Story of 2PM (Drabbles)

Description

kisah cinta member 2pm dan kesedihan mereka saat Jaebum keluar...

Foreword

Accident

“Hyungdeul, ayo kita main game kiss lagi!” teriak Chansung, Junho langsung bergidik.

“Maldo andwae!” serunya histeris. Namun sepertinya member  yang lain setuju atas ide si magnae.

“Yang kalah harus membersihkan drom selama satu minggu, eotteokhe?” teriak Wooyoung bersemangat.

“Nde!” jawab para member kompak, kecuali Junho yang kini nampak meringkuk di bawah meja.

“Lalu yang menangnya dapat.. hmm?” Taecyeon nampak berpikir. “Ah! Dapat pijat geratis dari yang kalah selama satu minggu setelah pulang dari acara TV, Nde?”

“Nde!” koor merea semua, Junho mulai menangis mendengarnya. Dia kan tidak jago.

Game pun di mulai, dengan kelompok satu ada pasangan KhunYoung (Nichkhun>

KhunYoung part

Sepertinya Nichkhun memanfaatkannya untuk benar-benar mencium Wooyoung, dia bahkan tanpa ragu mengulum bibir Wooyoung meski terhalang selembar kertas, dan memegang tengkuk pemuda chubby itu agar dapat melakukannya lebih dalam.

“Hyung, kau mau membunuhku?” seru Wooyoung kesal saat Nichkhun  baru melepaskan ciuman mereka setelah lima menit berlalu, nafasnya ngos-ngosan. Nichkhun hanya nyengir. Member yang lain meringis pelan.

“Lima menit, dan kalian tidak mendapatkan satu kertas pun,” cibir Junho. “Lihat! Bahkan kertas yang kalian gunakan jadi hancur begini!”

Wooyoung langsung mendeathglare Nichkhun, “Kita pasti kalah Hyung, dan kau yang harus membersihkan drom ini!” desisinya tajam

SungHo part

Tidak ada cerita game kiss di sini. Sebelum akan melakukannya, Junho telah kabur duluan meninggalkan Chansung yang teriak-teriak memanggilnya.

“Kami bahkan belum mulai,” keluhnya merana.

YeonSu part

“Fighthing!” seru Taecyeon, mulai mengambil kertas dan menempelkannya di mulut. Dia dan Junsu sudah saling mendekat, mendekat, mendekat...

Karena seperti adegan slow motion, Chansung memukul pundak Taecyeon keras hingga kertas yang ada di mulutnya jatuh. Tapi masalahnya, Taecyeon dan Junsu sudah benar-benar dekat. Jadi sepertinya...

Chu!

“AAAAAAGGHKKH, ANDWAE!” teriak keduanya histeris.

... Akan terjadi accident kiss.

 

Banana

“Hyung, apa kau yang menyimpan pisangku?” Junho menggeram kesal mendengarnya, hampir meremukan handphone di tangannya. Kenapa selalu pisang sih yang dia tanyakan setiap menelepon?

“Tidak, dan aku tidak peduli!” ketus Junho, segera mematikan ponselnya.

“Wae, Bro?” tanya Junsu so’, menepuk pundak Junho sedikit keras.

“Aish, Hyung, apeuda!” kesal Junho sewot, bibirnya mengerucut, tangannya mengelus bahu yang di pukul Hyungnya tadi. Junsu menghela nafas.

“Wae?” tanyanya sekali lagi.

“Si magnae itu... setiap meneleponku selalu tentang pisang,” keluh Junho. “Melihat pisangku tidak? Pisangku di mana? Hyung, pisangku tidak ada!” Junho terus nyerocos menirukan cara bicara Chansung di telepon, Junsu hanya manggut-manggut.

15 menit kemudian...

Suara handphone milik Junho terdengar lagi, dan sang empunya tahu siapa yang menelepon.

“Wae, Chanana, aku tidak menyembunyikan pisangmu!” kata Junho segera.

“Apaan sih, Hyung,” kata Chansung di seberang sana. “Aku Cuma mau tanya, sekarang Hyung ada di mana?”

Mata Junho seketika berbinar. Akhirnya my Chanana nanyain aku juga. Batinnya girang.

“Oh, aku masih ada di tempat pemotretan, Wae?” tanya Junho lembut.

“Nanti kalau pulang bisa belikan aku pisang, tidak?” mata Junho langsung melotot.

“YAH, NEO JINJJA!” teriak Junho emosi. “Kenapa pisang terus sih yang kau pikirkan. Aku juga butuh perhatianmu, BABO!”

Di drom...

“Hyung, aku minta maaf,” kata Chansung memelas. Junho tak bergeming, dia tetap berbaring di kasur dalam diam, tidak tidur.

“Hyung!”

“...”

“Oke, aku jujur,” Chansung menghela nafas pelan, menelan ludah, “sebenarnya, alasan aku selalu menelepon Hyung karena aku ingin mendengar suara Hyung saja. Aku tidak butuh pisang, kau kan tahu persediaan pisangku banyak sekali. Pisang-pisang itu hanya aku jadikan alasan untuk bisa menelepon Hyung.”

Junho sedikit berdesir, mukanya memanas, tapi dia tentu tak akan percaya begitu saja.

“Oke, aku percaya padamu.”

Oh, ternyata Junho masih terlalu polos. Dia bahkan langsung bangun dan memeluk Chansung. Chansung yang di perlakukan seperti itu tentu saja girang, dia bahkan sampai mangap-mangap dengan mata berbinar. Andai Junho tahu, Chansung menanyakan pisangnya terus karena memang pisangnya sudah habis. Sebanyak apapun persediaan pisang milik Chansung, kalau terus di makan setiap waktu, tentu akan habis juga, kan.

 

Couple

Taecyeon menunduk lesu, tak sanggup melihat kemesraan yang di tunjukan Wooyoung dan Nichkhun. Sudah sangat lama saat dirinya mulai menyukai pemuda berpipi chubby itu, namun bahkan fancervise pun tidak pernah mereka lakukan.

‘Kenap harus Khunyoung sih? Kenapa tidak Taecyoung, Yeonwoo, Taecwoo, kenapa para fans jarang memasangkan kami?’ batin Taecyeon dongkol.

“Taec-ah, gwaenchana?” Junsu menghampiri Taecyeon yang nampak tak bersemangat, menyentuh pundaknya lembut.

“Ne, Gwaenchana, Hyung,” desah Taecyeon, menghela nafas. Dan sekali lagi, dia memperhatikan Wooyoung dan Nichkhun.

Junsu melihat apa yang sedang di lihat Dongsaeng-nya, lalu dia mengerti. “Kau cemburu, Taec-ah? Dengan mereka?”

“Mwo? Nugu?” refleks Taecyeon menatap Junsu, ekspresi kagetnya kentara sekali.

“Kau menyukai Wooyoung?” tanya Junsu lagi.

“Ani!” seru Taecyeon kencang, membuat semua perhatian di drom itu tertuju kepadanya.

“Kau ini heboh sekali, Hyung,” si magnae Chansung nyeletuk, ada beberapa kulit pisang di sekitarnya.

“Diam kau!” dengus Taecyeon kesal.

“Cih!”

“Ternyata benar,” kata Junsu kemudian, kembali Taecyeon mendongak ke arahnya.

“Apa maksud, Hyung? Jangan membuat gosip. Wooyoung sudah punya Nichkhun!”kata Tacyeon panik, sedikit berbisik.

“Nah, itu kau tahu,” kata Junus. “Carilah yang belum punya pasangan.” Setalah berkata seperti itu, dia beranjak pergi ke dapur.

Taecyeon termenung sejenak, memperhatikan Nichkhun yang tengah menatap wajah Wooyoung intens, lalu dia memperhatikan si magnae Chansung yang sedang tiduran dengan pisangnya, Junho mengusap kepalanya sayang, terakhir dia memperhatikan Junsu yang tengah meminum cappucino di meja makan.

“Hanya Junsu Hyung yang belum punya pasangan di sini. Apa maksudnya dia sendiri, ya?” tanyanya bingung, namun kemudian senyumnya mengembang.

“JUNSU HYUNG, KAU MAU JADI COUPLE-KU TIDAK?!” teriak Taecyeon heboh. Junsu yang mendengarnya tersenyum misterius.

 

Detest

Jaebum tahu saat dia keluar dari 2PM semuanya menjadi lebih buruk lagi. Terlalu banyak berita miring yang menyakitkan, menghancurkannya, 2PM, dan JYP. Seharusnya tidak seperti ini. Terlalu banyak fans yang plin-plan dalam memilih siapa yang harus mereka dukung. Pertama, mereka lah yang meminta dirinya di keluarkan dari 2PM, di usir dari Korea, dan bahkan dikatakan pantas mati. Tapi sekarang, mereka menghujat teman-temannya di 2PM dan JYP karena telah mengeluarkannya.

Jaebum sangat bingung dengan keadaan ini, dan dia butuh penjelasan. Dia marah saat para fans yang kecewa pada 2PM menghujat mereka dan mengata-ngatai tentang sikap mereka yang buruk. Jaebum benci saat mereka mengatakan tentang Taecyeon yang sering berganti-ganti teman kencan, dia tidak terima saat orang yang sangat disayanginya, Wooyoung, di beritakan adalah orang yang pura-pura polos dan manis. Mereka tidak tahu apa-apa tentang 2PM, tapi kenapa mereka harus mengatai adik-adiknya sekejam itu?

“Hyung, gwaenchana,” kata Wooyoung saat di telepon. “Kami baik-baik saja. Semuanya akan cepat berakhir.”

“Hyung, kau juga baik-baik kan di sana?” kali ini Jaebum mendengar suara Nichkhun.

“Nde,” Jaebum menjawab pelan. “Nichkhun-ah, kau menjaga Wooyoung dengan baik, kan?”

“Aku menjaganya, tapi dia tidak pernah berhenti menangis setiap malam,” adu Nichkhun, dan Jaebum dapat mendengar bantahan Wooyoung seperti, “Itu tidak benar!” dan, “Aku tidak menangis.”

Jaebum tertawa mendengarnya, “Udong-ah, jangan menangis lagi, oke?”

Wooyoung tak langsung menjawab, dan Jaebum dapat merasakan kalau adiknya yang satu ini sedang menahan tangis.

“Aku tidak bisa berhenti menangis, Hyung,” kata Wooyoung kemudian, suaranya parau. “Kau tahu aku sangat merindukanmu. Tak ada yang menjagaku lebih baik darimu. Aku ingin kau kembali. Aku tidak peduli pada semua pemberitaan yang menjelek-jelekan kami. Aku ingin kau kembali, hanya itu.”

Jaebum menggeram kesal saat mendengar tentang pemberitaan miring itu lagi, rasa bencinya kembali muncul.

“Hyung,” Wooyoung kembali bersuara.

“Nde, Udong-ah?” tanya Jaebum kembali tenang.

“Jangan permembenci fans, Hyung,” kata Wooyoung serak, seperti tahu yang dipikirkan leader 2PM itu. “Mereka hanya salah paham dan semuanya akan baik-baik saja.”

Jaebum terperangah. Tetapi terlalu banyak yang tidak tahu bagaimana 2PM yang sebenarnya, dan mereka terlalu banyak menyimpulkan sesuatu yang salah tentang mereka (2PM). Bukankah mereka fans, kenapa harus menjatuhkan?

“Aku tidak bisa tidak membenci orang-orang yang telah menyakiti kalian,” kata Jaebum kemudian, matanya memanas. “Saat mereka membenci kalian, aku akan lebih benci lagi pada mereka.”

“Hyung!”

“Aku terlalu menyayangi kalian, nae namdongsaeng,” kata Jaebum melanjutkan. “Aku terlalu menyayangimu, Uyoungie-ah. Mianhae...”

 

 

Present

Taecyeon berdiri di balkon kamarnya, menengadah menatap bulan yang nampak tak penuh malam ini, dirinya berfikir apa Hyung-nya di Seattle juga melakukan hal yang sama? Tidak. Sudah jelas bukan bahwa di sana pasti matahari  tengah berdiri tinggi.

“Hyung, bogoshipo,” bisiknya lirih.

Taecyeon kembali ke dalam kamar, meringkuk di balik selimut yang tebal dan mulai tertidur. Desember memang bulan yang dingin, kan?

Taecyeon sedikit mengerang saat tiba-tiba tubuhnya menjadi lebih hangat lagi, matanya kemudian terbuka.

“Happy birthday,” ucap seseorang yang kini tengah memelukanya. Taecyeon terkesiap.

“Hyung!” Taecyeon segera saja balik mendekap pemuda di depannya dengan erat. Sangat erat hingga Jaebum berpikir bahwa Dongsaengnya ini akan meremukan pinggangnya.

“Le-pas,” kata Jaebum terbata. Taecyeon segera  melepaskan pelukannya.

“Hyung, kau datang? Kau...” Taecyeon nampak kesulitan berbicara. “Aku... bogoshipo.”

“Nado,” Jaebum tersenyum, mengacak lembut rambut Taecyeon. “Oke! Now, make a wish.”

“Ah? Oh, itu, sebenarnya... aku Cuma ingin Hyung,” kata Taecyeon sedikit malu. Jaebum terkesiap, wajahnya seketika merona.

“Serius, Taec-ah.”

“Benar, kok,” kata Taecyeon manggut-manggut. “Tapi, ada satu lagi...” dan setelahnya, Jaebum dapat merasakan sentuhan lembut di bibinya.

“...Kiss.”

 

Wish

Malam itu Taecyeon baru saja selesai melihat sebuah iklan mengenai jin lampu, dan dia segera bergegas menghampiri Wooyoung yang tengah tertidur di lantai.

“Mandoo, ireona!” panggilnya, mengguncang tubuh Dongsaeng-nya itu sedikit keras.

“Emmm... hmm...” gumam Wooyoung tak jelas, lalu dia berbalik memunggungi  Taecyeon.

“Ish, Udong-ah!” Taecyeon membalik paksa tubuh Wooyoung kembali.

“Aish!! Wae, Hyung?” Wooyoung sedikit membuka mata.

Taecyeon tersenyum lalu memegangi kedua pipi Wooyoung. “Mandoo, aku beri kamu satu permohonan.”

“Ng?” Wooyoung masih belum sepenuhnya sadar. Dan sejujurnya, hatinya saat ini sedang mengutuk dan memaki-maki Hyung-nya itu karena telah mengganggu tidur nyamannya. Kenapa tidak dengan yang lain saja sih?! Wooyoung menguap, “Hyung...”

“Ne?”

BRUK!!!

Wooyoung kembali tertidur, Taecyeon menganga lebar.

“Mandoo!” secepat kilat Taecyeon menarik Wooyoung dan langsung mengecup singkat tepat di bibirnya. Wooyoung langsung terjaga.

“H-hyung?!”

“Makanya cepat katakan!” suruh Taecyeon.

“Mwo?” tanya Wooyong masih syok.

“Ck, satu permohonan, Uyoungie-a,” Taceyeon mendekatkan wajahnya ke wajah Wooyoung yang kini tengah memerah, dengan sayang menggesekan ujung hidung mereka. “Ayo katakan.”

Wooyoung mengerjap sekali, wajahnya masih terasa panas. Tetapi kemudian dia memiringkan sedikit wajahnya, mengecup lembut bibir Taecyeon.

“Kiss back.”

 

 

Jelous

“Hyung, apa ini?”

Nichkhun nampak kaget saat Wooyoung datang sambil marah-marah. Dia tambah bingung karena handphone-nya ada di tangan Wooyoung.

“Ada apa, Woo?” tanya Nichkhun hati-hati.

Wooyoung melempar handphone Nichkhun yang untungnya dengan sigap langsung di tangkap oleh pemiliknya. Pemuda itu segera membuka handphone di tangannya yang di yakininya menjadi penyebab kemarahan sang pemuda chubby.

“Hati-hati di jalan, malam ini sedang hujan deras,” Wooyoung berkata sarkartis, menirukan isi pesan Nichkhun untuk Victoria, istrinya di acara WGM.

“Ini kan hanya basa-basi, BabyWoo,” jelas Nichkhun, menaruh handphone-nya di atas meja.

“Tapi Hyung tidak pernah sms seperti itu kepadaku!” kata Wooyoung, masih kesal, melipat kedua tangannya di dada.

“Kenapa aku harus sms? Kau kan selalu di sisiku setiap  waktu,” kata Nichkhun santai, dan dia tersenyum kecil saat melihat pipi chubby Wooyoung sedikit besemu.

“Geotjimal!” Wooyoung tetap kekeh meski ketahuan pipinya memerah.

Nichkhun menarik pelan tangan Wooyoung, mendudukannya di atas pangkuannya, memeluk pinggangnya erat.

“Kau manis sekali saat sedang cemburu,” bisik pemuda tampan itu, menaruh dagunya di bahu Wooyoung.

“Cih!”

“Serius.”

“Jangan melakukan itu lagi,” kata Wooyoung, kini lebih lunak. “Nanti kalau dia salah paham bagaimana?”

Nichkhun terkekeh kecil, “Ya, aku tidak akan melakukannya lagi.”

“Jangan selingkuh.”

Kini Nichkhun tertawa mendengarnya, “aku benar-benar suka melihatmu cemburu.”

 

 

Insomnia

Wooyoung mengayun-ayunkan tubuhnya, menatap datar pada layar TV yang mati di depannya. Ada perasaan gundah malam ini yang membuatnya tak bisa tidur. Dia tak tahu apa yang dia rasakan, dia sendiri bingung.

Wooyoung kembali merapatkan selimutnya, masih terus manguyunkan tubuhnya kedepan dan kebelakang, dia benar-benar tak tenang. Padahal dia sangat mengantuk, namun entah kenapa matanya egan terpejam.

“Hyung, kau belum tidur?” Chansung terbangun sambil menggosokan matanya, kemudian menguap lebar.

Wooyoung mengangguk, “Aku tidak bisa tidur, Chanana.”

“Kau insomnia, Hyung?” tanya Chansung, beranjak dari lantai dan duduk di samping Wooyoung yang terbungkus selimut, bahkan kakinya ikut di masukan.

“Sepertinya seperti itu,” kata Wooyoung pelan.

“Hyung, kau kenapa sih?” Chansung menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, melirik Wooyoung yang belum juga berhenti menggerakkan tubuhnya.

“Aku merasakan sesuatu yang tidak enak,” Wooyoung menoleh menatap magnae 2PM itu, wajahnya nampak bingung. “Dan entah kenapa, hal-hal yang ingin ku lupakan terus berputar di kepalaku. Itu membuatku tidak tenang.”

“Sini, Hyung,” Chansung segera memeluk tubuh Wooyoung, mengusap punggungnya pelan. “Sudahlah, semua itu sudah lewat. Sekarang kau butuh istirahat.”

Wooyoung tak menjawab, dia hanya menggerakan sedikit tubuhnya untuk menyamankan posisi mereka.

“Tenang, Hyung, tidak akan terjadi apa-apa,” Chansung terus mengusap punggung Wooyoung, kemudian mengeratkan pelukannya.

“Nyaman,” bisik Wooyoung.

“Ibuku selalu melakukan ini jika aku ada masalah,” cerita Chansung. “Pelukan seperti ini seperti membagi masalahnya agar lebih ringan. Kau suka?”

“Ne,” jawab Wooyoung. “Biarkan seperti ini sampai aku tertidur, Chanana.”

“Tidurlah, Hyung, aku akan menjagamu.”

 

 

Vampire

Junsu tiba-tiba menjadi vampire. Semua member 2pm bingung dan mereka berusaha mengubahnya menjadi manusia lagi, atau setidaknya merubah prilakunya menjadi sedikit normal. Mereka berbagi tugas, dan sekarang giliran Taecyeon yang harus mengajarinya berjalan dengan baik, bukan loncat-loncat seperti kangguru.

“Hyung, kau kan pernah berjalan, masa tidak bisa sih?” keluh Taecyeon saat Junsu tak juga bisa berjalan selayaknya manusia. “Begini nih...” lalu Taecyeon mulai berjalan lagi pelan-pelan.

“Oke, aku coba,” Junsu kemudian mencoba melangkahkan kakinya, namun yang ada jalannya seperti gerakan pramuka yang salah. Seharusnya kan kaki kiri melangkah ke depan dan tangan kiri mengayun ke belakang. Sedang yang Junsu lakukan adalah menggerakan keduanya kedepan, jadi sedikit aneh cara berjalannya.

“Hyung, bukan begitu!” seru Taecyeon kesal. Junsu jadi murung, wajahnya yang nampak pucat memerah, seperti menahan tangis. Taecyeon yang melihat itu jadi merasa bersalah.

“Mianhae, Hyung.”

“Taecyeon-ah, peluk,” kata Junsu, merentangkan tangannya ke arah Taecyeon. Kontan pemuda itu jadi takut. Nanti kalau di cakar bagaimana? Batinnya, memperhatikan kuku-kuku Junsu yag nampak panjang.

“Tidak, Hyung, nanti saja kalau kau sudah bisa berjalan dengan baik.”

“Taec-ah, peluk,” rengek Junsu lagi, matanya mulai berkaca-kaca.

“Hyung,” Taecyeon memelas, tubuhnya jadi lemas melihat tampang aegyo yang di keluarkan member tertua 2pm itu. Aduh, kenapa dia jadi manis begini sih?

“Taec-ah, peluk,” Junsu mulai menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, masih merentanngkan tangannnya.

“Nanti ya, Hyung, kita minum dulu,” namun sebelum Taecyeon sempat berjalan ke arah dapur, tubuhnya seperti di tarik sesuatu, melayang, dan... DAP!

“Hyung!” Taecyeon sangat terkejut karena sekarang Junsu tengah memeluknya erat. “Jangan menggunakan kekuatan seperti itu dong, aku kan jadi kaget.”

“Aku kan ingin memelukmu,” kata Junsu, membenamkan wajahnya di leher Taecyeon.

“Kau benar-benar jadi agresif setelah kau jadi vampire,” kata Taecyeon. “Apa kau selalu minta peluk ke member yang lain saat sedang mengajarimu?”

“Tidak,” bisik Junsu. “Aku kan hanya ingin memelukmu.”

Dan tiba-tiba, Taecyeon mendapatkan ide agar Junsu bisa berjalan dengan normal kembali.

“Hyung...”

Posisi Taecyeon kini memeluk Junsu dari belakang, tangan mereka saling menggenggam. Junsu menginjak kaki Taecyeon namun sebenarnya itu di sengaja. Taecyeon lalu mulai berjalan, dengan Junsu yang pasti mengikuti gerakannya.

“Bagaimana, Hyung, mudah bukan?” Junsu hanya mengangguk, tersenyum. Taecyeon kemudian lebih mengeratkan pelukannnya, meletakan dagunya di atas bahu orang yang di cintainya itu.

“Taec-ah, aku tidak menyesal jadi vampire jika kau seperti ini terus.”

 

Leader & Magnae

Pagi hari...

“Hyung, kenapa sih wajahmu imut, badanmu pendek dan kecil? Padahal kau leader di sini,” Jaebum memincing mendengar perkataan magnae 2pm itu.

“Apa maksudmu, Chana?” tanya Jaebum kesal. “Bukankan tubuhmu juga terlalu besar dan tinggi untuk ukuran magnae?”

“Aish, Hyung, kau menghinaku?” tanya Chansung, manyun.

“Kau sendiri yang mulai,” dengus Jaebum, kembali pada handphone-nya.

Ujung bibir Chansung berkedut. Tapi kemudian, “Eh, Hyung, apa jangan-jangan kita melakukan hal yang salah?”

“Salah bagaimana?” Jaebum memandang Chansung tak mengerti.

“Mungkin kita harus...” Chansung berbisik ke telinga leader 2pm itu, sang tertua hanya manggut-manggut.

“Bagaimana?”

“Kita harus mencobanya,” kata Jaebum yakin.

Sore hari...

Ke lima member 2pm memandang aneh pada prilaku yang di tunjukan leader dan magnae mereka. Jaebum, dengan wig panjang nampak tengah tiduran sambil memakan pisang, dan banyak sekali bekas pisang di sekitarnya. Sedang Chansung, dia tengah melakukan olah raga push up – oh my, dan dia memakai baju pink, sepertinya milik Jaebum.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Wooyoung memecah keheningan. “Chansung-ah, sejak kapan kau suka memakai baju pink? Hyung, kenapa kau makan pisang banyak sekali?” dia benar-benar bingung, sikap mereka benar-benar terbalik, Jaebum tidak pernah melewatkan sehari pun tanpa berolah raga.

“Kami memutuskan untuk menukar prilaku kami, Hyung,” kata si magnae, menghentikan push up-nya.

Nichkhun mengernyit, “untuk apa?”

“Mungkin saja setelah ini aku akan menjadi tinggi dan memiliki tubuh yang besar,” kata Jaebum, masih memakan pisangnya yang entah sudah ke berapa.

“Dengan makan pisang dan bermalas-malasan?” tanya Taecyeon tak percaya.

“Nde.”

“Mungkin dengan banyak berolah raga akan membuat tubuhku menjadi kecil,” terang Chansung yang kini sudah duduk di sofa.

Kelima member langsung cengo di buatnya.

“Tidak ada masa pertumbuhan untuk orang tua, kan?” bisik Junho, menatap ke empat member dengan bingung. Yang lain hanya mengangkat bahu.

“Lagi pula, bukankah semakin banyak olah raga tubuh kita akan terbentuk menjadi lebih berotot? Itu berarti menjadi lebih besar, bukan lebih kecil,” bahkan Taecyeon pun tahu akan hal itu meski nilai kuliahnya ‘E’ semua. Kenapa leader dan magnae mereka menjadi sangat bodoh begini?

 

Hopnotis

Semua member 2pm berkumpul di ruangan tengah drom, mereka tengah mengerubungi Nichkhun yang ternyata kini bisa melakukan hipnotis.

“Ayo, siapa yang mau mencobanya?” tanya Nichkhun. “Junho, kau mau?”

“Tidak, Hyung, nanti rahasiaku terbongkar semua,” tolak Junho, menggeleng cepat-cepat.

“Jadi?” mata Nichkhun mengedar. “Taec-ah?” tanyanya pada Taecyeon yang duduk di sebelah Wooyoung dan Junsu.

“Aku?” tanya Taecyeon memastikan. Nichkhun mengangguk. “Hmmm, baiklah.” Kata Taecyeon akhirnya.

Kini Taecyeon sudah pingsan di sofa dengan Nichkhun duduk di sebeelahnya.

“Oke, Taec-ah, kau hanya harus mendengar ucapanku, kau mengerti?” Taecyeon mengangguk nurut.

“Siapa namamu?”

“Ok Taecyeon.”

“Menurutmu, siapa yang paling tampan di 2pm?”

“Tentu saja aku,” semua member langsung mengernyit.

“Kalau member yang paling cute?”

“Wooyoung. Tapi Nichkhun Hyung paling cantik di 2pm,” perkataan itu  membuat Nichkhun melotot.

“Apa maksudmu kalau aku paling cantik?” tanya Nichkhun geram.

“Memang benar kok.”

“Jangan-jangan kau menyukaiku lagi?” tanya Nichkhun hati-hati.

“Tidak,” Nichkhun menghela nafas lega.

“Tapi aku mencintaimu, Hyung,” kelanjutan dari perkataan Taecyeon membuat semua member terbelalak, tak terkecuali Nichkhun yang menjadi objek di sini.

“Kau pasti bercanda, kan?”

“Aku kan di hipnotis, mana mungkin bercanda.”

Nichkhun syok berat, dengan panik dia bereriak histeris dan langsung kabur.

“Hyung, kau belum membangunkan Taec Hyung!” seru Wooyoung saat melihat Nichkhun berlari keluar drom.

Malam hari...

“Annyeong, Hyung!” sapa Taecyeon saat Nichkhun baru keluar dari kamar mandi.

Pemuda itu langsung terkesiap, wajahnya memerah, jantungnya berdetak cepat, dia jadi gugup.

“Annyeong, Taec-ah,” katanya tanpa menatap mata dongsaengnya itu. “Er – aku ke kamar dulu.”

Taecyeon tersenyum geli melihat tingkah gugup Nichkhun, senang juga rasanya bisa menggoda Hyung-nya yang satu ini.

“Hyung, sepertinnya Nichkhun Hyung percaya,” bisik Wooyoung. “Padahal kan hipnotisnya gagal.”

 

Understand

“Hyung, aku tidak mengerti perkataan kalian!” teriak Wooyoung pada Jaebum dan Nichkhun yang tengah mengobrol menggunakan bahasa Inggris.

“Aish, Udong, kenapa sih kau selalu protes?” kata Nichkhun sedikit kesal. “Lihat, Chansung saja tidak pernah protes.”

“Aku tidak peduli,” seru Wooyoung marah. “Mengobrolah menggunakan bahasa Korea yang baik dan  benar!”

“Aku kan masih belum lancar bahasa Korea,” kilah Jaebum.

“Makanya belajar, Hyung,” sindir Taecyeon. “Nichkhun saja sudah hampir bisa.”

“Kalian ini berisik sekali!” seru Jaebum kesal karena di sindir-sindir seperti itu.

Pagi hari...

Chansung tengah duduk di meja makan, dirinya nampak memikirkan sesuatu.

“Wae, Chanana?” tanya Junho yang saat itu sudah bangun dan berniat mengambil minum. “Tumben kau sudah bangun. Kau lapar?”

“Ani,” kilah Chansung.

“Lalu kenapa?” tanya Junho.

“Aku bingung, Hyung,” Chansung mendongak menatap wajah Junho intens, kontas saja yang di pandangi jadi salah tingkah.

“W-wae?”

“Tadi malah itu mereka lagi ngobrolin apa sih?” tanya Chansung, benar-benar bingung. “Aku tidak mengerti perkataan mereka.”

Junho langsung cengo, “Lalu kenapa kau tidak bertanya? Aku kira kau mengerti apa yang mereka obrolkan.”

“Aish, kau kan tahu aku tidak bisa bahasa inggris,” kata Chansung kesal.

“Tapi...”

“Hmmm?” tanya Chansung, memiringkan kepalanya sedikit.

“Kau mengertikan artinya ‘I love you’?” kata Junho, tersenyum misterius.

“Tentu saja,” jawab Chansung segera.

“Kalau begitu, ‘I love you’,” kata Junho, langsung beranjak pergi dari dapur.

“Ah?” Chansung terperangah, namun kemudian senyumnya mengembang.

“Tidak perlu mengerti, Hyung, karena aku dapat merasakannya,” bisik Chansung. “I love you too.”

 

Gone

Jaebum telah meninggalkan 2PM, semua orang bersedih, semua orang kecewa, semua orang merasa kehilangan. Sudah hampir beberapa minggu dan member yang lain sudah sangat merindukannya.

“Hyung, please come back,” isak Wooyoung di telepon, semua orang yang mendengarnya juga ikut menangis.

“We need you more than you could imagine. Hyung, please,” tambah Taecyeon.

“I’m sorry all, I can’t,” suara Jaebum terdengar serak, para member menjadi lebih sedih lagi saat mendengarnya. “But, I have been and always will be there for you all.” Dan perkataan itu membuat semuanya terisak lebih hebat.

“Ne, Hyung, do us a favor and sing a song,” kata Junsu, berusaha tersenyum meski Jaebum tidak akan mungkin melihatnya.

“Sing a song?” tanya Jaebum memastikan.

“Nde!” jawab para member kompak.

“Oke,” putus Jaebum.

“Little by little

I’ve come to this point

On my own I’ve been searching my way

I lost you so early

The days went so fast

You don’t know I prayed everyday

 

A song to remember

A song to forget...” suara Jaebum tersendat, jelas sekali bahwa saat ini dia tengah menangis.

“Hyung, stop,” pekik Wooyoung.

“Dont you cry, Hyung,” pinta Nichkhun, namun dia juga sudah menangis hebat.

“Dont ever...”

“Mianhae, I hurt  a kind person like you all. Nae namdongsaeng,” kata Jaebum lirih.

“Ani! You never do it,” kilah Junho cepat.

“Hyung, dont think you’re alone, oke?” isak Chansung.

“Oke!”

“Succes for new life, Hyung.”

“Yes.”

“We love you so much.”

“Me too.”

Comments

You must be logged in to comment
kkeuchi
#1
<3
SweetEvilCupcake
#2
i love 2pm