Poni

I Love You (and him)

Pukul 4 sore tepat. Jam segitulah biasanya Kyungsoo selesai bekerja dan bersiap untuk pulang. Tapi hal itu sesekali berubah jika ada momen yang tidak terduga.

Seperti hari ini.

Kyungsoo harus menambah jam kerjanya sedikit lebih lama karena Kape Kopi tempatnya bekerja sedang diadakan pesta ulang tahun. Tempat itu dipesan penuh oleh seorang pelanggan untuk merayakan pesta kecil-kecilan ulang tahun kakeknya.

Pesta ulang tahun hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan beberapa teman dekat sang Kakek. Meskipun disebutkan pesta kecil, tapi Kape Kopi sangat ramai dan penuh. Pestanya sangat meriah. Ditambah bos dari Kape Kopi yang ternyata adalah teman akrab dari sang Kakek membuat suasana pesta semakin dimeriahi oleh semua pegawai Kape Kopi.

Termasuk Kyungsoo yang sebenarnya pikiran bocah itu berlalang buana ke tempat lain. Ia pasti akan terlambat.

4:45 PM

Waktu sudah menunjukkan lebih 30 menit dari jam mereka janjian untuk bertemu. Kyungsoo sudah mengirim pesan kalau ia akan terlambat dan Hana membalasnya dengan tidak apa-apa malah membuat bocah itu bertambah cemas.

Setelah pesta bubar, Kyungsoo bergegas ke ruang pegawai. Mengganti seragamnya lalu berlari ke bangku taman tempat mereka janjian.

Begitu dekat dengan bangku, Kyungsoo bisa melihat Hana masih duduk di bangku itu.

Menunggunya.

Iya. Hana sedang menunggunya.

Kyungsoo mempercepat larinya. Tubuhnya dipaksa berhenti di depan Hana yang kemudian menunjukkan raut terkejut. Terkejut tiba-tiba Kyungsoo ada di depannya.

Kyungsoo memegang kedua lututnya karena kelelahan, napasnya tak teratur, ia melihat ke arah Hana. Tersenyum. Wujud bersyukur Kyungsoo karena wanita ini masih menunggunya.

Hana membalas senyuman Kyungsoo. “Cepat duduk sini.”

Kyungsoo menurut. Ia menyeka dahinya. Mengatur napas. Di depan wajahnya, tersodor sebotol minuman mineral yang bersisa sekitar seperempat.

Dari Hana.

Kyungsoo mengambil botol itu dan segera menegak habis isinya.

“Biasanya aku membawa secangkir kopi hitam. Baru kali ini aku membawa sebotol air putih.”

Kyungsoo menutup botol air mineral kosong itu lalu meletakkannya di samping. Nanti saja dibuang. Ia melirik ke arah Hana yang tumben diam.

Kyungsoo memperhatikan Hana selalu memakai dress atau rok. Ia tidak pernah melihat Hana memakai celana. Khususnya hari ini.

Hana terlihat khusus paling cantik hari ini. Mengenakan baju coklat polos dibalut cardigan lengan tiga per empat atas pinggang dan rok tiga per empat. Rambutnya diurai tapi di kedua tepinya dikucir melilit.

Hana tetap diam. Mungkin ia sedang menunggu Kyungsoo untuk bicara terlebih dahulu. Tapi bisa apa bocah anti sosial takut wanita ini di depan wanita yang disukainya.

Ah. Sudah kubilang aku tidak menyukainya. Belum.

“Maaf aku terlambat.”

Hana menggeleng. “Aku sudah biasa.”

Diam.

“Jadi, mana hadiahku?”

Hana daritadi memperhatikan Kyungsoo. Tidak ada tanda bocah ini membawa bunga matahari. Apa bunganya dimasukkan ke dalam ransel?

Benar. Kyungsoo merogoh ke dalam ransel dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil. Bukan bunga matahari.

“Kwaci?”

Kyungsoo mengerutkan dahinya. Ia ingin tertawa tapi tidak bisa. Karena unsur bingung lebih besar daripada unsur lucunya.

“Isinya kwaci?”

Sekali lagi Hana bertanya tentang hal yang sama dengan kalimat yang berbeda.

Lebih jelas.

Tapi tentu saja pertanyaannya sedikit ngawur. Untuk apa Kyungsoo memberinya kwaci? Hana bukan hamster. Walaupun memang Hana lucu seperti hamster.

Hana berpikir kalau Kyungsoo akan memberinya setangkai atau 28 tangkai bunga matahari tapi tidak. Ia malah memberinya sekotak kecil.... apa? Hana menebak isinya 28 biji matahari untuk ditanamnya.

Wow. Pikiran Hana terlalu drama. Ia meminta maaf. Siapa Kyungsoo harus bersikap spesial di depannya?

Hana menerima kotak itu lalu membukanya.

Hair pin. Sebuah hair pin warna kuning yang diujungnya terdapat maskot bunga matahari. Hanya satu buah hair pin.

Semalam dalam perjalanan berangkat ke kampus, Kyungsoo melewati sebuah toko aksesoris. Ia mencoba masuk ke dalam untuk melihat-lihat mungkin ada yang menarik. Hadiah yang berkesan dan tidak mahal. Saat ia menerima balasan dari Hana kalau ia menyukai bunga matahari, Kyungsoo mencoba mengingat apa ada benda yang berbau bunga tersebut di toko aksesoris yang ia kunjungi tadi. Tapi ia gagal. Ingatannya payah. Ia mencoba kembali ke toko itu dan beruntungnya ia menemukan hair pin bermotif bunga matahari. Benda yang saat ini ada di tangan kanan Hana.

Hana menatap benda itu sebentar lalu berbalik ke arah wajah Kyungsoo. Ia tersenyum hangat mengucapkan terima kasih.

Hana segera melepas lilitan kuncir di rambut sebelah kanannya lalu menjepitkan hair pin kuning itu ke poninya. Sendiri.

Sebenarnya Kyungsoo ingin melakukan tugas penting itu tapi sudah keduluan.

“Bagus tidak?”

Kyungsoo tertegun.

Kalau saja waktu bisa berhenti saat ini. Ketika Hana hanya melihat ke arahnya. Menunjukkan kedua mata bulatnya sambil tersenyum.

“Cantik.”

Keceplosan.

“Aku tahu dan jangan merayuku, Kyung.....soo-ssi.”

Giliran kedua mata Kyungsoo membulat sempurna saat angin sore berhembus.

Rambut Hana terbawa angin membuat wanita itu semakin terlihat cantik saat menunduk berusaha untuk melindungi kedua matanya dari debu. Sekali lagi wanita itu melihat ke arah Kyungsoo. Menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga kanan.

“Terima kasih.”

Dalam pikirannya, Kyungsoo sangat ingin memeluk wanita di depannya saat ini. Merengkuh tubuh mungil itu. Memiliki tubuh mungil itu.

Kenangan sentuhan aliran listrik kembali terbayang di otaknya.

Kyungsoo ingin tahu. Apa teorinya benar. Ia ingin tahu apa tubuh wanita ini memiliki aliran listrik yang besar. Ia ingin merasakannya.

“Aku harus pulang. Ini salahmu sendiri karena terlambat. Jadinya aku cuma bisa menemuimu sebentar saja.”

Tidak apa. Aku sudah senang.

“Sebagai imbalan hadiah ini, mulai sekarang, aku akan antri di deretanmu terus. Janji!”

Kebetulan. Kamu memang selalu memesan kopi hitam di deretanku.

Hana perlahan pergi setelah mengucapkan terima kasih lagi sambil melambaikan tangannya.

Kadang Kyungsoo merasa kalau otaknya tidak bekerja dengan benar setiap kali ia berada di dekat wanita itu. Kyungsoo selalu merasa kalau ia melupakan sesuatu yang penting.

Sesuatu mendasar penting yang harus ia ketahui.

Sudahlah.

Kalau tidak dipaksa, pasti aku akan sadar sendiri. Begitulah otak Kyungsoo selalu bekerja. Tidak mau memikirkan hal-hal yang membuatnya bingung.

Kyungsoo hendak berdiri lalu ujung matanya menangkap sebuah botol air mineral kosong tergeletak disampingnya. Ah! Ia baru sadar.

Kyungsoo menyentuh bibirnya dengan ujung jari kanan.

***

Hana membuka Pintu rumahnya.

6:17  PM

Gelap. Masih tidak ada orang. Hana mendesah tapi sedetik kemudian tersenyum. Hari ini adalah hari bahagianya.

Hana menyalakan lampu ruang tamu lalu berjalan pelan melewati ruangan itu. Menuju ruang tengah yang merupakan ruang keluarga tempat biasanya ia menghabiskan waktu menunggu orang itu. Menyalakan lampu lagi lalu berlanjut menuju ke dapur. Haus.

Setelah minum, Hana bermaksud untuk membersihkan diri sebentar sebelum orang itu pulang. Tidak lucu kalau penampilannya berantakan. Ia menaiki tangga ke lantai dua. Menuju ke kamarnya yang berada di paling ujung lorong sebelah kanan. Saat masuk ke dalam, kamar itu temaram. Lampu tidur di dekat kasurnya menyala. Dan ada seseorang yang tertidur di atas kasurnya.

Orang itu tertidur dalam posisi duduk kaki terselonjor. Terlihat tidak nyaman. Terdapat sebuah buku terbuka di atas perutnya. Hana mendekat lalu duduk di tepi kasur. Ia melepas kaos kaki orang itu. Hana semakin mendekat ke wajah orang itu. Ia melepas kaca mata yang dipakai oleh orang itu. Ia membelai pipinya. Membiarkan jari-jemarinya menyentuh beberapa helai rambut hitam orang itu.

Orang itu bergeming. Sepertinya orang itu merasakan sedikit sentuhan tangan Hana. Perlahan kedua mata orang itu terbuka. Wajah kantuknya disambut senyuman oleh Hana. Orang itu mengucek matanya yang masih sedikit buram. Belum membuka suara, orang itu masih berusaha mengumpulkan semua nyawanya.

“Sudah pulang?”

Suaranya parau. Khas orang yang baru bangun tidur. Hana sangat menyukai jenis suara itu. Suara yang setiap pagi didengarnya.

“Kukira kamu belum pulang. Rumahnya masih gelap. Dan lihat! Aku berantakan. Niatnya ingin mandi tapi melihatmu berbaring tidak nyaman, aku jadi ingin mendekat.”

Orang itu tersenyum. Pandangannya sekarang sudah jelas. Ia melihat wanita di depannya ini tetap cantik meskipun mengeluh kalau ia berantakan. Lalu ia melihat benda kecil berwarna kuning di tepi poni rambut wanita ini. Belum pernah melihat sebelumnya. Ia tidak ingat pernah membelikan benda kecil itu. Spontan ia menyentuhnya.

“Ini apa?”

“Penjepit rambut.”

Gemas. Wanita ini secara tidak sadar suka membuatnya gemas. Bukan itu maksudnya.

“Oh! Ini? Dari siapa? Itu maksudmu?”

Orang itu mengangguk. Orang itu menatap wanita di depannya.

“Ingat jaket yang waktu itu?”

“Jaket dari pegawai Kape Kopi?”

Hana mengangguk mantap. “Ini dari Kyungsoo. Sekedar ucapan terima kasih karena sudah mencucikan jaketnya.”

Jadi namanya Kyungsoo. Orang itu berpikir sejenak lalu menunjukkan senyum hangatnya. Ia membelai rambut Hana dengan lembut yang disambut rona bahagia dari wajah Hana.

“Tadi kamu ingin mandi. Mau mandi bareng?”

Bukan kecewa. Hana tidak bisa menuntut. Itu memang sudah jadi kebiasaan orang di depannya ini. Ia selalu lupa kalau tanggal 30 Desember adalah hari istimewa bagi Hana. Dan Hana sudah biasa.

Hana sudah biasa. Lagi pula, hari ini belum berakhir.  Mungkin saja Orang itu ingat tapi masih disimpan di otaknya.

Orang itu bergegas turun dari kasur setelah mendapat anggukan dari Hana. Ia berniat untuk masuk dulu dan menyuruh Hana untuk menyusul. Hana menghela napas tapi sedetik kemudian ia membentuk senyum manis lagi.

Kamar itu temaram dan sunyi. Hanya terdengar suara detak jam lalu disusul suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Orang itu sudah mulai membersihkan badannya.

Hana hendak menyusul ketika ponsel di genggamannya bergetar.

Ada pesan masuk. Kali ini dari nomor yang tidak dikenal.

Masih dari nomor yang tidak dikenal.

Hana lupa menyimpan nomornya. Lebih tepatnya malas. Ia punya banyak waktu untuk menyimpan nomornya tapi ia biarkan saja. Nanti saja. Tidak penting. Belum penting.

Hana membuka pesan itu. Senyum kecil terbentuk. Senyum yang tulus. Ia meletakkan ponselnya di atas meja lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Hana merasa senang hari ini. Tanggal 30 Desember yang menyenangkan.

Maaf aku lupa. Selamat ulang tahun, Hana.

- Kyungsoo

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet