Hello Again, Mr. Nice Guy

SECOND LIFE, SECOND CHANCE

Dengan tertatih langkah yang terlihat sudah lelah itu berlari tergesa-gesa melintasi lorong rumah sakit. Suara nafas yang tersengal terdengar bersama derap langkah yang menggema di koridor yang terbilang sudah sepi dari biasanya. Suara tangis yang tertahan bersama langkah kaki yang semakin cepat juga menjadi perpaduan yang cukup menggemparkan bagi siapa saja yang mendengarnya di jam satu pagi ini.

Setelah berlari cukup lama akhirnya kedua pemilik langkah kaki itu menemukan ujung pelariannya. Tepatnya dimana saat ini ia bisa melihat dua orang yang dikenalnya berdiri dengan wajah khawatir di depan ruang operasi. Langkah kaki itu kini mendekat kesana.

“Jae Gil-ssi! Choco!” suara itu terdengar serak karena menahan air mata. Sosok cantik yang menggenakan mantel cokelatnya itu mendekati keduanya dengan terburu-buru. “Bagaimana keadaan Kang Ma Ru? D-Dia masih bertahan bukan?” tangannya yang gemetar menggapai bahu kecil Choco yang juga bergetar karena menangis untuk alasan yang sama. Jae Gil juga terlihat menangis, hanya saja pemuda itu terlihat sudah lebih bisa mengendalikan dirinya.

“Dia masih di dalam Seo Eun Gi-ssi, dokter masih berusaha menyelamatkan nyawanya.”

Seo Eun Gi, pemilik sepasang kaki yang sudah lelah itu tampak sudah menemui batas ketahanannya. Sehingga itu sebabnya pada akhirnya gadis itu menyerah pada kekuatan keduanya hingga membuat ia berlutut di atas lantai yang dingin. Air mata yang ditahannya juga mengalir disaat bersamaan.

“Ini semua salahku. Seharusnya aku membawanya ke rumah sakit tadi bukannya meninggalkannya di tengah jalan begitu. Kalau saja aku tidak egois dan berfikir lebih benar dia pasti tidak akan mengalami hal seperti ini. Ya tuhan, untuk bertahan demi operasi penyakitanya saja sudah berat sekarang ditambah dengan tikaman dari orang yang tidak dikenal. Aku benar-benar hanya bisa memberikan penderitaan pada Kang Ma Ru..” isaknya penuh penyesalan. Air matanya jatuh membasahi wajah dan menetesi lantai di bawahnya, sementara isakannya juga terdengar menggema di antara koridor sepi itu.

Choco tampak ikut berlutut dengan wanita yang dicintai oleh kakak laki-lakinya itu. Dia memeluk tubuh wanita itu. “Unnie jangan menyalahkan diri unnie seperti itu. Ini bukan kesalahan unnie, ini hanya kecelakaan..” gadis itu juga terisak membujuknya. Hal yang sama juga terlihat di wajah Jae Gil yang ikut menitikkan air matanya.

“Sekarang tidak ada gunanya untuk menyalahkan diri sendiri. Satu-satunya yang harus kita lakukan saat ini adalah mendoakan keselamatan Ma Ru. Apalagi doamu, Seo Eun Gi-ssi, Ma Ru pasti akan bahagia karena akhirnya kau benar-benar kembali padanya. Aku yakin itu menjadi harapan baru untuknya agar berjuang demi wanita yang dicintainya..” bujuk Jae Gil padanya.

Seo Eun Gi kali ini tak bisa mengatakan apa-apa selain menangis bersama Choco yang terus memeluknya. Dalam hati ia tetap terus berdoa agar tuhan memberikannya kesempatan satu kali lagi, kesempatan untuk hidup bersama Ma Ru satu kali lagi.

*

Setelah menjalani operas hampir tujuh jam pada akhirnya penantian panjang itu selesai. Para dokter yang hebat itu pada akhirnya bisa menyelamatkan hidup Ma Ru dan membuatnya bertahan. Eun Gi, Jae Gil, dan Choco tak bisa lebih merasa bahagia lagi daripada ini, semuanya bak keajaiban karena Ma Ru bisa kembali lagi pada mereka.

Sepanjang malam Eun Gi terus mendampingi Ma Ru. Eun Gi terus menggenggam tangan Ma Ru semalaman seakan takut bahwa kalau ia melepaskannya sesaat saja maka ia akan kehilangan pemuda itu lagi. Hal itu pada akhirnya membuat Eun Gi tidur disamping Ma Ru dengan tangannya yang terus menggenggam jemari pemuda itu.

Tak lama pintu rawat inap Ma Ru terbuka dan menampakkan Jae Gil dan Choco. Dua orang itu tampak menatap haru dua orang yang cukup kejam diperlakukan oleh takdir itu.

“Bagaimana ini? Ini tidak adil. Ma Ru-oppa dan Eun Gi-unnie telah melewati jalan yang panjang sampai akhirnya menyadari bahwa mereka saling mencintai. Tapi mengapa? Mengapa sekarang harus seperti ini hikss. Ini sangat kejam..” Choco terisak-isak seperti anak kecil. Sementara Jae Gil tampak sabar mengusap bahunya.

“Sudahlah, jangan terus menangis. Kita lebih baik terus berdoa untuk keselamatan Ma Ru serta kebahagiaan mereka. Choco-ah, sebaiknya kita menunggu diluar saja. Kita biarkan Eun Gi-ssi mendampingi Ma Ru malam ini.” Bujuk Jae Gil sambil menenangkan Choco. Choco tampak mengangguk patuh, sebelum akhirnya menurut saja ketika Jae Gil membawanya keluar ruangan itu. Meninggalkan sepasang anak manusia disana terlarut lebih lama dalam mimpinya, sebelum besok kenyataan mungkin akan kembali menyapa keduanya dengan kejam.

*

Getar di sakunya membangunkan Eun Gi dari tidur singkatnya. Wanita itu tampak bergeming dari tidurnya. Dia melirik Ma Ru sejenak sebelum meraih alat komunikasi itu dan mengangkat panggilan yang ternyata dari Sekretaris-Hyun itu.

“Halo..” mata gadis itu masih terlihat setengah tertutup ketika menyahuti panggilan itu. Namun beberapa detik kemudian kedua mata itu tiba-tiba membesar kaget. Eun Gi juga tampak langsung berdiri dari tempat duduknya. “A-Apa? Han Jae Hee dan Ahn Min Young keduanya menyerahkan diri pada polisi? Apa yang terjadi?”

Eun Gi mendengarkan setiap pembicaraan yang diucapkan oleh sekretaris kepercayaannya itu. Walau ujung-ujungnya gadis yang temperamental itu terlihat tak terlalu bisa mengendalikan dirinya mendengar apa yang disampaikan. “A-Apa?” suaranya bergetar mendengar baris terakhir yang diberitahukan padanya. Kini ia berganti melirik Kang Ma Ru yang masih belum bangun pasca operasinya. Kemarahan dan kesedihan berkumpul dari sorot matanya. “Aku akan kesana.” Ungkapnya pada akhirnya.

Setelah pamit pada Ma Ru ia tampak bergegas meninggalkan tempat itu.

*

Selepas kepergian Eun Gi, kali ini terlihat Choco yang mendampingi Ma Ru. Saat ini Choco tampak terus mengajak Ma Ru berbicara demi mendapatkan respon dari saudara seayahnya itu. Sesekali gadis itu terlihat sedih karena Ma Ru tak menunjukkan reaksi, namun Choco terus menepisnya dan terus berusaha tegar karena ia yakin itu adalah cara yang terbaik untuk mendukung Ma Ru.

Ketika Choco sedang membersihkan wajah Ma Ru dengan handuk dan air hangat tiba-tiba ia merasakan gerakkan samar dari salah satu jemari Ma Ru. Choco terlihat cukup kaget, dia langsung berdiri memeriksa keadaan Ma Ru.

Oppa? Kau sudah sadar?” Choco kembali menangis tanpa disadarinya. “Oppa kau bisa mendengarku?Oppa?!” sedikit tidak sabar ia terus memanggil nama Ma Ru untuk mendapatkan reaksinya. Dimana hal itu bersambut dengan gerakkan Ma Ru yang semakin acap, sepertinya Ma Ru benar-benar sadar. “Oppa..” panggil Choco berulang-ulang kali. Hingga akhirnya kelopak mata Ma Ru mulai terbuka secara perlahan. Choco tampak kian menangis haru sambil terus memanggil Ma Ru. “Oppa…”

*

Setelah hampir dua jam pergi, Eun Gi kali ini terlihat kembali ke rumah sakit dimana Ma Ru dirawat. Langkah lelah wanita itu terlihat lebih lelah kini, sama halnya dengan wajahnya yang juga terlihat begitu pucat karena kelelahan. Namun lebih dari itu Seo Eun Gi terlihat lebih menyedihkan kali ini. Matanya sembab menahan air mata, sementara tubuhnya terasa begitu lelah bahkan walau hanya diajak untuk bergerak.

Di tengah lorong rumah sakit menuju kamar Ma Ru ia sempat benar-benar kehabisan tenaga. Eun Gi tampak berhenti sejenak dan meraih dinding lorong. Berusaha menumpukan tubuhnya yang terlihat sangat ringan dan tanpa sadar membiarkan air matanya menetes disana.

“Selain mengakui perbuatannya terhadap ayah anda dan Pengacara-Park, Pengacara-Ahn juga mengakui bahwa dialah yang telah menikam Tuan-Kang semalam. Awalnya dia berencana untuk melukai anda, tapi Tuan-Kang tiba-tiba datang dan memeluk anda sehingga Tuan-Kang lah yang terluka sebagai gantinya..”

Suara Sekretaris-Hyun terngiang kembali di kepalanya sehingga membuat ia benar-benar tak tahan. Seo Eun Gi yang angkuh tampak benar-benar kehilangan karismanya dengan menangis menyedihkan disana.

“Dan juga, selain mengakui semua perbuatannya dengan Pengacara-Ahn selama ini, Han Jae Hee semalam juga mengakui bahwa dialah pelaku pembunuhan yang didakwakan pada Tuan-Kang tujuh tahun yang lalu. Tuan-Kang selama ini tidak tahu apa-apa dan hanya mengorbankan dirinya untuk melindungi Han Jae Hee..”

Air mata Eun Gi kian jatuh tak tertahan. Ia menekan dadanya demi menahan rasa sesak yang ia rasakan terhadap rasa sakit yang selama ini ditahan oleh lelaki yang dicintainya – Kang Ma Ru.

*

Setelah menguatkan dirinya kembali Eun Gi akhirnya bisa kembali mendatangi ruang inap Ma Ru. Eun Gi tak terlalu mengharapkan banyak kala itu, namun ia tampak kaget bercampur senang ketika baru saja membuka pintu ia melihat Jae Gil, Choco, dan dokter yang juga dulu menanganinya sudah berada di ruangan itu. Dilihatnya Ma Ru juga sudah membuka matanya.

“M-Ma Ru-ssi..” panggilnya sedikit tak percaya. Ia tampak segera masuk dan mendekati laki-laki yang sangat ingin dipeluknya. Ia mengabaikan arti pandangan berbeda dari orang-orang lainnya yang ada di ruangan itu. “Ma Ru-ssi kau sudah sadar?” ia lagi-lagi berseru sangat senang sambil menatap wajah Ma Ru yang terlihat masih lemas dan pucat. “Ma Ru-ssi..”

Ia tak terlalu memperhatikan ketika Jae Gil dan Choco sambil membagi tatapan sedih. Sementara itu Ma Ru tampak juga menatap padanya saat ini, walau tatapannya terlihat berbeda.

“Anda siapa?”

Sontak wajah Eun Gi tampak berubah. Ia terlihat tak mampu mengatakan apa-apa sehingga ia lagi-lagi hanya menggumamkan nama Ma Ru yang menatapnya dengan tatapan bingung. “M-Ma Ru-ssi..”

Ditengah kebingungan Eun Gi, Choco kembali meraih bahunya dan mengusapnya. Sementara itu Jae Gil dan dokter yang ada di ruangan itu menghela nafas prihatin.

“Sama seperti yang pernah terjadi pada anda dulu, Kang Ma Ru-ssi juga mengalami amnesia akibat operasi yang dilakukan kemaren. Dia tak bisa mengingat apapun mengenai dirinya..”

Eun Gi tidak tampak terlalu kaget, tentu saja ia sudah tahu kemungkinan hal ini akan terjadi karena dulu ia pernah berada di posisi itu. Namun hal itu tentu saja tak menjadi alasan untuk melarangnya merasa terguncang. Eun Gi tentu saja merasa terpukul mendengarnya.

“Jadi wanita ini siapa? Kalian bilang tadi gadis ini adalah Kang Choco adikku, kau adalah Park Jae Gil teman baikku, sementara anda adalah dokter yang menanganiku. Sementara gadis ini… dia siapa? Apa aku juga terkait dengannya?” Kang Ma Ru bertanya dengan nada bingung dan penasaran. Dia memperhatikan Eun Gi seraya mencoba-coba mengingatnya.

Oppa, unnie ini adalah—“

“—Temanmu. Aku adalah salah satu teman yang kau kenal.” Eun Gi memotong ucapan Choco sehingga membuat tiga orang itu menatapnya sedikit heran dan kaget. Sementara itu Ma Ru masih terlihat berusaha mengingatnya. “D-Dan namaku adalah Eun Gi. Seo Eun Gi. Selamat atas kesembuhanmu, Ma Ru-ssi..” Eun Gi memberikan hormat padanya dan langsung pergi darisana. Ketiga orang itu menatapnya sedih, sementara Ma Ru menatapnya panjang dan masih kebingungan.

“A-Aku melihat keadaannya dulu..” ujar Choco tak lama setelah mendapat kode perintah untuk megikuti Eun Gi dari Jae Gil. Choco lalu segera menyusul Eun Gi keluar ruangan itu, meninggalkan tiga laki-laki itu di dalam. Sementara itu Ma Ru terus menatap pintu itu dengan heran.

“Seo Eun Gi?” ia mengulang menggumamkan nama Eun Gi. Sedikit keras dicobanya untuk mengingat, namun yang ada rasa sakit terasa di kepalanya.

“S-Sebaiknya jangan fikirkan dulu. Istirahatlah dulu, Ma Ru..” Jae Gil menengahi usahanya.

*

Unnie..” Choco memanggil Eun Gi setelah berhasil menemukannya. Saat ini Eun Gi terlihat duduk di salah satu bangku yang terletak tak jauh dari ruang inap Ma Ru. Wanita chaebol itu lagi-lagi menangis disana. “Unnie..” Choco lagi-lagi memanggilnya sambil duduk dihadapan Eun Gi. “Unnie kenapa unnie berbohong pada Ma Ru oppa dan bilang kalau unnie hanya temannya. Unniekan wanita yang dicintainya?”

Eun Gi sedikit meredakan tangisnya dan menatap Choco. Choco tampak kasihan melihat wajah Eun Gi yang memerah karena terlalu banyak menangis.

“Aku adalah bagian dari mimpi buruk dalam hidupnya, Choco. Aku adalah bagian dari kenangan yang menyakitinya..”

“Kenapa unnie berbicara begitu?”

“Choco-ah, apa kamu sudah mengetahui berita itu? Atau apakah kau selama ini sudah tahu bahwa… bahwa Ma Ru bukanlah seorang pembunuh seperti yang selama ini disandangnya. Dia hanya anak laki-laki bodoh yang rela berkorban demi wanita yang dicintainya.”

Choco tampak kaget, dia menatap Eun Gi tak yakin. “A-Apa? Apa maksud unnie?”

“Han Jae Hee lah yang melakukan pembunuhan itu.” Eun Gi terus menangis ketika menceritakannya. “Selama ini Ma Ru hanya mengakui kesalahannya itu sampai ia masuk penjara untuk melindunginya..”

Choco menutup mulutnya, dia terlihat kaget. Sejujurnya hal ini pernah terlintas difikirannya mengingat dulu memang sebelum ditangkap polisi Ma Ru datang menemui Jae Hee. Tapi setelah itu tak pernah lagi ia memikirkan itu, tentu saja dia kaget dengan berita ini.

“Mimpinya yang tidak tercapai, kehidupannya yang berubah setelah itu, pengkhianatan, serta menggunakan aku sebagai cara untuk balas dendam.. semua itu barawal darisana dan semua itu bukan salahnya. Dia tak seharusnya diingatkan kembali tentang betapa malangnya dia kala itu..” jelas Eun Gi sedih. Choco juga tampak mulai menitikkan air matanya, dia kini juga mulai mengingat kembali tentang betapa malangnya hidup kakaknya itu selama ini. “Dan aku ada diantara itu Choco-ah. A-Aku adalah bagian dari kenangan buruk itu..”

“T-Tapi unnie tak bersalah. Lagipula pada akhirnya Ma Ru oppa juga mencintai unnie, dia bahkan sempat bahagia walau hanya sebentar karena unnie. Walau bagaimanapun unnie juga adalah bagian penting dihidupnya.”

“Benar. Tapi tetap saja aku adalah bagian dari kehidupan kelamnya..” Eun Gi menghapus air matanya dan tersenyum miris. “Dia harus melupakan itu semua Choco-ah. Setelah semua yang terjadi, kufikir ini adalah jalan hidupnya untuk melupakan itu semua dan memulai semuanya dari awal..”

“Tapi bagaimana dengan unnie?” Choco menangis hebat lagi kini. Ia kini merasa iba dengan wanita di depannya ini. “Unnie telah melewati banyak hal juga bersama oppa. Unnie juga berkorban banyak hal untuknya. Bagaimana mungkin unnie harus pergi dari hidupnya begitu saja? Ini tidak adil..”

“Siapa bilang aku akan pergi dari hidupnya..” Eun Gi kali ini tersenyum sedikit tulus. Air mata dengan arti lainnya menetes di wajahnya. Choco tampak merasa heran lagi kini.

“Apa maksud unnie?”

“Aku bisa masuk dihidupnya dengan cara lain. Kami bisa memulainya dari awal lagi.”

“U-Unnie..”

“Tolong dukung aku untuk memulai semuanya dari awal lagi Choco-ah. Aku akan kembali mengejarnya lagi, kembali membuatnya menyukaiku lagi sehingga akhirnya dia akan mencintaiku lagi. Aku adalah Seo Eun Gi, aku pasti akan dengan mudah melakukan itu kan?” tanya Eun Gi meminta pendapat sekaligus dukungan. Ia kembali berusaha tersenyum tulus walau hatinya tak setulus itu di dalam.

“Unnie-ah..” Choco menangis haru. Namun gadis itu menganggukkan kepalanya dan berusaha tersenyum. “T-Tentu saja aku akan mendukung unnie. Aku akan selalu membantu unnie untuk membuat kalian saling jatuh cinta dan bersatu lagi. Aku janji.” Katanya bersungguh-sungguh. Keduanya terlihat tersenyum haru sebelum kembali berpelukkan, berusaha tegar walau keduanya sama-sama tahu bahwa ini akan menyakitkan dan melelahkan.

*

Keesokan harinya Eun Gi kembali datang untuk menjenguk Ma Ru. Hari ini ada yang berbeda dari penampilan gadis cantik itu, dia tidak lagi berpakaian formal seperti yang sering dilakukannya. Dia kini mencoba lebih feminism dengan mini-dress dan high-heel bertumit rendah yang dipakainya. Di tangannya juga terlihat sebuah makanan yang dibuatnya sendiri.

Ketika sampai di ruangan tersebut dilihatnya Ma Ru sedang bercanda dengan Choco dan Jae Gil. Pria itu sudah terlihat lebih sehat dari kemaren.

“Hello.” Sapa Eun Gi sambil mengetuk pintu dan tersenyum pada ketiganya. Choco dan Jae Gil tampak senang dengan kedatangannya.

“Unnie kau sudah datang? Masuklah!” Sambut Choco sambil membantu Eun Gi membawakan makanan yang dibawa Eun Gi.

“Wah, Seo Eun Gi-ssi terlihat berbeda sekali hari ini. Aku menyukainya.” Sementara Jae Gil malah tertawa dan memuji tampilan wanita cantik itu.

Sementara itu Ma Ru tampak hanya memandang Eun Gi tanpa mengatakan apapun. Begitu juga ketika gadis itu mendekat padanya dengan sedikit canggung. “Hei Kang Ma Ru-ssi, bagaimana keadaanmu hari ini?” Tanya Eun Gi canggung.

“Seperti yang terlihat.” Ma Ru menyahut singkat. Bukannya tidak ramah, hanya saja dia masih tak ingat siapa gadis ini sehingga sulit baginya untuk akrab dengannya.

“Hari ini aku sudah membawakan makanan kesukaanmu. Semoga kau suka.”

“Makanan kesukaanku? Apa memangnya makanan kesukaanku?”

“Sup belut. Dulu kau sangat menyukainya.”

“Waah, Seo Eun Gi-ssi kembali berusaha keras membuatnya ternyata. Padahal kau sendiri takut pada benda itu.” Jae Gil tertawa menggodanya. Seo Eun Gi tampak tersenyum sedikit malu karena pujian itu. Dia jadi mengingat lagi perjuangannya pagi ini untuk menyiapkan makanan itu untuk Ma Ru. Rumah dan dapur langsung heboh dengan teriakannya.

“Maaf, aku memang hilang ingatan dan tidak tahu apa-apa soal masa laluku, tapi sepertinya aku bukan tipe orang yang menyukai makanan seperti itu.” Ucapan Ma Ru membuat canda tawa di antara mereka berubah menjadi canggung dan beku. Semuanya menoleh pada Ma Ru yang mengingat-ingat sesuatu.

“Ma Ru kenapa kau berkata begitu.” Bisik Jae Gil tak enak melihat ekspresi sedih yang kini terlihat di wajah Eun Gi.

“Aku hanya mengatakan apa yang sekarang kufikirkan. Apa itu salah?” Ketiganya tak menyahutinya. Semuanya tahu tipe pria seperti apa Ma Ru dari awal. Wataknya itu sepertinya tak berubah walau ia sudah lupa ingatan sekalipun – malah seperti tambah parah.

“Walau begitu, kenapa oppa tidak coba dulu.” Choco tampak berusaha menenangkan suasana dengan mendekati kakak laki-lakinya sambil membawa wadah yang dibawa Eun Gi. Menunjukkan pada Ma Ru yang melihatnya tak bersemangat.

“Apa itu pantas disebut makanan? Bentuknya jelek begitu.”

Oppa..” Choco berbisik cepat padanya. Dia melirik tak enak pada Eun Gi yang kini terdiam. “Unnie—“

“Aku mengerti kalau kau hilang ingatan, tapi bukan berarti kau melupakan attitude-mu, Kang Ma Ru-ssi.” The real Seo Eun Gi sepertinya tidak bisa bersembunyi lebih lama lagi karena perlakuan yang dianggapnya tak menyenangkan itu. Gadis itu kini menampakkan tatapan dinginnya pada pria itu yang cukup terkejut dengan respon yang diberikan.

“Aku hanya mengatakan kebenarannya.” Ma Ru balas menjawab tak mau kalah.

“Tapi kau tak seharusnya mengatakan hal seperti itu pada pemberian orang lain.”

Baik Jae Gil ataupun Choco memberikan tatapan bingung satu sama lain. Keduanya tahu kalau dua orang ini karakternya sama dan keras kepala. Tapi saat sekarang ini, bagaimana mungkin mereka masih sempatnya bertengkar di kala seharusnya mereka menyatukan hati mereka lagi.

“Nona, kau gadis terkasar yang pernah kutemui.” Ma Ru tampak ikut kesal dengan reaksi Eun Gi yang menurutnya sangat Arogan.

“Memangnya kau ingat gadis seperti apa saja yang pernah kau temui sebelumnya, Kang Ma Ru-ssi.”

“Apa kau sekarang mengejek keadaanku?”

“Ma Ru-ah..” Jae Gil melarang Ma Ru, sementara Choco melarang Eun Gi. Kedua orang itu kini seperti bermusuhan saja dengan tatapan tajam satu sama lain.

“Aku hanya tidak mengerti, ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia bisa segini kasar? Apa dia tidak dididik dengan baik? Sejak awal aku melihatnya sesuatu tidak beres terlihat dari sorot matanya yang seperti sorot mata seorang pembangkang.” Jelas Ma Ru pada Jae Gil yang berusaha melarangnya. Berbicara panjang lebar mengkritik Eun Gi sesuai pengamatannya beberapa hari ini.

“Ya, aku memang pembangkang. Aku bahkan meningalkan ayahku yang sakit demi seorang pria yang aku cintai.”

“Kau lihat sendiri?” Ma Ru seperti mendapat pembelaan. Sementara Jae Gil dan Choco malah tambah bingung dengan keduanya.

“Apa kau tahu siapa pria itu?”

“Apa aku perlu tahu?”

“Luar biasa! Kau mengejek attitude-ku tapi kau juga tidak berprilaku baik.” Seo Eun Gi terlihat benar-benar kesal. “Sepertinya menemuimu adalah pilihan yang salah.” Eun Gi merebut kasar kotak bekal yang masih di tangan Ma Ru, membuat isinya sedikit tumpah mengenai Ma Ru. Ma Ru langsung berteriak kesal. “Sampai jumpa lagi, Tuan pengkritik!” Seru Eun Gi meninggalkan tempat itu dengan kesal.

“Kau tak perlu datang lagi aku tak ingin bertemu denganmu!” Teriak Ma Ru kesal. Tapi Eun Gi sama sekali tak mendengarkannya dan terus berlalu meninggalkan tempat itu.

Oppa..” bisik Choco agak kesal dengan perlakuan kakaknya pada Eun Gi. Gadis itu kembali menyusul Eun Gi meninggalkan dua sekawan itu di dalam kamar. Sementara Jae Gil menatap rekannya itu panjang.

“Kau sudah keterlaluan Kang Ma Ru, kau sebenarnya tahu itu bukan?” tegurnya.

“Mau bagaimana lagi? Dia juga sudah keterlaluan. Lihat, pakaian dan selimutku jadi berantakan begini karena ulahnya. Tak bisakah kau minta perawat untuk mengantar selimut dan pakaian baru?”

“Hah, melihatmu begini sepertinya kau benar-benar sudah sehat. Walau tetap saja perbuatanmu tidak dapat dibenarkan.” Jae Gil berniat pergi, namun tak lama dia berhenti lagi dan melirik Ma Ru. “Aku tak berhak mengatakan ini, tapi aku merasa perlu mengatakan ini padamu. Kau sebaiknya berhenti membenci Seo Eun Gi kalau kau tidak mau menyesal.”

“Apa maksudmu?”

“Seo Eun Gi itu adalah wanita yang kau cintai. Wanita yang kehadirannya selalu kau tunggu..” Kata Jae Gil sambil berjalan meninggalkan ruangan itu untuk mendapatkan selimut dan pakaian ganti untuk Ma Ru. Sementara itu Ma Ru yang tertinggal di belakangnya tampak heran mendengar ucapan Jae Gil.

“Wanita yang kucintai? Yang benar saja.”

*

Dalam beberapa hari, Eun Gi tidak mengunjungi Ma Ru. Hal itu membuat Jae Gil dan Choco mulai bertanya-tanya apakaha Eun Gi marah karena perlakuan Ma Ru waktu itu. Sementara itu Ma Ru tentu tidak menunjukkan jenis reaksi apapun walaupun sebenarnya dia mulai penasaran mengenai kebenaran ucapan Jae Gil waktu itu.

Benarkah Eun Gi dulu adalah wanita yang dicintainya? Benarkah Eun Gi adalah wanita yang selalu ditunggunya? Dia mengalami waktu yang cukup panjang setiap harinya untuk memikirkan segala kemungkinan atau penolakan dari hal tersebut.

Siang hari ini Ma Ru berjalan sekeliling rumah sakit untuk membeli minuman kaleng. Memang sejak beberapa hari ia bangun Ma Ru bisa dikatakan tidak terlalu betah di ruang inap padahal dia belum diperbolehkan pulang. Untuk itu di beberapa kesempatan Ma Ru sering berjalan keluar ruangan untuk sekedar menghirup udara segar.

Setelah mengambil minuman ia berniat untuk duduk di salah satu sudut yang sering ia tempati. Namun hari ini keadaannya berbeda ketika tak sengaja ia melihat Eun Gi berjalan mendekat ke arahnya.

“Dia datang lagi.” Gumamnya dalam hati. Namun tak lama dia kelihatan bingung karena Eun Gi ternyata tidak berjalan ke arah ruang inapnya. “Apa selain kasar gadis itu juga pelupa?” entah apa yang ada di fikiran pemuda itu ia mengikutinya.

*

Akhirnya ia dapat mengunjungi rumah sakit setelah hari itu. Bukannya karena marah dengan sikap Ma Ru waktu itu melainkan karena dia tengah disibukkan dengan konflik yang berkembang di Taesan setelah skandal besar yang dilakukan Han Jae Hee. Barulah hari ini ia kembali ke rumah sakit untuk menjenguk Ma Ru, walaupun sebelumnya ia harus menjenguk Pengacara Park yang juga pulang hari ini.

Pengacara Park sudah lebih sehat walaupun dia masih lemah. Laki-laki yang selalu setia mendampinginya itu juga masih menggunakan kursi roda karena dia belum terlalu kuat berjalan. Kata dokter, butuh beberepa terapi untuk membuatnya sehat seperti dulu.

“Anda tidak seharusnya datang kalau sedang sibuk, Direktur.” Ucap Pengacara Park Joon Ha begitu melihatnya. Raut senang tak bisa disembunyikan oleh wajah tampannya yang terlihat pucat.

“Sekarang aku bukan lagi seorang Direktur Pengecara Park, tapi sudah menjadi Presiden Direktur.”

“M-Maafkan saya, Presdir.” Eun Gi tersenyum melihat segala kekakuan yang sering ditunjukkan Park Joon Ha. Tak peduli dalam kondisi apapun dia seringkali berlaku formal padahal dia bagaikan kakak laki-laki bagi Eun Gi. Eun Gi bahkan tahu kalau laki-laki itu menyukainya sejak mereka kecil.

“Kenapa oppa senang sekali bertindak kaku. Padahal kau temanku saat masih merangkak.” Kata Eun Gi ringan sambil membantu mendorongkan kursi roda Pengecara Park keluar. Di belakang mereka kini ada beberapa orang bawahan yang membantu membawakan segala keperluan Joon Ha.

“Melihatmu hari ini sepertinya sesuatu yang baik terjadi. Padahal aku tahu bahwa kau sedang menghadapi banyak masalah saat ini baik itu mengenai Taesan ataupun Tuan-Kang Ma Ru.” Joon Ha menoleh padanya. “Berbicara soal Tuan-Kang Ma Ru, bagaimana khabarnya? Terakhir kudengar dia berhasil selamat dari operasi. Apa sekarang kau sudah menemuinya, Eun Gi?”

“Belum.” Eun Gi tampak tersenyum pahit sambil terus mendorong kursi roda Joon Ha. “Dia tidak mengingatku sama sekali.”

“Apa maksudnya…” Joon Ha menoleh pada Eun Gi, terlihat ragu mengatakannya.

“Ya, kami seperti bertukar tempat.”

Keduanya terus berjalan meninggalkan ruangan tersebut tanpa menyadari ada yang memperhatikan keduanya dengan tatapan dingin dan ekspresi stoic.

*

Ma Ru memutuskan kembali ke kamarnya dengan berbagai pertanyaan dalam fikirannya. Ia tak mengerti apa yang terjadi. Kata Jae Gil, Eun Gi adalah wanita yang disukainya tapi kenapa rasanya semakin tidak mungkin saja? Selain karena persoalan perasaan, tadi itu Eun Gi terlihat mesra dengan laki-laki lain. Ma Ru juga tak bisa memastikan tapi sepertinya mereka mempunyai hubungan yang lebih dari teman. Walau begitu juga sangat mustahil kalau Jae Gil bohong padanya, bukan?

Semuanya terasa membingungkan.

“Permisi.” Suara seruan yang datang setelah ketukan pintu terdengar. Ma Ru sedikit kaget menemukan wanita yang baru difikirkannya saat ini ada di depannya. Berdiri di depan pintu.

“Ada apa? Katanya tidak akan datang kesini lagi.” Ma Ru tersenyum sinis mengejek wanita yang langsung berdecak sebal itu. Padahal dalam hati Ma Ru cukup heran kenapa tiba-tiba dia di rumah sakit ini lagi. Ia kira tadi dia sudah pergi bersama laki-laki yang dilihatnya tadi.

“Kebetulan aku ada keperluan, jadi aku datang untuk berkunjung.” Wanita itu kemudian memasuki ruang inapnya. Ma Ru menatapnya sedikit panjang, baru menyadari kalau wanita itu kini berpakaian sedikit formal yang terlihat mahal. Apa dia ini sejenis wanita karier?

“Choco atau Jae Gil-ssi kemana?” Tanya Eun Gi tanpa menoleh padanya. Entah gadis itu muak padanya atau memang canggung.

“Mereka ada keperluan. Kalau kau ingin tahu apa keperluan itu silahkan tanya sendiri pada mereka karena aku tebak kau punya ponsel.”

“Haah, kau benar-benar menyebalkan.” Eun Gi meliriknya dengan mendengus kesal. Sementara Ma Ru hanya memberikan tatapan datar tak peduli. “Bagaimana kondisimu? Apa kau sudah tahu kapan bisa pulang?”

“Sekitar beberapa hari lagi.”

“Hum..” Eun Gi menganggukkan kepalanya pelan. Masih tak menatapnya ketika gadis itu melirik sekeliling ruangan itu seakan hal itu lebih menarik daripada Ma Ru. Yang benar saja, Ma Ru memang tidak ingat apapun tapi dia cukup percaya diri dengan penampilannya. Dalam hal ini ia tak seharusnya kalah dari tembok-tembok putih yang kini diperhatikan wanita ini.

Sekarang sebenarnya kalau diperhatikan, dia mengakui kalau Eun Gi itu adalah gadis yang cantik. Sesuatu juga cukup kuat darinya, aura dingin yang membuatnya terlihat lebih menarik dengan beberapa alasan. Tapi tetap saja Ma Ru tak mengerti apa benar dia memiliki perasaan seperti itu pada wanita itu. Rasa-rasanya wanita seperti Eun Gi ini bukan kriterianya.

Di tengah kegiatannya memperhatikan gadis itu, Eun Gi tiba-tiba menoleh padanya. Tentu saja Ma Ru sedikit kaget walau ia tetap bisa memasang wajah pocker face ketika memalingkan wajahnya.

“Kenapa kau menatapku? Apa akhirnya kau menyadari betapa cantiknya aku ini?” Eun Gi tersenyum sinis. Ma ru kini tampak ikut tersenyum sinis.

“Sayangnya aku tidak terlalu memperdulikan itu. Aku hanya penasaran kenapa kau selalu datang belakangan ini. Aku penasaran, apa sebelumnya kita ini berkencan? Atau, apakah sebelumnya kau adalah sejenis wanita yang terus berusaha mengejarku namun aku acuhkan?”

“Menurutmu?” Eun Gi bergumam pelan yang kali ini terdengar miris. Ketika Ma Ru melirik padanya dilihatnya ekspresi wanita itu berubah menjadi lebih tak terdefinisikan olehnya.

“Entah. Aku tak tahu apa-apa.” Ma Ru jujur mengatakannya. Tapi melihat ekspresi Eun Gi saat ini ia juga semakin tak mengerti. Ada apa sebenarnya? Apa benar yang Jae Gil katakan tentang hubungan mereka? Kalau memang begitu seharusnya Eun Gi mengatakannya dan bukannya malah mengajaknya berteka-teki seperti ini.

“Aku pergi dulu. Aku akan kembali lagi besok.” Eun Gi kini pergi tanpa menoleh lagi padanya. Lagi-lagi meninggalkan Ma Ru dengan kebingungannya dengan semua ini.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
emoonsong #1
Chapter 1: Woah menarikkk... kerenn.... mereka berukar tempat... karakter alami maroo bertemu dengan karakter eun gi,,, woahh,,, memulai dr awal...
nisaananda #2
Chapter 1: Ayoooo lanjutkaaaan.
seopiro #3
Chapter 1: Penasaran nih gimana author bakal ngembangin cerita ending NG. Cara author nulis juga menyenangkan, penggunaan istilah pakai bahasa Koreanya tepat dan gak ganggu (sorry, kadang suka gak nyaman sama yang nyelipin bahasa Korea di ff tapi gak tepat). Ditunggu update nya author.
charism #4
Chapter 1: wihiiii ada cerita chaeki baruuu . pasti belum bs move on dari chaeki hehehe aku pun samaa, meski ada descendant of the sun .
semangaaat ya kaa lanjutin ceritanya, aku suka jalan cerita nya , bahasa nya jg :)
semoga nextpartnya ga lama2 yaa hehe
Shaiaisnani1014 #5
I want to read this chaeki fanfic but i can't understand it, please authornin can you translate it in english i hope you translate this story in english pretty please... I'm begging, seems like your story is good i want to read it but i really can't understand.