Ya. Kenapa?"

"Boleh aku menumpang?"

"Kenapa mobilmu?"

"Sedang di bengkel"

"Masuklah"

"Thanks"

Tidak seperti biasanya, sore itu sepanjang perjalanan Irene hanya diam. Wajahnya juga terlihat tidak bersemangat. Walaupun terkadang Seulgi kesal dengan Irene yang tidak pernah bisa diam, namun melihat gadis itu seperti patung membuatnya merasa tidak nyaman.

"Kau tidak bisu tiba tiba kan?" Hanya gelengan kepala dan senyuman tipis yang diterima Seulgi. "Tumben sekali kau tidak berkicau seperti biasa"

"Bateraiku belum di charge"

"Oh apa kau android?"

"Mungkin"

Jawaban singkat itu membuat Seulgi yakin ada sesuatu yang sudah terjadi pada Irene. Beberapa kali dia mencuri pandang saat pandangan Irene mengarah keluar kaca jendela. Tidak dipungkiri, dia mulai merasa khawatir. Irene terlihat sedikit pucat.

"Di pinggir jalan saja"

"Tidak. Aku akan mengantarmu" tolak Seulgi.

"Tidak perlu. Cepat pulang, nanti anak Umma dicari Ibunya" Irene menyahut, masih berusaha bercanda.

"Umma justru akan marah kalau aku tidak mengantar pacarku hingga ke apartemennya" Seulgi tak mau kalah. Dia tetap membawa mobilnya hingga ke tempat parkir. "Kenapa lengan kirimu?" tanyanya setelah mematikan mesin mobil.

Irene terkejut mendengar pertanyaan Seulgi. "Kenapa apanya?"

"Tidak perlu berakting, Irene Bae"

"Tapi aku memang..."

"Sejak tadi kau memegangi lenganmu" potong Seulgi. "Ada apa?"

Irene membuang napas pelan. "Tidak apa. Hanya luka kecil"

"Kenapa?"

"Sepertinya aku lebih suka kau yang tidak peduli daripada kau yang seperti ini"

"Kenapa lenganmu?"

"Tidak apa. Oke?"

"

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Lesmana
#1
Chapter 1: Need sequel ?
seulrene_daze #2
Chapter 1: damn seulgi romantis bangetttttt
bole minta sequel ga thor :'))))
cupcupcupz #3
Chapter 1: omg ????
yoongie23 #4
Chapter 1: Author buatkan sequelnya please..T.T
jung_yulian
#5
Chapter 1: Kang joohyun i like it hahah
Dwi_agus92 #6
Chapter 1: Sequel plisssss?
kpop_poppop #7
seulrene
wkawka #8
Chapter 1: Dear author we need sequel:v
allura88 #9
Chapter 1: Ahhhh manisnya,,,,,,idiot seulgi kenapa sadarnya pas joohyun udah mau pergi.
rin_dra88 #10
Chapter 1: Aaaa.... sweet thor... tp kenapa irene hrs pindah... T.T