REGRET

REGRET

Kakak.....Kakak.....Kakak......”

            Suara bisikan itu terus menghantui waktu tidur Yuna yang terlelap di ranjangnya. Dahinya berkerut dan keringat mulai mengalir di pelipisnya. Posisi tidurnya seringkali berubah-ubah karena kegelisahannya. Ia pun merasakan ada yang aneh dalam dirinya.

 “Kakak.....Kakak.....Kakak......tolong aku....aku membutuhkanmu”

“Yuri....Yuri... kau dimana???”

            Ia mengigau nama seorang gadis yang dikenalnya. Keringat mulai membasahi kulitnya dan tubuhnya menegang. Seakan ingin keluar dari teror yang menakutkan dalam hidupnya.

“TIDAAAAKKKKKK!!!”

            Yuna langsung terhenyak dan berteriak ketakutan. Tangisnya pun pecah, Bulir-bulir kristal terus menetes dari mata indahnya. Mulutnya terus melontarkan sebuah nama yang dirindukannya.

“Seo Yuri... maafkan aku... aku gagal menjadi kakak bagimu... aku bersalah atas semua ini”

-Flashback-

            Yuri berlari menuju rumahnya sambil menenteng tasnya, tak menghiraukan sinar matahari yang terus menyorot tubuhnya. Ia tak sabar ingin makan siang bersama keluarganya. Wajah ceria selalu menghiasi wajahnya. Setibanya di rumah, gadis itu langsung melepas sepatunya dan mencari seseorang yang bisa ditemuinya.

“Ayah... Ibu.... Kakak... kalian kemana??”

            Yuri terus mencari-cari keberadaan mereka, ia heran mengapa keluarganya saat ini belum pulang, padahal ini saatnya mereka berkumpul di tengah waktu yang santai. Tak lama kemudian, Yuna muncul dengan tas ranselnya setelah pulang dari pekerjaannya. Wajahnya tampak kelelahan ingin cepat-cepat beristirahat.

“Kakak... Ayah dan Ibu kemana?? Kenapa mereka belum pulang juga???” tanya Yuri heran

“Mereka sedang pergi ke luar kota untuk menjenguk nenek, jadi mereka tidak bekerja hari ini” balas Yuna

“Tapi.... aku lapar, Kak. Tolong buatkan ramyeon untukku” pinta Yuri

“Hei, apa kau tidak lihat kakakmu ini sudah capek??!! Kau buat sendiri sana!!” bentak Yuna

“Kak, sebentar saja, tolong buatkanlah untukku” Yuri terus merengek sambil menarik tangan kakaknya

“Yuri, hentikan!!! Aku tidak mau mengurusmu kalau kau seperti itu! Mestinya kau sudah dewasa dan belajar mandiri!!” Yuna meluapkan amarahnya dan melepas genggamannya. Ia tak tahan dengan sifat kekanak-kanakan adiknya

“Kakak...!”

Yuri tersungkur ke lantai dan menangis karena keinginannya tidak dituruti

“Sudahlah, kakak capek!! Aku mau tidur dan kau cari makan sendiri!!” Yuna meninggalkan adiknya dan lekas ke kamarnya

           Yuri pun menangis terisak dalam keadaan perut lapar. Dengan terpaksa, ia harus mencari makan seadanya. Diambilnya nasi hangat di atas meja dan kimchi segar, lalu menyajikannya ke atas piring. Dilahapnya makanan itu sampai tak bersisa. Cukup untuk mengganjal perutnya sampai petang nanti.

            Malam harinya, Yuna sedang memfokuskan dirinya dengan tugas-tugas kantor yang belum selesai dikerjakannya walau dengan kondisi badan yang lelah, Kata deadline sudah membayangi pikirannya. Matanya terus menatap laptop yang menampilkan tugas-tugasnya. Kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya.

“Siapa???”

Yuna lekas membuka pintunya dan melihat adiknya sedang membawa buku

“Kak, tolong bantu aku dalam mengerjakan tugas ini....” pinta Yuri

“Hei, apa kau tidak tahu kakakmu sibuk?? Sudahlah cari bantuan sama orang lain sana” usir Yuna

“Kakak... aku mohon kali ini saja.... apa kau tidak mau adikmu menjadi bodoh??”

Yuri yang terus memaksa membuat Yuna geram

“Bisakah kau kerjakan itu bersama teman-temanmu??!!! Apalagi itu tugas sekolahmu, bukan tugasku!”

“Tapi sekarang waktu sudah malam... aku takut keluar rumah”

“Ahh!! Itu terserah padamu... aku tidak mau ikut campur dengan tugasmu!!”

Yuna yang akan menutup pintu, tiba-tiba Yuri memaksa untuk masuk

“Kakak... bantu aku!”

“Tidak mau!! Pergi saja!!”

            Tanpa disengaja, tangan kiri Yuri terjepit dengan keras. Tangannya lebam dan memar. Yuri menangis meraung-raung merasakan sakit yang luar biasa. Kakaknya tak memperdulikan itu malah kembali ke pekerjaannya. Yuri lagi-lagi tak mendapat perhatian lebih dari kakaknya. Langkahnya tertatih menuju dapur untuk mengambil kotak P3K. Diambilnya perban untuk menutupi memar di tangannya. Kali ini ia harus mengerjakan tugasnya seorang diri tanpa bantuan orang lain.

*1 minggu kemudian*

            Yuri sedang membantu ibunya mencuci piring dan peralatan makan lainnya. Yuna yang biasanya mengerjakan tugas kini tak ada dirumah.

“Ibu, kakak kemana??” tanya Yuri pada ibunya

“Dia sedang pergi keluar... ada apa??”

“Hmm tidak ada, Bu”

            Di saat yang sama, Yuna pulang ke rumah bersama temannya. Lalu ia mempersilahkan pacarnya untuk duduk di ruang tamu dan menuju ke dapur.

“Aku pulang...”

Mereka menyambut kepulangan Yuna

“Yuna, darimana saja kau??? Ini hampir larut malam....” tanya sang Ibu

“Maafkan aku, kebetulan aku sedang membawa seorang teman kesini.... Yuri, tolong buatkan teh untuk kami”

“Baik, kak”

            Yuri mulai membuat teh untuk Yuna dan temannya. Dituangkan air panas ke dalam tiap gelas yang sudah berisi teh celup dan gula. Lalu ia menaruhnya ke atas nampan dan siap disajikan kepada mereka. Yuri membawa nampan itu dengan langkah penuh hati-hati, sesekali matanya melihat ke bawah. Dia semakin dekat menuju tujuannya. Saat ingin menaruh segelas teh, tiba-tiba kakinya tersandung dan membuat nampan itu terjatuh tepat ke baju teman Yuna.

“Ahhh panas!” pekik Jiwon -teman Yuna

“Maafkan aku... aku tidak sengaja” kata Yuri sambil menundukkan kepalanya

            Yuri yang hendak ingin membersihkan baju Jiwon, ditolak olehnya karena ingin pulang dan membersihkan dirinya. Yuna marah besar. Ia lantas membawa adiknya ke dapur dan menghukumnya.

“Kau anak bodoh!! Mana sopan santunmu sebagai tuan rumah, hah??!!!” geram Yuna sambil menghajar adiknya dengan nampan

“Kakak, maafkan aku!!! Aku tak sengaja!!” tangis isak Yuri

            Yuri terus menangis dan memohon ampun. Yuna semakin melampiaskan emosinya dan tak merasa iba terhadap adiknya. Beruntung sang Ibu datang dan memisahkan keduanya.

“Yuna, hentikan!!” pekik sang Ibu sambil menarik Yuna

“Ibu, dia harus dihukum! Dia sudah mempermalukanku di hadapan temanku!! Lebih baik dia tak disini untuk selamanya!!”

Mendengar ucapan Yuna, Yuri langsung beranjak dari dapur

“Aku tak mau tinggal bersama kakak!! Aku juga tak mau melihat kakak lagi!! AKU BENCI KAKAK!!!”

Yuri menangis terisak lari meninggalkan keduanya. Sang Ibu menasihati Yuna yang sedang marah

“Yuna, sudahlah... maafkan saja adikmu... dia tidak sengaja berbuat seperti itu, bukan?? Kau harusnya malu pada dirimu karena sudah melukai hatinya... kalau kau mendapat perhatian darinya, harusnya kau memaafkan dia dan sayangi dia.... aku ingin kalian akur seperti kalian sejak kecil... Ibu sangat menginginkan itu, Yuna” ujar sang Ibu

            Nasihat sang Ibu diterima dengan baik oleh Yuna. Namun saat Yuna ingin memaafkan adiknya, Yuri tidak ada di kamarnya. Ia bergegas mencari keberadaan adiknya hingga keluar rumah. Setiap tetangganya ditanya satu per satu. Tetapi pencariannya tak membuahkan hasil, Yuna semakin panik dan menyesal telah menyakiti adiknya. Ia bersandar di tiang lampu jalanan sambil memikirkan nasib adiknya.

Yuri, pulanglah... aku datang untuk memaafkanmu... aku berjanji tak akan berbuat seperti itu lagi” batin Yuna dengan sedihnya

.

.

            Keesokan harinya, Yuna beranjak dari ranjangnya dan pergi ke meja makan. Langkahnya terhenti saat melihat kedua orangtuanya menangis di depan TV.

“Ayah, Ibu... kalian kenapa??”

            Keduanya tak merespon jawaban Yuna. Lalu ia memfokuskan pandangannya ke layar TV. Ia terkejut bukan main saat ada berita yang menghebohkan keluarga itu.

Seorang perempuan muda ditemukan tewas di dasar sungai dekat jembatan, mayatnya ditemukan oleh seseorang setelah melihat sesuatu yang mengapung di sungai” kata sang reporter berita

            Tangisan Yuna ikut pecah setelah wajah Yuri terpampang di layar kaca, adiknya bunuh diri karena tak tahan lagi mendapat perlakuan kejam dari kakaknya. Yuna menangis sejadi-jadinya sambil meneriakkan nama adiknya

 “Yuri....!!!! jangan pergi... kakak masih sayang padamu!! Kakak ingin membahagiakanmu!!!” isak Yuna

            Lalu sekeluarga itu diselimuti rasa duka yang cukup mendalam atas kepergian salah satu anggota keluarga mereka.

-Flashback end-

            Yuna duduk dan menangis di atas ranjangnya. Ia mengingat kembali masa-masa terindahnya bersama sang adik. Penyesalan kini membayangi dirinya saat ini, tak tahu harus bagaimana untuk meminta maaf kepadanya. Ia merasa frustasi mengapa setiap kali bertemu adiknya selalu rasa emosi dan egois muncul di saat yang bersamaan. Lalu Yuna mengambil foto Yuri sambil meraba wajah di foto. Bulir-bulir bening jatuh tepat mengenai foto.

Yuna, suatu saat nanti... aku pasti akan menemuimu di sana... aku selalu sayang padamu, Seo Yuri...” batin Yuna

-END-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet