KINGDOM OF LUST (2-END)

KINGDOM OF LUST (2-END)

.....

            Woohyun sedang berdiskusi dengan beberapa petinggi di depan istana. Mereka sedikit berdebat dan memberikan usulan agar bisa diterima baik lawan bicaranya. Lalu, Ratu Jisoo menghentikan sejenak diskusi kecil mereka.

“Woohyun, kita harus bicara!” kata sang ratu dengan raut wajah serius

“Ada apa???”

Ratu Jisoo mengajak suaminya menuju kamar agar orang lain tak tahu pembicaraan mereka berdua.

“Ada apa, sayangku??”

“Aku ingin bertanya padamu... siapa perempuan itu??”

“Apa maksudmu?? Aku tidak tahu??”

“Kau pura-pura tidak tahu??? Perempuan yang berada di barak itu”

Raja Woohyun menyadari perkataan istrinya yang mengarah kepada Panglima Mijoo.

“Maksudmu panglima baru kita??? Memangnya kenapa??”

Jisoo membalikkan badannya dan sedikit menjauhi sang raja

“Apa kau lupa dengan skandal 10 tahun lalu yang menimpa kerajaan kita??”

Sang raja terdiam seribu bahasa karena ucapan sang ratu membuat dirinya terseret ke masa lalu yang kelam.

“Skandal itu.....”

“Iya, kau pasti ingat, bukan??” tanya Ratu Jisoo dengan tatapan tajamnya

“Kenapa kau mengungkit skandal itu lagi??” balas sang raja heran

“Dulu, Jenderal Junyoung telah memperkosa 10 tentara perempuan hingga ada melahirkan dan ada yang meninggal.... Lalu semua orang telah mengetahui kejahatannya dan memaksa jenderal itu untuk dihukum mati.... dan kau sebagai raja, mengapa kau mengingkari janjimu untuk melarang tentara dan panglima perempuan bergabung di kerajaan kita??!!” kata Jisoo mendorong pelan dada suaminya dengan jari telunjuknya

“Maafkan aku, aku sudah mencabut larangan itu sejak kau bersembunyi.... aku ingin kekuatan tentara kita semakin.....”

“Kau bohong!! Aku tidak percaya dengan ucapanmu!!” pekik sang ratu

“Jisoo, jangan bertindak emosi seperti itu.... aku tidak ingin ucapan kita di dengar orang lain”

Ratu Jisoo meredam amarahnya dan memberi ancaman kepada suaminya

“Jika tanganmu menyentuh tubuh perempuan itu, aku akan memerintahkan pengawal untuk menghukum mati dirimu!”

“Baiklah, aku berjanji untuk itu... aku juga menjamin tidak ada tentara maupun petinggi kerajaan yang mendekati dia!”

“Camkan itu, Woohyun!”

Raja Woohyun meninggalkan istrinya lalu melanjutkan urusannya yang terhenti sejenak. Hubungan suami-istri itu mulai memanas hanya karena seorang panglima perempuan di kerajaannya. Ratu Jisoo gerah dengan peraturan kerajaan yang dibuat suaminya telah menyimpang dan melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Sang ratu segera beristirahat untuk menenangkan pikirannya.

            Raja Woohyun berlatih memanah sendirian di sore hari. Banyak anak panahnya tak menyentuh titik tengah sasaran. Pikirannya terus dibayangi oleh ucapan istrinya tadi siang, membuat konsentrasinya menjadi buyar dan seakan tangannya tak menyatu dengan busurnya. Tiba-tiba, tali busur sang raja putus dan nyaris mengenai matanya. Ia membanting busurnya dengan kesal dan meninggalkan tempat latihan. Jenderal Dongwoo yang melihat keadaan latihan sang raja, mencoba berbicara dengannya.

“Yang Mulia, ada apa denganmu?”

“Aku baik-baik saja...” sang raja menganggukkan kepalanya

“Tapi, kau......”

“Sudahlah, Jenderal.... kembalilah ke tempat kerjamu”

Sang raja berlalu meninggalkan Jenderal Dongwoo. Kemudian sang raja duduk di ranjangnya memikirkan masalah yang semakin menghantuinya. Lalu ia melihat kedua tangannya sambil mengingat kembali kejadian sebelumnya yang ia perbuat.

Aku.... aku sudah menikmati dan merasakan tubuh musuhku sebagai tanda kemenanganku... harusnya aku menolaknya, bukan menerimanya.... aku tak mau skandal ini terjadi lagi

Dia merasa sudah menodai wajah kerajaannya meski semua orang belum mengetahui masalahnya, hanya Ratu Jisoo yang sudah tahu keberadaan panglima Mijoo.

Aku harus keluar dari masalah ini... apapun caranya.... jika ada seseorang yang mengetahui skandal ini, aku siap menerima resikonya!” batin sang raja dengan mengukir wajah serius

.

.

            Di kerajaan Myungduk, suasana di istana cukup memanas terkait kekalahan melawan kerajaan Gunsan. Raja Jaehyung membentak Jenderal Hanbin yang membuat kesalahan besar dalam menyusun pertempuran. Ia juga menyalahkan jenderalnya karena meninggalkan Panglima Mijoo sendirian.

“Kau meninggalkan panglima itu di sana, hah??!!”

“Maafkan aku... aku tidak tahu dia ikut melarikan diri bersama kami”

“Kau bodoh!!! Percuma aku mengangkatmu sebagai jenderal!! Sekarang kau harus menemui ajalmu!!”

“Aku mohon... jangan beri hukuman mati kepadaku”

Jenderal Hanbin terus memohon ampun tetapi Raja Jaehyung tak mau memaafkannya, sang raja malah menyuruh dua pengawalnya

“Pengawal, bawa Jenderal Hanbin menuju tempat eksekusi mati”

“Baik, Yang Mulia” ujar seorang pengawal

“Yang Mulia..... Yang Mulia!!!”

Setelah suara jenderal itu tak terdengar lagi, Raja Jaehyung kembali ke singgasanannya. Jenderal Chanwoo yang berada disampingnya mulai bertanya kepada sang raja.

“Yang Mulia, apakah kita harus menyelamatkan Panglima Mijoo??”

“Tak perlu, dia sudah mati..... sekarang kita susun rencana untuk menghancurkan kerajaan Gunsan!”

“Dengan senang hati, Yang Mulia..... kemenangan akan datang ke kerajaan kita”

Jenderal Hanbin dibawa ke tempat eksekusi mati. Kepala dan tangannya dijepit dengan kayu tebal. Sang algojo mengeluarkan sebilah pedang panjang dan mengarahkannya ke leher sang jenderal. Lalu seorang pengawal memberi aba-aba kepada sang algojo dengan mengangkat satu tangan

“SIap......1......2.........3!!!!!”

Pengawal itu menurunkan tangannya, diikuti oleh hunusan pedang sang algojo. Kepala Jenderal Hanbin jatuh ke tanah dan nyawanya pun melayang dengan seketika. Lalu pengawal itu membawa tubuh sang jenderal dan membuangnya ke dasar sungai

            Panglima Mijoo seperti biasa berlatih sendirian di malam hari, ditemani oleh pedang ditangannya. Dia berkonsentrasi dan bersiap untuk menyerang, seolah-olah melihat musuh yang ada di hadapannya. Namun Mijoo ternyata tak sendirian. Di dekat gerbang barak, Jenderal Daeryong mengawasi latihan panglima itu.

“Istirahat di tempat!!”

Sang panglima langsung berdiri tegap ketika mendengar perintah jenderal Daeryong.

“Sekarang ikutlah denganku....”

Jenderal Daeryong mengajak Panglima Mijoo untuk duduk bersama di dekat kemah barak.

“Panglima Mijoo, kau banyak peningkatan sejauh ini.... latihanmu cukup memuaskan.... aku terkesan dengan ketangguhanmu” puji Jenderal Daeryong

“Terima kasih, Yang Mulia” balas Panglima Mijoo sambil menundukkan kepalanya

“Mungkin..... aku harus sampaikan kepada Yang Mulia untuk mengangkatmu sebagai jenderal”

“Tapi... aku...”

Mulut panglima Mijoo terbata-bata mendengar ucapan sang jenderal, ia merasa tak siap dengan hal itu apalagi pangkatnya sebagai panglima sudah cukup baginya

“Tidak apa-apa.... kebetulan di kerajaan kita sedang kekurangan jenderal... aku siap membawamu kepada Yang Mulia Raja”

Di balik ucapan sang Jenderal, ada gelagat aneh yang ingin menjebak panglima Mijoo agar bisa merasakan tubuh dan nafsunya. Jenderal Daeryong meraba lengan sampai ke pahanya. Lalu timbul rasa curiga di dalam benak panglima Mijoo

“Bagaimana??? Kau mau menerimanya??” tanya lagi Jenderal Daeryong dengan tatapan seduktif kecil

“Hmm.... Yang Mulia, maafkan aku... untuk sementara ini aku tak dapat menerimanya... aku hanya ingin melayani tugas kerajaan sebagai panglima”

“Kenapa??? Apa kau tidak mau ruangan yang nyaman, perlengkapan tempur yang lengkap dan uang yang berlimpah?”

Jenderal Daeryong terus menawari panglima itu dengan tawaran yang menggiurkan

“Tidak perlu, Yang Mulia.... aku rasa mengawal kerajaan ini adalah hal yang terpenting dalam hidupku... aku ingin membawa kemenangan untuk kerajaan ini bukan semata-mata mencari pangkat seorang jenderal”

Pada akhirnya tawaran demi tawaran yang dilancarkan Jenderal Daeryong tak membuat sang panglima tertarik. Panglima itu tetap pada tujuannya. Niat jahat Jenderal Daeryong menjadi hilang.

“Baiklah, kalau itu maumu... semoga kau bahagia di kerajaan ini... Sekarang kau boleh lanjutkan kegiatanmu.. Pembicaraan selesai!”

“Siap, Yang Mulia!”

Jenderal Daeryong berlalu meninggalkan Panglima Mijoo menuju rumahnya dengan hati yang kesal.

.

.

            Pagi hari menjelang, penduduk Gunsan memulai aktivitasnya masing-masing. Mereka bersemangat menjalani hari terbaiknya. Para pedagang menjajakan dagangannya, pandai besi sedang merakit senjata dan banyak anak kecil berlarian bersama temannya. Tentara Gunsan berjalan di tengah-tengah pemukiman untuk menjaga penduduk dari musuh yang datang. Sementara di istana, Ratu Jisoo sedang berendam di bak mandi yang besar. Pelayan perempuan memandikan tubuh sang ratu dan juga memijat pundaknya. Sembari menunggu waktu berendamnya selesai, sang ratu mengajak berbicara dengan pelayannya

“Apa kau punya seorang suami??”

“Ya, Permaisuri... tapi sekarang hubungan kami sudah hancur”

“Kenapa???”

“Suamiku telah berselingkuh dengan wanita lain... jadi dia meninggalkanku karena aku dianggap wanita yang tak berguna di matanya... dia lebih memilih wanita yang lebih cantik daripada aku”

Mendengar curhatan pelayannya, pikiran Ratu Jisoo terlintas pada satu wajah yang ia cintai selama ini, Raja Woohyun. Ia berpikir bahwa suaminya akan berselingkuh dengan panglima Mijoo. Namun dia yakin suaminya tak akan berpaling dari hatinya.

“Yang Mulia, bolehkah aku bertanya??” tanya pelayan itu

“Apa itu??”

“Bagaimana hubungan Permaisuri dengan sang raja???”

“Hmmm.... hubungan kami baik-baik saja... dia semakin mencintaiku dan menjagaku... aku kagum padanya” senyum sang ratu

“Aku harap hubungan Permaisuri tetap abadi sampai selamanya”

“Ya, terima kasih....”

            Makan malam pun tiba, para petinggi kerajaan duduk menyantap makanan yang disediakan di meja yang besar. Banyak sekali hidangan pada malam itu. Mereka menyantap hidangan kerajaan itu dengan lahap. Setelah puas menyantap makan malam, mereka mengadakan rapat kecil untuk membahas keadaan kerajaan.

“Yang Mulia, apakah ada rencana penyerangan yang akan datang??” tanya Jenderal Dongwoo

“Untuk saat ini, kita harus membangun dulu kerajaan ini dan membentuk tentara-tentara kita menjadi lebih kuat” jawab Raja Woohyun

“Tapi Yang Mulia, ini untuk perluasan kerajaan kita, agar semakin kuat dan tak dapat dibendung oleh musuh yang mengancam” usul Jenderal Seyong

“Tidak apa.... kerajaan kita sudah aman... aku yakin kita tidak lagi kecolongan seperti dulu...”

“Baik, Yang Mulia”

“Yang Mulia, apakah anda ingin membutuhkan pengawal pribadi?? Ini untuk keselamatan Yang Mulia dan Permaisuri” usul Jenderal Daeryong

Raja Woohyun tampaknya menerima usulan Jenderal Daeryong yang dinilainya baik. Lalu sang raja berkata demikian

“Aku setuju dengan usulanmu, sang jenderal... tapi aku sendiri yang memilih pengawal pribadiku...kalian tak boleh ikut campur”

Mereka menyambut baik ucapan sang raja. Tetapi ada satu yang terlihat keberatan meski dirinya sudah menerima ucapan itu. Ratu Jisoo menjadi curiga apabila suaminya akan memilih Panglima Mijoo sebagai pengawalnya. Perasaannya menjadi tak enak jika panglima itu bisa saja mengusik hubungannya dengan sang raja. Rapat kecil berakhir, mereka beranjak meninggalkan meja dan kembali beristirahat. Lalu sang ratu berbicara kembali dengan suaminya itu.

“Apa kau yakin membutuhkan pengawal untuk menjaga kita??” tanya sang ratu penasaran

“Ya, istriku... memangnya ada apa??”

“Bagaimana kalau aku yang memilih sendiri pengawalnya???”

“Tidak usah... biar aku saja... lagipula memilih pengawal pribadi tak perlu ada perdebatan panjang, bukan??”

“Hmmm, aku tahu itu....” geram kecil sang ratu

.

.

“Yang Mulia..... Yang Mulia!!”

Seorang tentara berlari tergesa-gesa ke dalam istana menghadap sang raja

“Yang Mulia.... ada seorang mata-mata musuh di kerajaan kita”

“Apa??!! Sekarang dimana mata-mata itu??”

“Dia berada di tempat persembunyiannya.....”

“Baiklah.... sekarang antarkan aku kesana...”

Sang raja bergegas ke tempat persembunyian mata-mata musuh diantar oleh tentaranya. Mereka sampai ke tempat itu yang letaknya berada di ujung pemukiman. Disana sudah ada tentara Gunsan lainnya yang menangkap mata-mata itu dalam keadaan tangan terikat.

“Oh, jadi kau adalah seorang mata-mata??? Kau cantik sekali rupanya....” kata raja Woohyun

Seungyeon -mata-mata itu memandang sang raja dan bawahannya dengan tatapan yang jahat

“Diam kau, tikus busuk!!” umpat Seungyeon

“Pukul dia!!” pekik sang raja

Tentara itu menghajar pipi Seungyeon dengan ujung tombaknya.

“Sekarang... mau apa kau datang ke kerajaanku, hah??!!” bentak sang raja lagi

“Hahaha..... aku datang untuk menghancurkan kerajaanmu dan membunuh keluargamu... hahaha.... dan sebentar lagi, pasukanku akan datang untuk menghabisi seluruh isi kerajaanmu” geram Seungyeon

“Darimana kerajaan mana kau berasal??!!”

“Kau tak perlu tahu soal itu.... yang terpenting, aku dari kerajaan yang terkuat dan tak terkalahkan di seluruh Korea!!”

Lalu sang raja menggali ingatannya, tertuju pada satu nama kerajaan yang kini menjadi musuh bebuyutannya yaitu Myungduk. Emosi sang raja memuncak, lalu ia mengambil sebilah pedang milik seorang tentara dan mengarahkannya ke leher mata-mata itu

“Sebaiknya aku akan menyingkirkanmu dari kerajaanku!! Kau tak pantas untuk hidup!!” bentaknya lagi

“Hahaha.... coba saja, pemimpin bodoh!!!”

Raja Woohyun menebas leher Seungyeon hingga kepalanya terpisah dari badannya, darahnya mengucur deras membasahi tanah yang kering. Sang raja yang sedang marah memerintahkan pasukannya untuk membuang mayat itu jauh-jauh dan beranjak meninggalkan tempat itu.

Ratu Jisoo sedang berjalan kesana-kemari mencari keberadaan suaminya, seluruh istana sudah ditelusurinya namun tak menemukan batang hidungnya. Lalu ia berdiri di depan istana sambil memandang langit dengan wajah penuh keheranan

Kemana saja kau, Woohyun?? Kenapa kau tak memberitahuku jika kau sedang pergi??? Apa mungkin kau pergi mendekati panglima itu??” batin sang ratu

Raja Woohyun kembali ke istana dengan wajah yang kesal. Kedatangannya disambut oleh sang ratu yang sudah menunggunya.

“Woohyun, kau pergi kemana saja??? Kau sudah membuatku khawatir” kata ratu Jisoo

“Sudahlah... aku ingin beristirahat dulu!” kesal Raja Woohyun

Saat sang raja melangkahkan kakinya, ratu Jisoo baru menyadari ada noda darah yang membekas di baju kerajaan suaminya. Dengan sigap ia menghadang langkahnya

“Tunggu sebentar.... ada apa dengan pakaianmu??” tanya sang ratu sambil menunjuk noda itu

“Ahhh sial..... aku akan membersihkannya sendiri” geram sang raja yang baru menyadarinya

“Tapi suamiku... ada apa sebenarnya??? Apa kau telah membunuh seseorang??” tanya sang ratu lagi dengan penasaran

“Tadi aku..... membunuh seorang musuh yang sudah menganggu kerajaan kita!”

“Apa??!! apa mungkin musuh sudah tahu kelemahan kita???” panik kecil sang ratu

“Aku tak mau membahas itu lagi! Mulai sekarang, aku mencari cara untuk mengalahkan musuh yang akan menyerang kita!” sang raja langsung melanjutkan langkahnya

“Woohyun, tunggu....!”

.

.

Malam telah larut, nyanyian burung hantu memecah keheningan di tengah dinginnya suasananya, semua penghuni kerajaan telah tertidur lelap. Kecuali Raja Woohyun yang sedang berjalan-jalan ke pemukiman Gunsan sambil memikirkan nasib kerajaannya, langkahnya pelan dan matanya terus memaksa untuk terbuka meski rasa kantuk sudah menyerangnya. Lalu dia melihat Panglima Mijoo bersama kedua tentara sedang berjaga-jaga di sekitar pemukiman warga, mereka berjalan tepat ke arah sang raja.

“Selamat malam, Yang Mulia” sapa mereka sambil menundukkan kepala

“Selamat malam juga.... aku ingin berbicara denganmu, Panglima Mijoo... ada urusan penting yang harus kusampaikan kepadamu”

“Baik, Yang Mulia”

Panglima Mijoo memerintahkan kedua tentara itu untuk melanjutkan tugasnya.

“Ada apa, Yang Mulia??”

“Sekarang aku mengangkatmu sebagai pengawal pribadiku untuk melindungi dari musuh yang ingin menyerangku” titah sang raja

Mijoo tampak ragu-ragu mendengar pengangkatan mendadak yang diberikan sang raja. Namun itu tak dapat ditolaknya, karena tugas yang cukup penting baginya

“SIap, Yang Mulia... mulai sekarang, saya setia untuk melindungi Yang Mulia dan seisi kerajaan ini” ucap Panglima Mijoo dengan penuh semangat

“Bagus!! Sekarang tugas pertamamu sebagai pengawalku adalah..... kembalilah ke kerajaan lamamu”

“Benarkah, Yang Mulia??? Apa aku boleh bertemu dengan keluargaku??” sang panglima membulatkan matanya

“Tidak, bukan itu.... kau harus menculik putri dari penguasa kerajaan Myungduk...”

“Hmmm jika aku boleh bertanya.... ada apa sebenarnya, Yang Mulia???”

“Aku ingin membuat perhitungan dengan mereka karena sudah menganggu ketenangan kerajaanku... sekarang, kau harus pergi ke sana dan culik putri pemimpin mereka”

“Siap laksanakan, yang Mulia!!”

Mereka pun membubarkan diri, Panglima Mijoo pergi menunggangi seekor kuda dan menjalankan tugas yang diberikan sang raja barusan.

            Matahari bangkit dari tidurnya. Panglima Mijoo datang kembali ke kerajaan bersama tawanan raja Woohyun, wajah tawanan itu tertutup karung goni. Lalu dia bertemu dengan pengawal istana.

“Aku membawa tawanan ini untuk Yang Mulia... bolehkah aku bertemu dengan Yang Mulia??”

“Boleh...ikutlah denganku”

Kedua pengawal itu mengantar Panglima Mijoo ke ruangan pribadi Raja Woohyun. Kemudian mereka tiba di ruangan yang cukup besar dan rapi, di dalamnya sang raja sedang menulis sesuatu.

“Yang Mulia, ada seseorang yang ingin menghadap anda....”

Lalu Panglima Mijoo masuk ke dalam ruangan itu bersama tawanannya, kedua pengawal itu berlalu meninggalkan ruangan. Sang raja beranjak dari meja kerjanya dan menghampiri panglima Mijoo

“Aku sudah membawakan tawanan untuk Yang Mulia...”

“Kerja yang bagus, pengawalku!! sekarang buka penutupnya” riang sang raja

Dibukanya karung goni itu dan menampakkan sosok wajah cantik. Jiae -putri dari raja Jaehyung, penguasa kerajaan Myungduk itu menggambar ekspresi takut di wajahnya ketika melihat wajah Raja Woohyun.

“Tolong.... Tolong!! Lepaskan aku!!” berontak Jiae

“Jadi kau adalah putri dari raja kerajaan Myungduk??” Raja Woohyun menatap tajam kearahnya

“Y....Ya... aku dari kerajaan Myungduk.. hiks...” Jiae semakin panik dan menangis

“Jangan ada airmata disini!!!”

Sang raja menampar kepala Jiae dan membuatnya semakin takut

“Ampun, Yang Mulia...jangan siksa aku!! Aku tak bersalah” ampun Jiae lagi

“Tak bersalah katamu?? Kerajaanmu sudah menganggu ketenangan kerajaanku... jadi aku menjadikanmu sebagai tumbal balas dendam!!” bentak Raja Woohyun

“Jangan, Yang Mulia!! Aku mohon!!” Jiae langsung berlutut dan memegang erat kaki sang raja

Raja Woohyun semakin geram lalu mengambil pedangnya. Panglima Mijoo juga turut membantu dengan menarik badan Jiae. Namun Jiae semakin takut setengah mata dan menangis meraung-raung. Sang raja bersiap-siap ingin menghunuskan pedangnya namun Jiae tetap mengguncang-guncangkan kakinya

“Yang Mulia, aku mohon....jangan bunuh aku!!! Aku mau melayanimu tetapi jangan renggut nyawaku”

“Oh begitu... sekarang kau harus layani aku!!”

Tiba-tiba sang raja membuka celananya hingga batang kehormatannya menampakkan diri, sontak Jiae terkejut dan ketakutannya semakin memuncak

“Aku tidak mau, Yang Mulia... Tolong!!!”

Jiae langsung berlari ke pintu keluar, namun langkahnya dihadang oleh panglima Mijoo dengan menjegal kakinya. Jiae pun terjatuh dan tak bisa lari lagi, sang panglima langsung menangkapnya dan membuka mulutnya secara paksa. Raja Woohyun menunjukkan wajah kesalnya.

“Sekarang buka mulutmu, bodoh....!! Dan layani sang raja sekarang!!” paksa Panglima Mijoo sambil menjepit hidung Jiae

“Kau sudah berjanji untuk melayaniku.... sekarang tepati janjimu!!” kata raja Woohyun sambil mendekatkan miliknya ke mulut Jiae

Pada akhirnya, Jiae pun sulit bernafas dan membuka mulutnya. Lalu milik sang raja menembus mulut gadis itu lalu memaju-mundurkannya. Panglima Mijoo terus memegang tubuhnya agar tak melarikan diri. Milik Raja Woohyun semakin dalam menjelajahi mulut hingga ke tenggorokan Jiae, namun gadis itu meraih milik sang raja dan mulai menikmatinya. Sang raja tersenyum melihat Jiae yang sudah menepati janjinya. Namun sang raja belum puas dengan ini, ia mencium bibir panglimanya dan meremas gundukannya.

“Ahhhh Yang Mulia....” desah Panglima Mijoo

“Kau mau bermain???”

“Dengan senang hati, Yang Mulia” senyumnya

Panglima Mijoo mengiyakan permintaannya, ia melucuti semua pakaian perang yang melekat di tubuhnya dan mencium bibir sang raja, juga melucuti jubah kerajaannya. Tangan sang raja meremas gundukan kenyalnya lalu mengulum putingnya. Sang raja memuaskan kedua gadis sekaligus dengan nafsu yang kuat dan menggairahkan. Panglima Mijoo menyuruh Jiae untuk menjilati miliknya, Jiae pun menurutinya.

“Ohhhh lebih dalam lagi” desah Panglima Mijoo merasakan lubangnya dimanjakan oleh lidah manis Jiae

Lalu Raja Woohyun mengarahkan miliknya ke lubang bokong panglima cantik itu, ia memaju-mundurkannya dengan cukup cepat. Tubuh sang panglima menjadi pelampiasan kedua orang itu, mereka terus melancarkan nafsu terkuatnya ke tubuh seksi itu. Panglima Mijoo mendesah begitu seksinya hingga menusuk gendang telinga yang mendengarnya, ia melancarkan ciuman ganasnya ke bibir sang raja.

“Ahhh uhhhh aku belum pernah merasakan percintaan seperti ini.... ahhh ini sungguh menggairahkan” desah Mijoo

“Jadilah ini kenangan terindah dalam hidupmu, sayang” balas Raja Woohyun

.

.

Kedua gadis itu merangkak di lantai. Lubang bokong Jiae dimainkan oleh benda keramat Raja Woohyun yang terus menghentak dengan cepat, peluhnya berjatuhan seiring rasa lelah yang dirasakannya. Walaupun itu, Jiae memaksakan tubuhnya dimainkan oleh sang raja. Sang raja meremas gundukannya yang menggantung

“Ahhh Yang Mulia, terus..... ini sungguh ahhhh nikmat” desah Jiae

“Yang Mulia, tolonglah.... aku mau juga” pinta Panglima Mijoo

“Sedikit lagi ya” kata Raja Woohyun

Setelah memuaskan hasrat nafsu tawanan itu, milik sang raja berpindah ke lubang bokong Panglima Mijoo. Ia langsung menghentakkannya dengan irama yang cukup cepat. Sang panglima menikmati permainan yang sudah biasa dilakukannya, merasa mengagumi dan mencintai rajanya. Raja Woohyun mencari keberadaan kedua gundukannya lalu meremasnya kuat-kuat.

“Ahh kau begitu sempurna....” bisik sang raja

“Uhhh Yang Mulia memang hebat... ahhhhh lebih cepat....” desah sang panglima

Sang raja menampar bokong seksi panglima itu dan mencium bibirnya. Jiae yang tadinya lelah, ikut bermain juga dengan mencium bibir Panglima Mijoo. Panglima itu pun mengabsen setiap sudut bibir tawanan itu dengan ciuman ganasnya. Lagi-lagi tubuh seksinya dijadikan permainan kedua orang itu, seakan ingin memainkannya lebih dan tak mau berhenti. Sang raja mencabut miliknya dan membiarkan kedua gadis itu bercinta. Panglima Mijoo mencium bibir Jiae juga meremas kedua dadanya, begitu juga dengan Jiae. Sang raja merasa klimaks karena melihat percintaan yang memanas itu, mengocok miliknya dan menyodorkan ke kedua gadis itu.

“Ahhh kemarilah... aku memberikan hadiah terindah untuk kalian”

Kemudian cairan putih mengalir deras dari milik sang raja dan tepat mengenai wajah mereka. Mereka menelan cairan itu lalu berciuman lagi. Sang raja terlihat senang dengan permainan yang menggairahkan itu.

“Kalian hebat.... aku sungguh menyukainya” puji sang raja

“Terima kasih.... aku mengagumi keperkasaanmu, Yang Mulia” puji balik Jiae

“Suatu kehormatan bisa memuaskan nafsu Yang Mulia...”tambah Mijoo

Mereka lekas berpakaian kembali agar seseorang tak melihat kemesraannya. Lalu Raja Woohyun mendekati Jiae

“Aku berubah pikiran, kau boleh kembali ke kerajaanmu... tapi dengan syarat, kau harus merahasiakan semua ini” titah sang raja

“Terima kasih, Yang Mulia.....aku berjanji untuk merahasiakannya demi nama baik kerajaanmu dan juga Yang Mulia” kata Jiae dengan senangnya

“Baiklah, aku menyuruh pengawalku untuk mengantarkanmu pulang”

Sembari Jiae menunggu diluar, sang raja membisikkan sesuatu kepada Panglima Mijoo

“Antarkan dia sampai setengah dari perjalananmu lalu habisi dia... aku tidak ingin dia mengakui semua kejadiannya di hadapan seisi kerajaan”

“Siap laksanakan, Yang Mulia!”

Panglima Mijoo keluar dari ruangan dan mengantarkan Jiae pulang. Di tengah perjalanan tepatnya di hutan yang sepi, sang panglima mulai menjalankan perintah dari sang raja. Lalu dia menghentikan kudanya dan melirik Jiae sejenak

“Kita beristirahat dulu disini..nanti kita melanjutkan perjalanan” kata sang panglima

“Baik” angguk Jiae

Mereka turun dari kuda, Jiae berjalan-jalan sambil melihat pemandangan sekitar hutan. Diam-diam Panglima Mijoo mengeluarkan sebilah pisau dan mencoba untuk membunuhnya.

“Lihat pohon itu.... apa kau....”

Dari belakang, Panglima Mijoo langsung membungkam mulut Jiae yang tadinya berucap. Tanpa pikir panjang, sang panglima langsung menusuk punggung Jiae. Darahnya mengucur begitu deras. Panglima Mijoo mencabut pisaunya lalu membuangnya ke sembarang tempat untuk menghilangkan jejak, meninggalkan Jiae yang sudah tak bernyawa.

Sejak kejadian itu, Raja Woohyun menjadi haus akan seks. Hampir setiap hari ia memerintahkan pengawal pribadinya untuk menculik setiap perempuan di kerajaan musuh maupun kerajaannya sendiri. Tubuh perempuan itu pun menjadi pelampiasan nafsu sang raja, kemudian perempuan itu dibunuhnya agar tak mengakui semua kejadiannya di hadapan banyak orang. Namun perbuatan keji sang raja itu tak diketahui orang lain termasuk istrinya. Panglima Mijoo yang merupakan pengawal satu-satunya sang raja, sesekali ikut dalam permainan nafsunya. Malam hari, Raja Woohyun sedang meneguk soju sambil duduk di atas ranjangnya

“Sayang, ayo kita tidur....ini sudah larut malam” bujuk Ratu Jisoo

“Nanti saja... lebih baik kau tidur duluan, aku akan menyusul”

Raja Woohyun duduk sambil memikirkan perbuatannya yang tak wajar sekarang ini, merasakan dan memainkan setiap tubuh perempuan untuk kepentingan hasrat nafsunya. Sang raja tersenyum sendiri memikirkan hal itu, merasa ingin melakukannya terus-menerus Lalu ia menghabiskan sebotol soju dan beranjak keluar dari kamarnya. Sang ratu yang sudah terlelap, tangannya bergerak mencari keberadaan suaminya. Kelopak matanya terbuka pelan-pelan dan melihat suaminya tak ada disampingnya. Sang ratu beranjak dari tidurnya lalu menggunakan mantelnya. Ia mencari di setiap sudut istana tetapi tak kunjung membuahkan hasil. Kemudian ia berjalan keluar istana menuju pemukiman warga, matanya terfokus pada setiap rumah yang dilihatnya. Lalu langkahnya terhenti saat melihat sebuah rumah kecil yang masih terang. Sang ratu penasaran dan bergerak menuju rumah itu. Lalu menempelkan daun telinganya ke pintu

Ahhh uhhh lebih dalam sayang....

Di dalam rumah, terdengar suara desahan seorang perempuan yang sedang bercinta. Batin sang ratu tergerak untuk mengetahuinya. Lalu ia mengintip di balik jendela kecil, tiba-tiba matanya terbelalak dan hatinya terguncang melihat suaminya sedang bercinta dengan Panglima Mijoo. Wajahnya berubah menjadi kesal karena selama ini ia telah dikhianati oleh suaminya sendiri.

Sial..... ternyata selama ini dia menyembunyikan semua masalahnya dariku...!! aku harus membuat perhitungan dengannya!!” batin sang ratu

Sang ratu pergi dari tempat itu tanpa memergoki suaminya

            Keesokan harinya, Raja Woohyun dan Ratu Jisoo sedang sarapan bersama. Mereka melahap makanan lezat itu dengan santainya. Lalu sang raja menatap sepasang manik mata istrinya

“Jisoo, setelah ini aku akan pergi bersama dengan dua jenderalku untuk berkuda....kau tetap disini saja dan jaga istana ini” titah sang raja

“Baik, suamiku” tunduk sang ratu

Setelah suaminya berlalu meninggalkannya, sang ratu menyuruh pengawal istana untuk memanggil Panglima Mijoo. Sambil menunggu , ia mengipaskan dirinya karena cuaca panas yang begitu terik.

“Salam Permaisuri, ada maksud apa Permaisuri memanggil saya??” kata Panglima Mijoo

Lalu sang raja menyuruh pengawal istana untuk berjaga di luar

“Aku ingin bertanya padamu, apa yang kau lakukan semalam??”

“Semalam saya hanya latihan untuk peperangan yang akan datang, Permaisuri”

“Oh begitu, setelah itu apa yang kau lakukan selanjutnya???”

“Tidak ada, Permaisuri.... setelah itu saya kembali ke barak lalu beristirahat”

Sang ratu curiga dengan perkataan panglima itu, perasaan kesal mulai tergambar jelas di wajahnya.

“Tapi.... aku tak percaya dengan semua kata-katamu.... kau berbohong kepadaku, hah??!!”

“Tidak, Permaisuri... aku bersungguh-sungguh dengan apa yang kuucapkan”

“Apa??? aku bisa melihat dari raut wajahmu jika kau telah berbohong!!”

“Tapi, Permaisuri.....”

“Diamlah!”

Sang ratu meluapkan kekesalannya. Ia menampar panglima itu dengan kipasnya, meninggalkan luka gores di pipi kirinya

“Semalam, aku melihatmu sedang bercinta dengan suamiku!! Apa kau tak malu bercinta dengan seorang penguasa di negeri ini??!! Seharusnya kau harus tahu bahwa dia sudah punya istri yaitu aku!! Aku tak ingin dia berselingkuh dengan perempuan lain!” bentak sang ratu

“Maafkan aku, sang ratu......”

Panglima Mijoo berusaha untuk menahan tangisnya dan tetap tegar

“Kenapa??? Kau ingin menangis??!! Percuma saja kau menangis....!! Suatu saat nanti, kerajaanku akan ternoda hanya karena masalahmu dan suamiku!”

“Aku minta maaf, Permaisuri... aku.....”

“Sekarang, kau harus angkat kaki dari istana ini! Pergilah!” sanggah sang ratu

Panglima Mijoo keluar dari istana, namun ia tak kembali latihan dan masuk ke dalam tendanya. Tangisannya pun pecah dan hatinya teriris oleh ucapan Ratu Jisoo barusan. Ia gagal menutupi semuanya demi Raja Woohyun, dan takut akan hukuman yang menantinya

Maafkan aku, Yang Mulia... aku tidak bisa menutupi rahasia ini.... aku sudah gagal....aku takut nama baik kerajaan ini akan hancur karena masalah ini... aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang??” batinnya

Lalu dia melirik sebilah pisau yang berada di atas meja, diambilnya pisau itu dan mendekatkannya ke urat nadinya. Seorang tentara masuk dan melihat aksi nekat panglima Mijoo

“Hei, hentikan!!!”

Dengan sigap, tentara itu langsung menahan tangannya agar pisau tak mengiris urat nadinya

“Ada apa denganmu??!! Apa kau sudah gila, hah??!!” pekik tentara itu

“Pergi dariku!!” berontak Panglima Mijoo

Akhirnya pisau itu berganti pemilik, tentara itu membuangnya jauh-jauh dan menyadarkan panglima itu. Lalu beberapa tentara masuk ke dalam tenda, juga tampak Panglima Shinwoo di dalamnya

“Ada apa dengannya??” tanya Panglima Shinwoo kepada tentara itu

“Aku tak tahu... tiba-tiba dia ingin bunuh diri”

“Apa??? kenapa kau lakukan itu??!! Kau jangan coba-coba berbuat aneh di kerajaan ini!”

“Maafkan aku.... aku sudah bersalah” kata Panglima Mijoo

“Bersalah??? Apa maksudmu??”

“Aku tak mau menjelaskannya.... maafkan aku”

“Sudahlah... bawa dia ke penjara”

“Siap laksanakan!” teriak kedua tentara itu

“Tidak!! Jangan lakukan ini!!” pekik Panglima Mijoo

.

.

Sang raja sudah kembali dari aktivitas berkudanya, kedatangannya ke istana disambut oleh istrinya dengan senang

“Selamat sore, Jisoo”

“Suamiku... akhirnya kau datang juga”

“Apa kau sudah menjaga kerajaan ini dengan aman”

“Sudah, suamiku...semuanya aman terkendali” senyum sang ratu

“Baguslah.. sekarang aku akan beristirahat dulu”

Tak lama kemudian seorang tentara datang ke istana menghadap sang raja

“Yang Mulia!”

“Ada apa ini?”

“Yang Mulia, anda harus ke penjara sekarang... . ini darurat”

“Baiklah... aku akan ke sana”

Raja Woohyun lekas meninggalkan istana dan menuju penjara kerajaan. Setibanya di sana, ia bertemu dengan Panglima Shinwoo

“Ada apa sebenarnya??”

“Dia mengamuk seperti orang gila....dia berteriak ingin bebas” jawab Panglima Shinwoo

Dan ternyata Raja Woohyun melihat sosok panglima yang selama ini jadi pengawalnya sudah menderita depresi berat. Panglima Mijoo terus mengamuk dan berteriak ingin lepas, namun saat matanya mengarah ke sosok sang raja, ia berubah menjadi tenang

“Yang Mulia, tolong lepaskan aku!!! Aku tidak mau dipenjara seperti ini... aku ingin bebas!!” pinta Panglima Mijoo

Sang raja bertanya kepada Panglima Shinwoo

“Kenapa dia dimasukkan ke dalam penjara??”

“Tentara setempat menyatakan.. dia mencoba untuk mengakhiri hidupnya... aku tak tahu apa yang membuatnya dia seperti itu”

Lalu Panglima Mijoo kembali berteriak dan berusaha menarik kaki Raja Woohyun, dengan cepat penjaga tahanan langsung mencegahnya

“Yang Mulia, sebaiknya anda pergi dari sini.... suasana semakin tak nyaman sekarang”

“Baiklah, tetap awasi dia”

Setelah Raja Woohyun dan Panglima Shinwoo berlalu meninggalkan penjara, Panglima Mijoo berteriak sekencang-kencangnya agar mereka kembali. Lalu penjaga tahanan itu berusaha menenangkannya

.

.

            Di Kerajaan Myungduk, Raja Jaehyung kehilangan seorang putrinya yaitu Jiae yang menghilang beberapa hari yang lalu. Ia sangat khawatir mengapa putrinya menghilang begitu saja. Berbagai cara sudah dilakukannya termasuk mengerahkan semua pasukan untuk mencarinya. Kemudian datanglah seorang tentara menghadap sang raja

“Yang Mulia, anda harus melihat ini....”

Sang raja keluar dari istana dan melihat sebuah gerobak, dan ternyata itu adalah mayat Jiae. Sang raja merasa terpukul dan sedih melihat putrinya tewas mengenaskan

“Kami menemukannya di sebuah hutan... saya sangat prihatin atas kejadian ini, Yang Mulia” kata seorang tentara

Raja Jaehyung yang tadinya sedih, tiba-tiba berubah menjadi penuh emosi

“Aku yakin.... ini pasti perbuatan Kerajaan Gunsan! Mereka sudah mengirimkan ancaman ke kerajaan kita!”

“Apa Yang Mulia yakin ini ancaman dari kerajaan Gunsan?” tanya tentara itu

“Aku yakin itu....!!! Mulai sekarang......persiapkan pasukan yang banyak dan persenjataan yang lengkap!! Kita harus menyerang secara penuh dan membabi buta!!! Jangan biarkan ada satupun musuh yang masih bernafas!!” pekik Raja Jaehyung

“Hidup Myungduk!! Hidup Myungduk!! Hidup Myungduk!!” seru para tentara

Kerajaan Myungduk disibukkan oleh rencana penyerangan besar-besaran. Raja Jaehyung turut ikut dalam pertempuran dengan membawa misi balas dendam kematian putrinya. Mereka terus memikirkan cara mencari kelemahan Kerajaan Gunsan yang tangguh. Para tentara berlatih keras dan tak kenal lelah. Banyak persenjataan yang ringan maupun berat telah dirakit. Mereka bersiap untuk menaklukkan kerajaan yang terkuat itu.

.

.

            Raja Woohyun tengah berbaring di ranjangnya bersama sang ratu, tetapi ia tak mampu menutup matanya karena rasa gelisah mengalahkan rasa kantuknya. Lalu ia bangkit dari ranjang dan berjalan ke jendela, melihat pemandangan malam hari yang penuh bintang dan bulan

Ada apa sebenarnya dengan semua ini??? Kenapa pengawalku menjadi buas dalam seketika?? Aku tak melihat segelintir kesalahan yang dibuatnya.....” batin sang raja

Sang ratu juga ikut terbangun dan melihat suaminya tengah berdiri di dekat jendela

“Suamiku??? Kenapa belum tidur???” ucapnya sambil berjalan mendekatinya

“Maafkan aku.... aku tak bisa tidur” tolak Raja Woohyun

“Tapi ini sudah larut malam.... seharusnya kau beristirahat sekarang” bujuk sang ratu

“Nanti saja....”

“Apa yang membuatmu tak bisa tidur???”

“Aku.....aku sedang memikirkan panglima itu.... aku heran mengapa dia menjadi seperti ini hingga dirinya masuk penjara.... padahal dia adalah panglima terbaik di kerajaan ini”

Mendengar pembicaraan suaminya, sang ratu teringat bahwa dia sedang membicarakan Panglima Mijoo. Ia merahasiakan kejadiannya terhadap panglima itu agar tak diketahui oleh suaminya.

“Oh.... mungkin dia punya masalah yang berat.... hmmm sudahlah, sayangku.. marilah kita beristrirahat”

“Baiklah”

            Di penjara Kerajaan Gunsan, kedua penjaga penjara tengah mengawasi setiap tahanan yang terlelap kecuali Panglima Mijoo yang masih menahan rasa kantuknya. Rasa frustasi karena hukuman sang ratu terus membayangi pikirannya. Baju perang yang melekat di tubuhnya berganti menjadi pakaian yang biasa dikenakan oleh tahanan lainnya. Lalu diliriknya seorang penjaga yang tengah berjalan kesana-kemari

“Hei, kapan kau akan membebau??!!” tanya Panglima Mijoo

Penjaga itu tak menghiraukan ucapan panglima itu dan tetap pada kewajibannya. Lalu Panglima Mijoo menendang pintu sel dengan keras, sehingga memancing penjaga itu mendekatinya

“Kau, perempuan bodoh..diamlah!!!” bentak seorang penjaga

Panglima Mijoo menarik-narik badan penjaga itu

“Apa yang kau lakukan??!! Lepaskan aku!!”

“Aku tak mau melepaskan bajumu jika kau tak membebau!” ancam Panglima Mijoo

Penjaga itu meloloskan diri dari cengkeramannya dan tak membalas ucapannya. Raut wajah Panglima Mijoo berubah menjadi senang, karena akal cerdiknya berhasil meraih kunci yang terletak di belakang celana penjaga itu. Ia menunggu waktu untuk melarikan diri sampai penjaga itu lengah

.

.

“Ada tahanan kabur!!”

            Teriakan seorang penjaga karena melihat pintu sel yang menganga tanpa berpenghuni. Lantas dia langsung membunyikan bel untuk memberi sinyal darurat. Sinyal itu terdengar sampai ke istana membuat Raja Woohyun dan Ratu Jisoo beranjak dari singgasananya.

“Apa!! seorang tahanan berhasil melarikan diri??!!” geram sang raja

“Benar, Yang Mulia....penjaga kami sudah lengah” jawab seorang tentara

“Siapa tahanan yang kabur itu??!!”

“Dia seorang perempuan... dia berhasil merampas seekor kuda dan pakaian seorang warga”

Sang raja sadar bahwa yang melarikan diri itu adalah pengawalnya yaitu Panglima Mijoo. Lalu ia memerintahkan pasukan untuk mencarinya. Hingga matahari tepat berada di atas kepala, tak ada tanda-tanda panglima itu kembali. Lalu ia berencana untuk ikut mencarinya

“Pelayan, siapkan kuda yang jubah untukku”

“Baik, Yang Mulia” kata pelayan itu

“Apa kau ikut mencarinya??” tanya Ratu Jisoo

“Ya, aku tidak mau orang itu menghilang tanpa jejak”

“Tapi kita percayakan saja kepada pasukan yang sedang mencarinya”

“Sudahlah... karena dia adalah panglima terbaik di kerajaan ini, jadi aku akan mencarinya sendiri!”

“Woohyun, jangan pergi” bujuk sang ratu

Sang raja menunggangi kudanya ditemani oleh pedang andalannya. Dia menelusuri hingga keluar dari batas daerah kekuasaannya. Kudanya terus berlari kencang melewati tanah yang kering dan rerumputan, juga melintasi hutan yang lebat. Kemudian sang raja menelusuri pencariannya hingga ke pantai, tak ada seseorang di sana hanya ombak laut dan burung layang-layang beterbangan menjelajahi langit. Lalu dia melihat seekor kuda yang terikat pada sebuah tiang dekat rumah kecil. Sang raja pergi mendekatinya, kemudian dia melihat seorang perempuan yang berdiri ditengah-tengah ombak kecil yang menerjang kakinya, rambutnya terurai membiarkan angin meniupnya. Dia berpikir bahwa itu adalah Panglima Mijoo.

“Mijoo!! Pengawalku!!! Apakah itu kau??”

Perempuan itu mendengar ucapannya dan melirik ke belakang

“Yang Mulia??”

“Mijoo, kembalilah ke kerajaan... tidak apa-apa”

“Aku tidak mau!!”

Panglima Mijoo berlari ke tengah lautan, tampaknya ia melakukan aksi nekatnya lagi. Raja Woohyun langsung turun dari kuda dan langsung mengejarnya.

“Mijoo, tunggu!! Kembalilah!!”

“Aku tidak mau, Yang Mulia.... pergi dariku! Aku ingin mati saja!!”

Sang raja langsung memeluk panglima itu dari belakang dan menyeretnya kembali ke bibir pantai. Panglima itu berontak melepaskan diri dari pelukannya

“Lepaskan aku!! Aku tak mau lagi hidup di dunia ini!!” tangis sang panglima

“Tenanglah, kau tak boleh berbuat seperti itu!! Kau harus sadar..... masih ada tugas kerajaan yang kau belum selesaikan”

“Aku tak mau lagi menjadi pengawalmu, Yang Mulia!! Aku tak mau dihakimi lagi!!”

“Siapa yang menghakimimu??”

“Sang Permaisuri!”

“Apa?? istriku yang menghakimimu??”

“Ya, Yang Mulia... dia sudah mengetahui perbuatan yang kita lakukan selama ini”

Perbuatan sang raja dan panglimanya akhirnya tercium oleh Ratu Jisoo, ia tak menyangka kalau istrinya bisa mengetahui semuanya. Sang raja menjadi takut dalam hati karena skandal masa lalu di kerajaannya akan terulang lagi. Dia pun mencari cara untuk menutupinya lagi.

“Yang Mulia, ada apa denganmu?? Kenapa Yang Mulia diam saja??” Panglima Mijoo berusaha mengurangi tangisnya

“Aku....sejujurnya aku menyesal telah melakukan ini terhadapmu!”

“Kenapa??”

“Seharusnya aku membunuhmu! Bukan menuruti permintaanmu! Aku menyesal..... tidak ada cara lain untuk menutupi ini semua... aku yakin istriku akan menyebarkan skandal kita”

“Apa yang akan terjadi selanjutnya??”

“Kita akan dihukum mati”

“Yang Mulia...” kata Panglima Mijoo dengan suara pelan

Raja Woohyun berdiri dan berjalan pelan, Panglima Mijoo juga mengikuti langkahnya

“Sudah 10 tahun aku memimpin kerajaan ini, baru kali ini aku menodai kerajaanku sendiri... dulu, aku punya seorang jenderal terhebat dan cerdas.. tetapi semakin lama dia membuat satu kesalahan yang sangat besar.. semua orang termasuk petinggi istana telah mengetahui kebusukannya”

“Apa itu, Yang Mulia??”

“Dia telah memperkosa 10 tentara perempuan hingga ada yang melahirkan dan meninggal... kemudian aku memutuskan untuk menghukum mati dirinya dan melarang setiap perempuan untuk jadi tentara”

Raja Woohyun membalikkan badan dan menatap tajam pengawalnya

“Dan kau sebagai satu-satunya prajurit perempuan di kerajaanku... aku memilihmu karena aku kagum dengan cara bertempurmu... kau hebat dan terlatih... aku menyukainya”

“Aku mengerti.... Yang Mulia??”

“Ada apa, pengawalku??”

“Sejujurnya, setelah kejadian itu aku menyukai kehebatan dan keperkasaanmu.. cara bertempurmu juga hebat dan tak kalah dari yang lain... Aku mencintaimu, Yang Mulia, aku ingin ada seseorang yang bisa menemaniku di sepanjang waktu”

“Aku juga mencintaimu, pengawalku... kaulah perempuan terhebat yang pernah kulihat”

Mereka saling berpelukan erat, seolah-olah tak ingin orang yang dicintainya menghilang begitu saja.

“Yang Mulia, cium aku dan nikahi aku... aku ingin membangun keluarga baru bersamamu” pinta Panglima Mijoo

“Tapi aku tidak ingin mengkhianati istriku... aku tidak mau”

“Yang Mulia, tidak apa-apa... kita bisa merahasiakan ini... aku yakin hubungan kita akan baik-baik saja tanpa ada seseorang yang melihat kemesraan kita”

Raja Woohyun ragu-ragu karena Panglima Mijoo terus meminta dirinya sebagai istri simpanannya, namun ia berusaha menjawab keraguan itu

“Aku ingin menutupi hubungan kita.... tetapi jangan kau sekali-sekali memperlihatkan wajahmu di depan istriku”

“Dengan senang hati, Yang Mulia”

Mereka berciuman di tengah panasnya sinar matahari, bibir mereka saling menyalurkan cinta dan hawa nafsu. Hubungan gelap itu kini dibangun secara diam-diam. Panglima Mijoo kagum oleh rasa cinta yang dimiliki sang raja, begitupun sebaliknya. Kemudian sang raja menggendong tubuh panglima itu ke dalam rumah kecil tanpa ada seisi orang. Mereka memulai permainan yang menggairahkan seperti biasa, Raja Woohyun melucuti pakaian yang dikenakan Panglima Mijoo, ia langsung menyambar sepasang gundukan dengan meremasnya.

“Uhhhh lebih kuat.... ahhh” desah panglima itu

Sang raja mengulum putingnya lalu menjilatinya, lidahnya menari-nari di atas puncak gundukan itu dan meninggalkan banyak ludah. Panglima Mijoo memajukan dadanya agar masuk ke dalam mulut rajanya. Kemudian Raja Woohyun mencium lagi bibirnya panglima itu sambil meremas dadanya.

“Yang Mulia, aku butuh milikmu”

“Baiklah, kau boleh memainkannya”

Panglima Mijoo melucuti pakaian megah sang raja dan mencari benda keramatnya. Lalu benda itu tampak jelas di hadapan panglima cantik

“Akhirnya kita bertemu lagi, pahlawan kecil yang menggoda.... aku ingin memainkanmu”

Kemudian panglima itu meraihnya dan memasukkan ke mulut, kepalanya bergerak maju-mundur dengan irama yang pelan. Sang raja kagum dengan permainan yang sudah biasa itu, ekspresi senang tergambar jelas dari wajahnya. Milik sang raja menjelajahi tenggorokan dan sudut mulut panglima itu.

“Ahhh kerja bagus, Mijoo”

“Terima kasih, Yang Mulia” ujar Panglima Mijoo sambil menjilati dan mengecup puncak dari benda keramat sang raja.

“Sekarang, berbaringlah”

Sang raja mengincar lubang seksi panglimanya, lidahnya mendarat mulus ke bagian luar dan pelan-pelan bergerak ke dalam lubang itu. Panglima Mijoo merasakan lidah sang raja bermain di dalam miliknya, tubuhnya menggeliat seperti ulat.

“Ohhhh lebih dalam lagi, ini nikmat sekali ahhhh.....” desah sang panglima

“Mau permainan inti???”

“Baik, Yang Mulia... itu yang kutunggu”

Lalu sang raja menindih tubuh panglimanya dan mencium lembut bibirnya sebagai awal permainan. Panglima Mijoo tak sabar ingin dimanjakan oleh milik sang raja. Lalu benda keramat itu menembus lubang seksinya dengan pelan-pelan. Semakin lama kecepatannya semakin cepat. Panglima Mijoo mendesah dengan seksinya membuat nafsu rajanya terpancing. Lubangnya berkedut dan penuh oleh benda kehormatan itu.

“Ohhh Yang Mulia... lebih cepat... ahhhh aku mencintaimu”

“Aku menyukai tubuh indahmu”

Hampir setiap hari mereka selalu berhubungan badan diam-diam, tak pelak kata-kata rayuan dan desahan terus terucap satu sama lain. Sang raja menghentakkan miliknya dengan cukup cepat, tubuh Panglima Mijoo ikut bergoyang. Kemudian mereka berganti posisi, sang raja menyandarkan tubuh panglima itu ke tembok dan memasukkan miliknya lagi. Sang raja menghentakkan miliknya sambil mengangkat paha mulus panglimanya.

“Ohhhh sakit.... uhhh terus!” desah lembutnya hingga menusuk kuping sang raja

Panglima Mijoo menahan rasa sakit yang menyiksanya, tubuhnya seakan melemah dan tak berdaya. Walaupun itu, ia tetap menikmatinya dan memberikan tubuhnya sebagai pelampiasan nafsu sang raja. Mereka terus melontarkan ciuman ganasnya, sang raja mendaratkan ciumannya ke leher dan gundukan panglimanya. Lalu sang raja menyuruh panglimanya memegang meja, tampaknya lubang bokong Panglima Mijoo akan dimainkan

“Uhhh lagi.... nggghhhh lebih dalam....” desah panglima Mijoo

Sang raja memenuhi lubang bokong panglima itu lalu menghentakkannya dengan kencang, Panglima Mijoo merasakan lubangnya menegang, bibirnya tak berhenti mengeluarkan desahan seksi. Peluh diantara kedua tubuh itu berjatuhan, rasa lelah menusuk mereka. Namun permainan nafsu itu mengalahkan segalanya termasuk masalah yang terus membayangi mereka. Panglima Mijoo memegang meja kuat-kuat karena tak dapat menahan rasa sakitnya

“Kau mau yang lebih bergairah??” tanya sang raja

“Aku mau, Yang Mulia.... puaskan aku dengan cintamu”

Kedua orang yang berbeda derajat itu terus bermain dengan berbagai gaya. Mereka benar-benar terjun ke lautan nafsu yang dalam, sama-sama menularkan nafsu terliarnya hingga puas. Raja Woohyun terlihat tak mau berhenti memainkan tubuh Panglima Mijoo, begitu juga sang panglima yang menginginkan sang raja untuk terus disisinya. Sang raja menempelkannya kaki panglima itu ke kedua pundaknya, miliknya menghentak cepat di dalam lubang keperawanannya.

“Ahhh sakit.... ohhhhh”

Panglima Mijoo menitikkan air mata di sela erangannya, sang raja tak memperdulikan itu dan mencium bibir manisnya

“Yang Mulia, kau adalah lelaki yang perkasa.... aku menyukaimu... ahhhh siksa aku dengan nafsumu yang membara...  berikan aku keturunan uhhhh... karena aku benar-benar mencintaimu” kata sang panglima dengan suara mendesah dan pelan

Raja Woohyun merasa klimaks, tubuhnya juga menegang dan lelah. Ia merasakan miliknya akan mengeluarkan cairan yang banyak. Lalu Ia mempercepat hentakannya

“Aku akan datang untukmu, sayang”

Akhirnya milik sang raja mengeluarkan cairan begitu banyak ke dalam lubang keperawanan panglimanya, tubuhnya menindih panglima itu karena sudah merasa lelah dan puas. Ia menghela nafas panjang lalu berbaring di sampingnya. Mereka berciuman sebagai penutup permainannya.

Menunggu malam menjelang, mereka berbaring dengan kain panjang untuk menutupi tubuh polosnya. Panglima Mijoo memeluk sang raja dan menatap matanya

“Yang Mulia, aku ingin berada disisimu.. aku tak ingin meninggalkan dunia ini tanpamu.... aku mau bersamamu selalu.... karena aku tetap mencintaimu”

“Panglima Mijoo, aku juga mencintaimu.... kau adalah perempuan terindah dalam hidupku.... aku ingin memiliki hatimu”

“Aku mengerti itu”

.

.

            Di kerajaan Gunsan, para tentara kembali ke barak karena gagal menemukan Panglima Mijoo. Rasa kecewa dan lelah pun muncul, namun mereka berencana untuk mencarinya esok hari. Ratu Jisoo mengharapkan kedatangan suaminya, hatinya gelisah jika suaminya dibunuh oleh tentara musuh.

Kemana saja dia?? Ini sudah malam namun dia tak kunjung kembali.... tak mungkin dia menemukan perempuan itu yang sudah pergi jauh” batin sang raja

“Permaisuri, mungkin sang raja dalam perjalanan kembali ke istana... aku yakin itu” kata Jenderal Daeryong

Namun yang ditunggu akhirnya datang juga, Raja Woohyun kembali setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan menguras tenaga.

“Suamiku!” kata sang ratu langsung memeluk suaminya

“Jisoo, tidak apa-apa...aku baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan” balas sang raja

“Tapi.... aku kau menemukan perempuan itu???”

“Aku sudah menemukannya dan kukembalikan dia ke barak”

Namun rasa curiga kembali muncul di batin sang ratu

“Apa kau berbuat sesuatu kepada dirinya???”

“Tidak ada.... dia baik-baik saja dan aku sudah membujuknya untuk kembali”

Kecurigaannya terhadap Raja Woohyun dan Panglima Mijoo semakin kuat, timbul niat jahat dari hati sang ratu untuk suaminya, namun ia menunggu saat yang tepat untuk melakukannya.

.

.

            Beberapa bulan kemudian, tentara Gunsan berlatih untuk persiapan pertempuran. Mereka mengayunkan pedang maupun tombak ke arah calon lawannya. Mereka berlatih penuh semangat dan tak kenal lelah. Panglima Mijoo yang dulu menghilang ikut berlatih bersama tentara lainnya. Sang panglima melatih jurusnya untuk melumpuhkan musuh. Pedangnya terus mengincar bagian tubuh calon lawannya. Tiba-tiba, pandangannya menjadi kabur dan kepalanya pening. Ia merasa ada yang berbeda dari dirinya.

“Panglima, hadapi aku!” kata seorang tentara yang sedang berlatih bersamanya

Perutnya merasa mual dan muntahnya mengeluarkan darah segar, lalu tubuhnya tumbang ke tanah. Para tentara yang melihatnya terkejut dan langsung membawanya ke tenda, dipanggilnya seorang tabib untuk menyembuhkan penyakitnya. Tabib meraba perut panglima itu dan hatinya merasakan hal yang tidak menyenangkan.

“Ada apa dengannya??? Dia sakit apa??” kata Panglima Shinwoo

“Aku melihat perutnya sedikit membesar.... dan aku merasakan kandungannya mulai berkembang”

“Jadi??”

“Dia tengah mengandung seorang anak”

.

.

            Raja Woohyun mengadakan rapat bersama para jenderal dan juga istrinya. Tiba-tiba Panglima Shinwoo datang ke istana dan mendekati Jenderal Daeryong. Lalu ia membisikkan sesuatu

“Yang Mulia, ada masalah yang terjadi di barak....”

Para petinggi istana menyimak pembicaraan  jenderal itu

“Ada seorang prajurit perempuan yang tengah hamil, Yang Mulia”

“Apa??!! Siapa yang tega menghamilinya??” pekik Raja Woohyun

Semua ikut terkejut mendengarnya, Ratu Jisoo mulai mengucapkan sesuatu

“Aku tahu siapa yang menghamili perempuan itu......”

“Siapa, Permaisuri??” tanya Jenderal Daeryong

“Dia..!!”

Jari telunjuk sang ratu mengarah ke suaminya, tuduhan itu membuat seisi istana terheran-heran.

“Apa??!!! Aku tidak menghamili dia...!! Kau jangan berbuat kurang ajar kepadaku, Jisoo” bentak Raja Woohyun

“Pengawal, tangkap dia”

Kedua pengawal itu langsung mengikuti perintah sang ratu, Raja Woohyun berontak ingin lepas karena merasa tak bersalah

“Aku menuduhmu karena kau sudah menodai wajah kerajaan ini.... aku pernah melihatmu berhubungan badan dengan perempuan itu dan kau malah menghamilinya.... dimana jiwa kebijaksanaanmu sebagai seorang pemimpin??!!!” geram Ratu Jisoo

Semua mata memandang raja itu dengan penuh kemarahan, kepercayaan terhadap raja mereka sudah hilang dan tak ada lagi yang mau melayaninya. Ratu Jisoo memutuskan untuk menghukum mati suaminya sendiri dan juga Panglima Mijoo. Lalu Raja Woohyun dan Panglima Mijoo diseret ke lapangan disaksikan oleh para petinggi istana, kepala mereka ditutupi karung goni dan berlutut dengan tangan diikat dibelakang agar tak meloloskan diri. Jenderal Dongwoo yang merupakan kawan baik sang raja sungguh menyayangkan masalah yang menimpanya

Woohyun, ada apa denganmu sebenarnya?? Kenapa kau menjadi egois dalam seketika??” batin Jenderal Dongwoo

Kedua algojo itu siap menghunuskan pedangnya ke leher calon korbannya. Panglima Mijoo terlihat sedang menangis ketakutan di balik penutup kepala dan Raja Woohyun hanya terdiam, mereka siap menanti ajal

Istriku.... Jenderalku...Pasukanmu dan semua rakyatku.... maafkan aku, aku sudah berbuat kesalahan yang besar..... aku sudah rela untuk menanggung semua ini” batin Raja Woohyun

Tentara itu memberi aba-aba kepada para algojo

“Siap.......1........2........”

Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari pemukiman rakyat Gunsan, asap membumbung tinggi di langit. Eksekusi mati itu terhenti karena ada gangguan itu

“Tolong....!!! pasukan Myungduk menyerang kerajaan kita!!” teriak seorang tentara yang baru saja melihat kejadian itu

Mendengar musuh sudah datang, para petinggi istana termasuk sang ratu menjadi panik dan segera mencari perlindungan. Para jenderal istana dan juga tentara bersiap untuk bertempur. Beruntungnya Panglima Mijoo dan Raja Woohyun selamat dari maut, tetapi mereka mencari cara untuk meloloskan diri

“Seseorang tolong kami!!” teriak sang raja

Lalu seseorang datang melepaskan ikatan dan penutup kepala kedua orang itu

“Jenderal Dongwoo??? Apa yang kau.....” kata Raja Woohyun

“Sudahlah, jangan pikirkan masalah kalian.... keadaan sekarang sangat genting... ambillah senjata dan bertempur bersama kami”

“Aku mengerti...”

Jenderal Dongwoo berlalu meninggalkan mereka, Raja Woohyun menghampiri Panglima Mijoo dan meraba perutnya yang sedikit membesar

“Apa kau baik-baik saja??”

“Tidak apa, Yang Mulia...aku baik-baik saja...jangan khawatirkan aku”

“Baiklah, aku akan menemuimu di pemukiman”

Mereka segera mengambil peralatan tempurnya masing-masing. Sang raja mencari keberadaan istrinya ke setiap ruangan istana namun tak kunjung ditemukan. Ia berpikir bahwa istrinya sudah menyelamatkan diri sejauh mungkin. Lalu ia langsung bergerak menuju pemukiman. Disana para tentara Gunsan menghadapi serbuan tentara Myungduk yang semakin kejam. Pemukiman itu menjadi lautan api, rumah-rumah dan bangunan sekitarnya hangus terbakar. Suara pedang dan tusukan panah terdengar jelas. Sang raja yang geram langsung menghunuskan pedangnya ke setiap musuh yang dilihatnya, ia menangkis setiap pedang musuh yang ingin mengincar anggota tubuhnya. Wajahnya penuh amarah karena kerajaannya sudah luluh lantak. Tentara Myungduk semakin membabi buta ingin memusnahkan sang raja dan juga tentara Gunsan. Semakin lama pasukan Gunsan semakin terdesak dan tak mampu serangan pasukan Myungduk.

“Kita mundur ke istana!!” pekik sang raja

Raja Jaehyung juga ikut bertempur melawan kerajaan Gunsan, strateginya pun berhasil dengan baik. Bersama pasukannya dia bergerak menuju istana. Raut wajah berubah senang ketika melihat bangunan megah itu.

Aku datang untuk mengalahkanmu, Gunsan” batin Raja Jaehyung sambil tersenyum sinis

Di tengah pertempuran, Raja Woohyun menghabisi musuh yang hampir saja membunuh Jenderal Dongwoo.

“Aku akan berusaha menahan mereka.... kau sebaiknya cari istriku” titah sang raja

“Baik, Yang Mulia”

Sang raja dan pasukannya kewalahan hingga mereka mundur ke dalam istana. Kini pasukan dari kedua kerajaan itu bertempur hingga titik darah penghabisan. Jumlah tentara Gunsan semakin sedikit dan tak mampu menahan gempuran tentara Myungduk yang cukup kuat. Raja Jaehyung melihat keberadaan Raja Woohyun yang sedang bertempur.

“Akhirnya kita bertemu juga, penguasa Gunsan” kata Raja Jaehyung

“Dan kau adalah penguasa Myungduk.... sudah lama aku ingin melawanmu” balas Raja Woohyun

“Takdir sudah mempertemukan kita untuk siapa yang lebih hebat...”

Raja Jaehyung mengeluarkan sebilah pedang panjangnya

“Aku tidak takut denganmu....!!!”

Kemudian mereka bertarung untuk memperebutkan kemenangan, Raja Woohyun menyerang lebih dulu tetapi bisa ditangkis oleh Raja Jaehyung. Ia berusaha mencari titik lemahnya, namun berkali-kali menyerang berhasil ditangkisnya. Raja Jaehyung mencoba untuk menyerang balik, Pedangnya nyaris mengenal dada Raja Woohyun, beruntungnya penguasa Gunsan itu menghindar secepat kilat. Suara gesekan antara kedua pedang terus terdengar. Tiba-tiba, pedang Raja Jaehyung berhasil mengiris lengan kiri Raja Woohyun

“Arrrggghhhh....” ringis Raja Woohyun melihat lengannya berdarah

“Aku tak menyangka... ternyata penguasa Gunsan mempunyai cara bertarung yang jelek rupanya” ejek Raja Jaehyung

“Diam kau!!!”

Raja Woohyun menubrukkan pedangnya ke pedang Raja Jaehyung. Mereka saling mendorong kuat-kuat untuk menjatuhkan lawannya. Raja Woohyun tak menghiraukan lengannya yang terluka, darahnya menetes sedikit demi sedikit. Kekuatan Raja Jaehyung seketika lebih ganas dan mendorong tubuh Raja Woohyun hingga menabrak pintu. Raja Woohyun masuk ke dalam ruangan yang besar dan penuh dengan arsip kerajaan.

“Kau bisa lari tetapi kau tidak bisa sembunyi!” geram Raja Jaehyung

“Cobalah hindari ini!”

Raja Woohyun melempar sebuah lentera dan melemparkannya ke arah Raja Jaehyung, namun tak tepat sasaran. Dengan cepat, api mulai menjalar ke seluruh ruangan. Raja Jaehyung semakin marah, Ia berlari dan langsung menghunuskan pedangnya. Raja Woohyun dengan cepat menangkis semua serangannya. Keberuntungan berpihak kepadanya. Raja Woohyun dapat membaca kelengahan Raja Jaehyung dan mengiris dadanya.

“Ahhh sial.....kau dapat menyerangku juga!” kata Raja Jaehyung sambil memegang dadanya yang terluka

“Kau sudah menganggu ketenangan kerajaanku.... inilah saatnya kau untuk mati!!!”

Mereka berinisiatif untuk bertahan dan saling memandang tajam, derap langkah mereka saling menjauh dan pelan sambil mencari titik lemah musuhnya. Lalu kedua penguasa itu beradu pedang lagi, tetapi api semakin ganas dan membakar sampai ke atap. Banyak puing-puing bangunan yang berjatuhan, membuat pertarungan itu semakin memanas. Raja Woohyun melakukan segala cara untuk melumpuhkan Raja Jaehyung, begitupun sebaliknya. Pedang Raja Woohyun nyaris menusuk perut Raja Jaehyung yang langsung memutar badannya ke samping. Dan akal cerdik Raja Jaehyung muncul, ia langsung menendang pedang raja itu dari tangannya dan menebas perutnya. Raja Woohyun memuntahkan banyak darah dan terkapar. Terlihat pertarungan itu dimenangkan oleh Raja Jaehyung

“Sekarang....mau lari kemana??? Tak ada jalan keluar untukmu hahaha” ujar Raja Jaehyung sambil menodongkan pedangnya

“Kau....lebih baik enyahlah kau ke neraka!!!” pekik Raja Woohyun

“Baiklah... kalau itu maumu”

Raja Jaehyung bersiap memenggal kepala lawannya

“Tunggu!!”

Panglima Mijoo datang menyelamatkan Raja Woohyun, Raja Jaehyung memutar badannya ke belakang

“Oh....Panglima Mijoo... kupikir kau sudah mati..... dan sekarang kau menjadi pengkhianat, hah??!!” geram Raja Jaehyung

“Diam kau!! Sekarang hadapi aku!!”

Lalu panglima itu memunculkan keberaniannya menghadapi rajanya yang dulu ia kenal. Mereka terlibat dalam pertarungan yang ketat, sementara Raja Woohyun masih terkapar dengan banyak darah yang keluar dari perutnya. Panglima Mijoo langsung menghunuskan pedangnya ke arah leher Raja Jaehyung. Tetapi pedangnya malah mengenai pedang panjang raja itu.

“Akan kubalas perbuatanmu karena sudah melukai rajaku!!” emosi Panglima Mijoo

“Coba saja, bodoh!!”

Mereka saling menabrakkan pedangnya dan berusaha menjatuhkan lawannya. Panglima Mijoo mengerahkan seluruh kekuatannya agar bisa membunuh raja itu dengan cepat. Tiba-tiba pedang panjang Raja Jaehyung menyingkirkan pedang Panglima Mijoo dari genggamannya.

“Coba hindari ini!!” ancam Raja Jaehyung

Raja Jaehyung menusuk perut Panglima Mijoo yang sedang mengandung. Darah segar mengalir begitu banyak dari perut panglima itu dan tubuhnya tumbang seketika. Mata Raja Woohyun terbelalak tak percaya melihat panglimanya dibunuh secara tragis

“Tidak!!!!” pekik Raja Woohyun

“Ma....Maaf.....kan....aku, Yang Mulia”

Mulut panglima itu mengucapkan kata terakhirnya sebelum menutup mata. Tinggal nyawa Raja Woohyun yang belum dihabisi oleh raja kejam itu.

“Ada pesan-pesan terakhir sebelum kau mati??” ancam Raja Jaehyung

“Bunuh aku saja, bodoh!!!” bentak Raja Woohyun

“Baiklah, selamat tinggal...penguasa Gunsan!!”

Saat Raja Jaehyung menghunuskan pedangnya, tiba-tiba sebuah tombak menancap ke punggung Raja Jaehyung dan kemudian tumbang seketika. Jenderal Dongwoo berhasil menyelamatkan nyawa Raja Woohyun di saat genting. Ia langsung berlari menghampirinya rajanya yang terkapar.

“Jenderal..... Jenderal.....”

“Yang Mulia, bertahanlah”

Mulut Raja Woohyun terbata-bata karena rasa sakitnya yang sangat dalam, tubuhnya melemah karena darah terus mengucur dari perutnya

“Anda harus kuat, Yang Mulia...hanya anda yang mampu menjaga kerajaan ini” isak Jenderal Dongwoo

“Aku... aku sudah tak sanggup lagi.... tetapi...... dimana istriku??”

“Dia.... dia sudah tewas saat melarikan diri....aku tak bisa menyelamatkannya”

Api itu sudah menjalar ke seluruh bangunan istana, pasukan Myungduk bergerak mundur setelah menghabisi semua pasukan Gunsan. Mereka lari dari kerajaan itu karena sudah merasa menang. Jenderal Dongwoo berusaha menguatkan sang raja meski ditengah kepungan api dan asap

“Jenderal.... sekarang kau harus bangun kembali kerajaan kita.... apapun caranya” kata Raja Woohyun terbata-bata

“Tapi, Yang Mulia...... aku”

“Aku percayakan padamu sekarang.....Dongwoo”

“Yang Mulia!!! Tidak!!!”

Jenderal Dongwoo mengguncang tubuh sang raja yang sudah menutup mata. Ia menangis karena kehilangan pemimpin yang juga teman baiknya itu, tak ada lagi sosok yang baik dan bijaksana seperti dirinya, semua tinggal kenangan. Ruangan itu tampaknya segera hancur, Jenderal Dongwoo meninggalkan tempat itu secepatnya dan merelakan rajanya. Kerajaan Gunsan kini sudah hancur dan menjadi lautan api, tidak ada lagi yang tersisa. Semua jenderal di kerajaan itu sudah tewas kecuali Jenderal Dongwoo yang masih hidup. Kerajaan terkuat di Korea itu akhirnya bisa ditaklukkan setelah sekian lama.

 

-Beberapa tahun kemudian-

            Seorang laki-laki sedang menunggangi kudanya sendirian, pakaiannya megah dan rapi dilengkapi dengan pedang panjang sebagai teman bertempurnya. Tampaknya laki-laki itu menuju pemakaman. Orang itu tak lain adalah Dongwoo yang sekarang menjadi raja di kerajaan Gunsan. Kerajaan itu sudah dibangun kembali setelah dihancurkan oleh kerajaan Myungduk. Raja Dongwoo berjalan ke batu nisan yang bertuliskan “Raja Nam Woohyun”. Disampingnya ada makam Ratu Jisoo dan juga Panglima Mijoo. Raja baru itu melihat makam rajanya yang dulu sekarang terbaring di bawah batu nisan. Raut wajahnya sedih ketika mengingat semua kenangan masa lalunya

Woohyun, sekarang aku sudah membangun kembali dan memimpin kerajaan kita.... suatu saat nanti aku yakin kerajaan kita akan menjadi yang terkuat di seluruh Korea seperti dulu” batin Raja Dongwoo

Matahari sore akan turun, Raja Dongwoo berjalan keluar dari pemakaman dan memandang ketiga pusara itu karena ada tugas kerajaan yang menantinya

Beristirahatlah dengan damai...” batin Raja Dongwoo sambil tersenyum

 

-END-

(gimana ceritanya??? Aneh apa keren??? Maaf juga kalo ceritanya melenceng dari judul di atas :). Aku juga mohon pencerahan dan pembelajarannya untuk hal membuat FF… kalo mau kontak aku, mention aja ke twitterku (sudah ada di bagian Author)… Kamsahamnida Yeoreobun yang sudah membaca… :D     

            

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet