sorry (dear Daddy)

Just amber

"Kau!" Plaaaak. Sudah pemandangan biasa dirumah ini pertengkaran dan kekerasan sering terjadi. Amber dan kakaknya hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa. Ayah mereka yang terus memukul ibu mereka seakan ibu mereka adalah boneka tanpa nyawa. Sedikit kesalahan saja akan berimbas dengan banyak luka di sekujur tubuh. Pemandangan ini berawal dari ibu mereka yang jatuh sakit 4 tahun lalu. Tbc yang terus menggerogoti tubuh dan fisik ibu mereka. Sang ayah seperti tidak terima dengan keadaan istrinya yang mulai lemah dan tak berdaya. Terus saja mencaci dengan kata-kata kasar bahwa istrinya sudah tidak berguna dan pantas untuk mati. Semua ini menjadikan amber dan kakaknya punya pribadi yang keras dan cuek pada sekitar. Amber memutuskan pergi ke korea untuk mencari peruntungan. Meninggalkan kakak dan ibunya bersama seorang diktator (ayahnya).

"Mei? Kau yakin akan melakukan ini? Korea itu jauh" jackie kakak amber atau biasa jackie memanggilnya meymey terlihat sangat khawatir.

"Kau tidak usah mencemau. Besok kalau aku sudah berhasil. Aku akan membawamu dan ibu pindah ke korea" dengan tenang amber berjalan menuju pintu keluar rumah. dengan sedikit tergesa, ibunya menyusul amber.

"Mey" Ibunya berteriak dan memeluk amber dengan erat.

"Ibu, ibu tidak usah mencemau. Ibu harus jaga kesehatan ya. Ibu tidak usah pedulikan omongan ayah" amber mengelus punggung ibunya yang terisak. Ayahnya berdiri di depan tangga memandang ke samping.

"Dia itu ayahmu mey. Kau tidak boleh membencinya. Jika tidak ada dia, kau tidak akan bisa ada. Kau harus berjanji pada ibu. Jika ibu tiada nanti. Kau harus mencintai ayahmu seperti kau mencintai ibu" ibunya mengelus pipi dan rambut gadis bungsunya.

"Ibu... " amber hendak mengelak.

"Mey, janji pada ibu. Jangan membenci ayahmu ya" amber mengangguk lemah. "Hati-hati di jalan sayang. jika sudah sampai kau harus menghubungi kami" amber berjalan menuju taksi yang sudah menunggu di depan pagar.

Memang berat rasanya meninggalkan kota kelahirannya dengan sejuta kenangan bersama teman-teman. Tapi amber harus melakukan ini untuk kebahagiaan ibu dan kakaknya. Di usia 15 tahun, amber sudah merantau jauh dari orangtuanya. Sesampainya di korea. Pekerjaan apapun amber lakukan. Mulai dari pekerjaan ringan hingga pekerjaan berat seperti menjadi cleaning service. Ya, sudah 4 tahun ini amber bekerja sebagai cleaning service di sebuah perusahaan musik ternama di korea. amber rutin sebulan sekali mengirimkan uang untuk pengobatan ibunya. jackie juga selalu mengabarkan keadaan ibunya. Amber jadi selalu semangat jika ibunya sudah semakin membaik. Hari ini amber masuk siang. Amber adalah seseorang yang tepat waktu. 30 menit sebelum jam pergantian karyawan dia pasti sudah datang. Tapi, sampai 15 menit sebelum pergantian dia belum juga muncul. Hyuna, teman amber khawatir.

"Amber mana ya, tumben dia belum datang" hyuna mondar mandir di depan pintu ruang ganti.

"Kau kenapa?" Tanya jin pada hyuna.

"Amber belum datang, aku takut terjadi sesuatu padanya" hyuna meremas ujung bajunya. Jin menengok ke dalam loker amber. Benar juga, tumben sekali amber belum datang, pikir jin.

"Aku akan meneleponnya" jin mengambil ponselnya di saku. Lama dia mendial nomer amber. Tidak kunjung diangkat.

"Ck, kok tidak diangkat sih" jin mendial lagi nomer amber. Tapi tetap tidak ada jawaban.

"Ah ,, itu dia!" Hyuna menunjuk pintu belakang dengan amber yang berjalan sangat pelan.

"Hey, tumben sekali kau terlambat" hyuna menyenggol amber, tapi sepertinya amber memang sangat lemas. Dengan sedikit senggolan bisa membuat kehilangan keseimbangan. Amber terhuyung ke samping.

"Amber!" Jin menangkap tubuh amber.

"Badannya sangat panas" jin memegang dahi amber. Langsung saja hyuna dan jin membawa amber ke klinik di perusahaan itu. Jin dan hyuna menunggu amber diperiksa oleh dokter.

"Bagaimana keadaan teman saya Dok?" Tanya jin terdengar sangat cemas.

"Apa ada salah satu keluarganya?" Dokter yang bernama shim langsung bertanya. Jin dan hyuna menggeleng.

"Orang tuanya di luar negeri Dok. Apa ada masalah?" Jin bertanya semakin cemas. Dokter shim terlihat menundukkan kepala sambil menghela napas berat. Dokter shim menepuk pundak jin.

"Ada yang harus ku bicarakan. Kalian teman dekatnya kan?" Jin dan hyuna mengangguk. Mereka mengikuti dokter shim masuk salah satu ruangan. "Begini, apakah teman Anda sering mengeluh pusing dan sering pingsan?" Jin dan hyuna saling berpandangan.

"Beberapa waktu yang lalu dia bilang kalau dia sering tidak bisa tidur karena pusing " hyuna mengingat-ingat.

"itu merupakan salah satu dampak dari penyakitnya" Kata dokter shim sekali lagi. "Amber sakit apa Dok?" Tanya Jin tidak sabar.

"Amber, dia sakit gagal ginjal" hyuna dan jin langsung lemas seketika.

"Gagal ginjal?" Lirih hyuna menangis.

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya Dok?" Jin ikut meneteskan air mata.

"Kita harus segera melakukan donor ginjal. Tapi yang paling penting sekarang adalah menghubungi keluarganya Dulu" kata dokter shim. Hyuna dan jin mengangguk.

"Saya harus visit pasien lain. Amber sudah boleh kalian tengok, tapi jangan terlalu lama mengajaknya berbicara dulu ya" dokter shim meninggalkan ruangan dengan hyuna dipelukan jin sambil menangis.

Di ruangan amber.

"Makan sedikit saja ya? Kau belum makan dari tadi" hyuna menyuapkan sesendok bubur. Tapi amber tetap menggeleng dengan tatapan kosong dan wajah yang pucat. "Sini biar aku coba" Jin mengambilalih piring dan sendok dari tangan Hyuna. Pertama, Jin memegang tangan amber dengan lembut.

"Amber, kau harus sembuh ya, kau tidak mau kan kalau ibumu bersedih jika dia tau kalau anaknya sedang sakit dan tidak mau makan? Tidak kan?" Dengan lembut jin memandang mata kosong amber. Perlahan amber menengok menatap Jin. Jin tersenyum dan memegang pipi kanan amber pelan.

Tiba-tiba amber menangis, Jin segera memeluknya. Hyuna yang tak tahan ingin menangis langsung saja keluar ruangan. Hyuna tidak ingin amber melihatnya menangis karena itu akan membuat amber menjadi semakin sedih.

"Aku rindu ibuku! Aku ingin ibuku disini! Aku tidak ingin ayah ku!" Amber terus berteriak sambil menangis. Jin dengan sabar mengelus rambut amber.

"Amber, kau tidak boleh begitu. Dia tetaplah ayahmu. Kau harus menyayangi dia seperti ibumu" dengan pelan jin membisikkan kata-kata itu.

"Tapi dia selalu melukai ibuku. Dia tidak pernah memperhatikanku dan kakakku" amber terisak pelan.

"Dia tidak seperti itu amber, percayalah padaku" jin mengelus rambutnya lagi. "Sekarang kau makan dulu ya, setelah itu aku akan menelepon ibumu" amber mengangguk.

"Amber harus segera mendapatkan donor ginjal yang cocok untuknya sebelum terlambat" dokter shim menjelaskan kepada ayah dan ibu amber yang sudah sampai di Korea. Ibu amber menangis dan bingung harus melakukan apa.

"Aku tidak bisa mendonorkan ginjalkubkarena aku juga sedang sakit" dengan terisak ibu amber menjelaskan.

"Aku akan mendonorkan ginjalku" kata ayah amber membuat ibu amber menengoknya.

"Kita harus melakukan checkup dahulu, untuk mengetahui apakah ginjal Anda dan amber cocok atau tidak" hari itu juga amber dan ayahnya melakukan checkup. Setelah beberapa jam menunggu, hasil checkup keluar juga.

"Ginjal Anda dan amber cocok" dokter shim menjelaskan hasil checkup.

"Baik, aku akan mendonorkan ginjal untuk anakku"

"Ayah, apa kau yakin akan melakukan itu?" Tanya ibu amber.

"Iya. Aku akan melakukan apapun untuk anakku" ayah amber menjawab lirih sambil mengangguk. "Terimakasih ayah" ibu amber menangis haru. Operasi sudah berlangsung selama 2 jam. Dengan cemas ibu, hyuna dan jin menunggu.

"Bibi, sebaiknya bibi istirahat dulu. Bibi sudah makan?" Jin bertanya.

"Aku tidak bisa istirahat" sambil menangis ibu amber menggelengkan kepalanya. "Bibi, mari aku temani makan di kantin, bibi dari tadi belum makan. Aku takut nanti bibi ikut sakit" hyuna membujuk ibu amber. Akhirnya hyuna dan ibu amber pergi ke kantin untuk makan dan istirahat sejenak. 3jam sudah berlalu. Suara pintu dibuka. 3 insan yang sedang cemas segera bangkit dan menghampiri namja gagah dengan setelan baju operasi warna hijau.

"Bagaimana dokter?" Tanya ibu amber. Sebelum menjawab, dokter shim tersenyum ramah dan menjabat tangan ibu amber.

"Lancar" mereka bertiga langsung menangis bahagia.

"Ibu, siapa yang sudah mendonorkan ginjal untukku?" Amber bertanya saat ibunya menyuapi apel. Ibunya terdiam sejenak.

"Kau tidak usah memikirkan itu sayang. Yang penting sekarang kau harus cepat sehat dan cepat pulang" memang ayahnya tidak mengijinkan siapapun memberitahu amber bahwa beliaulah yang sudah mendonorkan ginjalnya pada amber tapi amber terus memaksa karena orang itu sangat berjasa untuk hidupnya begitu kata amber. Dengan terpaksa akhirnya ibu amber bercerita bahwa ayahnya lah yang mendonorkan ginjalnya tapi ayahnya tidak ingin amber tahu. Itu karena ayahnya terlalu gengsi pada amber, karena amber adalah anak yang paling keras dibanding dengan Jackie. Amber selalu menganggap dirinya sebagai ayah yang buruk dan selalu memperlakukan ibunya dengan kasar. Tapi sungguh dalam hatinya, amber adalah putri bungsunya yang amat sangat dia sayangi. Dia akan melakukan segala cara agar amber bahagia. Seperti saat amber akan berangkat ke Korea, dia memasukkan seluruh persediaan makanan ke dalam koper amber. Dia tahu amber sangat menyukai Snack cheetos pedas, maka ia memasukkan Snack itu di sela-sela baju amber. Tapi amber berpikir mungkin ibunya yang sudah memasukkan semua Snack dan makanan ke dalam kopernya. Dan saat keberangkatan amber ke Korea. Ayahnya lah yang paling sedih, dia tidak berani mengantar amber sampai ke depan rumah karena takut dia akan menangis. Saat taksi amber sudah melaju kencang, ayahnya langsung berlari keluar dan berusaha mengejar taksi amber agar berhenti dan melarangnya pergi. Selama amber berada di Korea, ayahnya lah yang selalu menunggu telepon atau kabar dari amber. Tapi apa daya, gengsi selalu ayahnya kedepankan. Ibu amber bercerita hingga amber menangis tersedu-sedu dan merasa sangat menyesal.

"Ibuuuuuuu" amber memeluk erat ibunya sambil menangis.

"Apakah ayah benar-benar begitu sayang padaku?" Sambil menangis amber bertanya. Ibunya mengangguk dan mempererat pelukannya.

"Tidak ada ayah yang tidak menyayangi putrinya sayang. Tidak ada mantan orang tua di dunia ini, jadi bagaimanapun kau membenci ayahmu dia akan tetap menjadi ayahmu. Sampai kapanpun" ucap ibu amber memandang wajah sendu amb

er. Kurang lebih 2 Minggu amber dirawat. Hari ini amber boleh pulang. Ia pulang ke rumah kontrakkannya bersama ibu dan ayah, tak lupa ditemani jin juga hyuna.

"Kau benar-benar sudah sehat am? Besok jangan masuk kerja dulu ya" jin meletakkan tas bawaannya di samping sofa.

"Aku sudah sembuh jin. Benar-benar sudah sembuh, jadi tidak masalah jika besok aku kerja" timpal amber.

"Mei, benar kata jin. Kau istirahat dulu ya dirumah sehari saja" ibu amber mengelus pelan rambut amber.

"Tapi ibu, ibu kan Butuh berob..."

"Ibumu sudah berobat" ayah amber yang tadi hanya diam tiba-tiba menyahut. Amber menoleh pelan, tidak berani menatap ayahnya.

"Dia sudah sehat dan kau tidak perlu repot-repot lagi untuk bekerja keras" ayah amber menjawabnya dengan nada dingin.

"Iya amber , ibu sudah sehat. Selama dia Amerika ibu rutin berobat. Ayahmu yang mengantar" ibu memandang pada ayah amber. Amber menatap ibunya tidak percaya.

"Benarkah?" Sekali lagi amber menanyakan kebenaran itu. "Benar amber" amber lantas memeluk ibunya dengan erat sambil tersenyum ke arah ayahnya yang masih berwajah dingin tanpa ekspresi.

Hari ini, ibu dan ayah amber pulang ke LA. Amber dan jin mengantar mereka sampai bandara.

"Amber, jaga kesehatan. Jangan sampai sakit. Jin, ibu titip amber ya. Kalau dia nakal cubit saja pipinya"

"Aw, ibuuu" amber mengeluh karena ibunya mencubit pipinya.

"Siap bibi, aku akan menjaga dia. Tenang saja" jin merangkul amber dan yang di rangkul memberi tatapan sinis membuat jin melepas rangkulannya pelan.

"Ibu, jaga kesehatan juga. Amber tidak mau ibu sakit lagi" amber memeluk ibunya yang hendak menangis.

"Iya sayang. Kan ada ayah dan Jackie yang menjaga ibu" seketika amber memandang ayah yang sedang menu

nduk. Pengeras suara sudah memberitahukan bahwa seluruh penumpang harus masuk ke ruang tunggu. Ayah dan ibu amber berjalan perlahan masuk ruang tunggu. Sampai...

"Ayaaah!" Amber berteriak dan berlari menuju sang ayah. Ayah amber berbalik dan langsung mendapat pelukan erat dari Putri kecilnya.

"Ayah. Maafkan aku, aku salah selama ini. Aku salah menganggap ayah orang jahat. Maaf jika aku tidak bersikap dewasa. Aku tau ayah selalu menangis karena aku. Aku minta maaf. Tidak apa-apa jika ayah marah padaku. Tapi hanya satu yang aku minta, maafkan aku ayah" amber menangis sambil terus memeluk ayahnya erat. Sudah lama sekali semenjak ibunya sakit amber tidak pernah memeluk ayahnya. Ayah amber pun berlinangan air mata.

Dibalasnya pelukan sang anak dengan erat pula.

"Mei, kau akan selalu jadi Putri kecil ayah. Kau akan selalu ada di hati ayah, mana mungkin ayah marah padamu. Bahkan sebelum kau meminta maaf ayah sudah memaafkanmu" dielusnya rambut amber dengan penuh kasih sayang. Amber tambah menangis. jin dan ibu amber yang melihat pemandangan ini hanya bisa bersyukur. Pengeras suara memperingatkan sekali lagi bahwa pesawat akan segera berangkat. "Ayah pergi dulu ya. Jaga dirimu baik-baik"

"Ayah juga" dengan manja amber mempoutkan bibirnya.

"Sudah ya" ayah amber melambaikan tangan. Jin berjalan mendekati amber dan merangkul pundak amber lembut.

"Ayo kita pulang" amber mengangguk. Dengan berat amber meninggalkan bandara. Amber dan jin sudah di dalam taksi saat salah pesawat lepas landas.

"Itu ayah dan ibu!" Amber berteriak seperti anak kecil sambil menunjuk-nunjuk pesawat.

"Itu pesawat amber" jin melucu.

"Jiiiin!" Amber memukul dada bidang jin.

"Aw aw aw...stop stooppp" semakin jin berteriak semakin keras pula amber memukulnya.

 

 

 

 

"Ayah, maafkan aku jika aku membuat kesalahan pada hari ini. Ayah maafkan aku yang tidak pernah bersikap dewasa dan menyakiti perasaanmu dengan ketidak dewasaanku ini. Ayah aku tau, seberapa banyak dan derasnya keringat bahkan air matamu untuk memberikan yang terbaik untukku. Ayah engkaulah lelaki pertama dalam hidupku. Kelak jika aku mencari pendamping hidup aku akan mencari yang seperti dirimu. Ayah hanya satu pintaku, Maafkan Aku"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
JamesBerShipper
#1
Chapter 1: Aww sweet....
dewipur
#2
Chapter 2: nyesek bacanya .. emang paling sensitif kalo ngomongin ayah sama ibu meraka yg utama ..

tapi untung happy endiing ..
ratih_ps #3
Chapter 1: So sweet banget...klo bs ada lanjutan ya author soalnya kurang puas
vashti87
#4
Chapter 1: Akhirnya ada yang bikin gongber.. Ceritanya sweet bangett #peluk author
Klo agak sedikit dikasih space per paragrafnya pasti tambah baguss..
Fighting author!! ;)
Jejyp_ #5
Chapter 1: Kerennn... Tpi alurnya trlalu cepet /? Kkkk nextt figtinggg