[G]ravity
ALPHABETWoogyu/Fluff/800 words
• • •
Sunggyu-nya sangat cantik.
Ia gemar tersenyum bagai hujan manis di tanah kering. Bola matanya seperti permata safir dari Ceylon--berkilau cemerlang, namun tak ada yang bisa menandingi keindahan kalamana sepasang mata kecilnya melengkung bak bulan sabit. Pipinya yang naik dan penuh--mereka bersemu, padahal tidak pernah disepuh pemerah mana pun. Jari-jari miliknya yang lentik, sedikit kurus, begitu rapuh saat direngkuh. Membuat siapa saja ingin membungkusnya dengan hati-hati agar tetap utuh. Ia cantik, dan lincah. Ia pemalu, tapi keriangan masa muda tersirat jelas di lekuk wajahnya. Ia cepat menangis dan berusaha untuk tegar disaat yang sama.
Sunggyu-nya memang sangat cantik.
Dan paling cantik--dan bersinar, ketika ia berdiri di balik kaca dinding rumahnya; menggasak debu dengan kain kumal, menguapkan napasnya, lalu menciptakan suara-suara licin dari kaca yang diusap. Terkadang ia berjinjit untuk menggapai bagian atas yang tak terjangkau, jarinya tampak tegang dan itu membuat mimik mukanya terlihat sangat polos. Kaos putih besar yang dipakainya terangkat, menggembung, memperlihatkan sisi-sisi kulitnya yang bercahaya.
Sinar redup mentari menempa helai rambut sepekat kayu pinus, terembus angin dingin musim gugur. Sunggyu memberinya sebuah senyuman terbaik setelah sibuk mengoceh tentang kebersihan dan berkata,
"Bukankah bersih seperti ini lebih enak dipandang, Woohyun?"
Ditatap pujaan hatinya itu dalam ketakjuban yang tak perlu dijelaskan, indera pendengarnya merekam melodi suara kekanakan. Menguntai beberapa kata-kata indah di dalam pikiran selagi menyelami teduh matanya. Hanya sekitar lima inci berdiri di depan Sunggyu, karena dorongan kuat dalam diri Woohyun ingin menempatkan tubuh ramping semampai kekasihnya untuk merekat pada kaca.
"Woohyun, hei? Kau baik-baik saja?"
"Kau seperti ini. Sedekat ini, denganku. Berjuta kali lebih enak dipandang."
"Apa sih!" Sunggyu mendorong bahu Woohyun (sebentuk usaha melepaskan diri yang lemah.) Sang kekasih menahannya di dalam pelukan. Erat. Mengikat. Sementara kedua lengan kokoh bersembunyi ke dalam kaosnya setia mengusik kulit punggungnya yang dingin, Sunggyu dibuat sedikit menggeliat. "Tidak cukupkah yang semalam?" bisiknya samar dan stabil.
Nalurinya bergerak secara alami mengendus perpotongan leher dan tulang selangka Sunggyu dan diciumnya sedalam ia menyimpan kenangan. Merengkuh Sunggyu semakin erat. Ia mengingat kembali, tepat malam kemarin, ketika Sunggyu dengan begitu cantik dan mempesona menyerahkan segalanya untuknya."Tidak. Tak akan pernah."
"--Hyun." Sunggyu mencengkeram pundak Woohyun lebih kuat. Getaran nyaman yang ia rasakan membuat pertahanan dirinya melemah. Kali ini Woohyun tidak lagi memeluknya melainkan mengusap kedua belah pipinya penuh kelembutan. Ia berpandangan dengan Woohyun, saling membagi afeksi yang mereka miliki untuk satu sama lain. Melalui kedipan mata--melalui tarikan bibir yang nakal. Di saat ia akan menerima ciuman yang hendak Woohyun sematkan di bibirnya terlintas satu ide usil. Ia mengelitik pinggang Woohyun, reflek saja laki-laki muda itu mundur; kegelian. Mendapat kesempatan emas untuk menghindar dari romantisme di senja ini ia berlari secepat kilat meninggalkan teras.
Sunggyu selalu berhasil menggodanya dalam definisi yang lebih sensual itulah mengapa Woohyun ingin sekali memberi Sunggyu sedikit pelajaran. Woohyun mengejar Sunggyu tak main-main selepas Sunggyu tertawa ke arahnya sambil menjulurkan lidah dari balik kaca dinding. Ia melesat masuk, menangkap Sunggyu tanpa perlu waktu lama dan membawa tubuh mungil Sunggyu di bahunya. Berusaha sehati-hati mungkin melempar Sunggyu diatas sofa.
Sunggyu meringkuk, lantas tertawa genit di bawah Woohyun seraya membelai satu persatu bagian wajah tampan kekasihnya. Semuanya miliknya, kesukaannya. "Apa?"
--lalu memperhatikan Woohyun bergeser ke bawah. Woohyun berhenti sebatas lututnya, mengangkat tinggi--tegak kedua kaki telanjangnya nyaris berpose sikap lilin. "Yah! Mengapa? Apa yang kau lakukan?" ia bertanya, menahan napas.
"Huush," Woohyun mencium belakang paha Sunggyu, menelusuri pelan-pelan dan mengagumi bagaimana di titik-titik tertentu intesitas warna kulitnya berbeda. Senada dengan lilac atau camellia. Pergelangan kaki Sunggyu begitu mudah ia genggam, tumitnya yang halus berada di sela-sela jemarinya. Setelahnya ia menekuk kaki Sunggyu ke depan dan berbaring diatasnya namun dengan meletakan kedua siku diantara kepala pemuda ini agar tetap merasa nyaman.
"Sebuah kekuatan tak kuketahui menarikku ke depan..."
Woohyun menggumamkan sebait lagu diantara deru napas teratur, mata bersirobok dengan mata Sunggyu. Ia selalu suka berlama-lama berada dalam posisi sedekat ini, berbagi kehangatan sambil mencuri kecupan adalah hal termanis dari jatuh cinta.
"Aku melukis dirimu dengan ujung jariku.."
Senyuman Sunggyu terkembang sempurna saat Woohyun menjelajahi keningnya, turun ke mata, sepanjang lekukan hidung, lalu bermuara di sekitar belahan bibirnya.
"Cintaku. Kita bernapas bersama karena alasan cinta."
Tidak ada manusia yang tidak ingin bahagia, termasuk dirinya. Mungkin banyak orang berpendapat ini adalah cinta yang tak semestinya ada. Tetapi Woohyun tidak pernah menyesali keputusan untuk hidup bersama seseorang yang menjadi alasannya tak mampu menahan perasaan. Bahkan, saat malam sudah teramat malam, ia selalu berdoa agar Sunggyu tak lepas dari sisinya, tanpa henti, berkali-kali. Tidak ingin ia dan Sunggyu hanya menjadi penggalan kisah yang patah dan menyerah.
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, kita tidak dapat berpisah."
Woohyun melanjutkan nyanyiannya dengan menempatkan dagu diatas kepala Sunggyu yang harum, lalu dalam irama lambat mensejajarkan bibirnya dengan bibir Sunggyu sebelum menjadikannya sebagai pertemuan yang panas dan menuntut. Karena Woohyun mencumbu Sunggyu, menikmati desahannya yang seperti sepasang hembusan.
Sunggyu-nya memang sangat cantik.
Tanpa bantahan.
•
•
•
A/n: Hello gays~ apa kabar? Maaf ya cuma sedikit :--( Oiya cetak miring translate lagunya wowwh yg Gravity
Comments