Tiga

Limitless

                Keesokan harinya Chorong langsung kembali ke Seoul untuk menemui dokter Jung. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, Chorong dipastikan tidak menderita kanker lambung. Dan tepat seperti perkiraan Woohyun kalau dia hanya menderita dispepsia fungsional, yang disebabkan oleh stres setelah kepergian Ibunya.

                Chorong memutuskan untuk memulai hidupnya yang baru sejak hari itu. Dia ingin menghubungi Woohyun untuk berterima kasih, tapi dia baru ingat kalau nomer hp, bahkan alamat pun tidak tau, jadi Chorong mengurungkan niatnya. Semenjak hari itu Chorong memulai membangun kembali kepercayaan dirinya, mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di rumah sakit yang tidak jauh dari kampus maupun rumahnya, kembali datang ke kampus, dan memulai pekerjaan paruh waktu. Ia bekerja dari Senin hingga Jumat, dan diakhir minggu ia habiskan sebagai sukarelawan di rumah sakit.

○ ○ ○

Dua minggu kemudian

 

                Ketika Chorong hendak pulang dari rumah sakit, ia melihat seseorang yang tampak tak asing baginya. Ia memicingkan matanya, berusaha memperjelas penglihatannya tanpa mendekati objek yang sedang dipandangnya. “Woohyun?” tanyanya pada diri sendiri. Seketika Chorong langsung membalikkan badan. “Bagaimana kalau itu benar dia? Kenapa dia bisa disini? Bukannya… Yaampun! Dia bilang kan minggu itu minggu terakhirnya, berarti dia… Tapi kenapa harus di rumah sakit ini sih?” pikirnya sambil berjalan secepat yang dia bisa.

                Keesokan harinya lagi-lagi Chorong melihat Woohyun di rumah sakit, dan sebisa mungkin ia menghindari Woohyun. Begitu pula di minggu selanjutnya. Chorong berusaha mati-matian untuk tidak bertemu dengan Woohyun, tapi entah mengapa Woohyun berada dimana-mana, kemanapun Chorong berjalan di rumah sakit itu, pasti ia akan melihat Woohyun dan buru-buru mencari tempat untuk bersembunyi.

                “Hfft untunglah dua minggu ini gue selamat. Aaaaahhh! Bagaimana ini, masa mengumpat terus-terusan kayak gini. Yasudahlah, selama dia tidak tahu gue akan baik-baik saja.” Hari ini sepulang dari rumah sakit Chorong berbelanja ke supermarket terdekat, karena bahan-bahan masakannya sudah menipis. Tiba-tiba… “Chorong?” “Nde? AH!” ucapnya kaget dan langsung menutup mulutnya yang terbuka lebar karena objek yang barusan menyapanya.

                “Sedang berbelanja disini juga? Wah ternyata kita bertemu lagi ya di Seoul! Apa kabar?”

                “Oh? Eh? Iya gue baik-baik aja.” Jawabnya masih dalam keadaan setengah syok.

                “Lo ga kena kanker kan? Bener kan kata gue kalo cuma dispepsia?” Chorong hanya menjawab dengan anggukan ringan.

                “Terus kenapa lo ga ngasih tau gue berita bahagia? Ah pokoknya lo harus buatin gue makan malem karena lo tiba-tiba menghilang ga ada kabar!”

                Baru menyadari apa kata-kata yang didengarnya Chorong berteriak, “EEEHH? YAAAA!” karena dengan semena-mena kereta belanjaan Chorong sudah dibawa lelaki itu.

                Dan tibalah mereka di rumah mungil Chorong. Lelaki itu sedang duduk manis memperhatikan setiap sudut rumah Chorong sambil menunggu Chorong menyelesaikan masakannya. Begitu beberapa makanan telah tersaji di depannya, tidak perlu waktu lama untuknya mengambil sumpit dan melahap masakan Chorong. “Pelan-pelan makannya, kayak ngga makan berhari-hari aja.” Ucap Chorong.

                “Abisnya kan udah lama gue ga makan masakan lo.”jawabnya dengan mulut yang masih berisi makanan.

                Blush. Chorong merasakan pipinya memanas. Ia makan sambil menundukkan kepalanya, tidak ingin lelaki di depannya melihat wajahnya yang memerah.

                “Udah kan makannya? Sekarang waktunya lo pulang.”

                “Ngga ada gitu hal yang mau lo ucapin? Ehem terima kasih ehem.”

                “Hhfft iya, terima kasih atas rujukannya dokter Nam.”

                “Ya! Kenapa memanggil gue gitu, panggil Woohyun Oppa.” Ujarnya dengan senyum jahil yang terbentuk di wajahnya.

                “Ha? Oppa? Sudah cepat pulang sana!” Chorong tidak habis pikir dengan lelaki satu ini, keisengannya tidak berenti-berenti.

                “Eh sebentar, berapa nomer hp lo?”

                “Noooo! Ga akan gue kasih sampe kapanpun.” Jawab Chorong sambil mendorong tubuh Woohyun dan menutup pintu tepat di depan muka Woohyun. Di balik pintu Chorong tertawa tertahan karena berhasil mengusir Woohyun dari rumahnya dan ia masih mengingat betapa kesalnya muka Woohyun barusan.

○ ○ ○

                Setelah kejadian itu Woohyun selalu memaksa menemani Chorong pulang dari rumah sakit. Katanya ngga baik cewek pulang sendiri malam-malam, terlebih lagi Chorong jalan kaki ke rumahnya. Dan tanpa mereka sadari mereka semakin dekat satu sama lain. Walaupun tetap dihiasi dengan pertengakaran-pertengkaran kecil akibat keisengan Woohyun, namun hal tersebut tidak lagi membuat Chorong kesal, tetapi malah membuatnya tersenyum. Dan karena hal itu Woohyun semakin intens menggodanya.

                “Gue bukan anak kecil yang harus dianterin pulang terus kayak gini. Lagian gue udah lama tinggal disini dan gue tau daerah sini. Lo ga usah repot-repot nganterin gue pulang terus.” Chorong dan Woohyun masih berada di depan rumah sakit.

                “Kan gue baik hati, jadi gue mau mastiin lo sampe rumah dengan selamat. Gue ngga terpaksa kok, gue seneng malah tiap nganterin lo pulang.”

                “Tapi gue yakin ada orang yang ga seneng tiap liat lo nganterin gue pulang.”

                “Hah? Siapa? Lo udah punya pacar? Lo kenapa ga bilang, tau gitu gue kan―”

                “Ngga, gue ngga punya pacar, gue tau lo lagi deket sama cewek. Jadi berenti nagnterin gue pulang, gue gamau dikira sebagai perebut pacar orang.” Chorong berlalu dan meninggalkan Woohyun yang sedang berpikir tentang ucapan Chorong barusan. “Cewek? Deket sama gue? Ya dia lah, siapa lagi coba? OH! Jangan bilang dia tadi ngeliat gue sama…” Woohyun berlari mengejar Chorong.

                “Berenti.” Woohyun menahan lengan Chorong. “Jangan bilang lo tadi ngeliat―” lagi-lagi ucapannya terpotong.

                “Lepas! Udah gue bilang kan ngga udah nganterin gue pulang.” Chorong hendak melangkahan kakinya lagi, namun segera ditahan oleh Woohyun.

                “Tadi itu bukan cewek yang lagi gue deketin apalagi pacar gue, bukan. Tapi dia sepupu gue, hari ini dia mau balik ke Jepang, jadi tadi dia nemuin gue sebelum berangkat. Lo salah paham oke?”

                Chorong hanya terdiam. Sibuk dengan pikirannya sendiri.

                “Jadi… lo cemburu?” goda Woohyun pada cewek yang sedang menundukkan kepala dihadapannya.

                “Ngga, ge-er!” Chorong membalikkan badan, ingin memulai langkahnya meninggalkan Woohyun, namun dengan sigap Woohyun menghentikan langkahnya dan langsung memeluknya.

                DEG. Chorong berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. “Ini… gue… Woohyun lagi meluk gue… ini…” pikirannya tidak menentu dan tidak mengerti mengapa Woohyun memeluknya. Detak jantungnya makin cepat, tetapi ia juga merasakan detak jantung Woohyun yang tidak kalah memburu. “Lo bisa denger kan betapa cepatnya detak jantung gue?” ucap Woohyun memecah keheningan. “Ini cuma gue rasain saat gue berada di dekat lo.” Chorong berusaha melepaskan pelukan Woohyun, tapi gagal, karena Woohyun malah memeluknya lebih erat. “Gue belom selesai bicara.. Gue ngga nyangka bisa ngerasain hal yang hanya gue tonton atau gue baca. Tapi ternyata jatuh cinta emang bener-bener ga bisa diprediksi. Gue ga nyangka bisa jatuh cinta sama cewek yang marahin gue karena gue ga bayar apa yang gue makan. Gue ngga nyangka bisa jatuh cinta sama cewek yang kerjaannya marah-marah mulu. Gue ngga nyangka jatuh cinta bisa buat gue begitu merindukan masakan cewek yang gue suka. Dan betapa bahagianya gue begitu gue nemuin dia lagi begitu gue balik ke Seoul. Gue tau gue ga boleh ngelewatin kesempatan sekecil apapun. Gue harus bisa dapetin hati cewek yang gue suka. Gue harus bisa ngebuat dia jatuh cinta juga sama gue. Dan betapa senengnya gue waktu tau kalo dia cemburu sama sepupu gue sendiri.” “Ya! Siapa bilang kalo gue cemburu.” Kali ini Chorong berhasil lepas dari pelukan Woohyun. “Siapa yang bilang kalo gue suka sama lo?” goda Woohyun untuk ke yang sekian kalinya.

                Chorong menunjukkan muka kesalnya dan beranjak meninggakan Woohyun. Tangan Woohyun segera menggenggam tangan Chorong, walaupun mendapat penolakan tapi tetap saja Chorong tidak dapat melepas genggaman itu. Dan mereka berenti berjalan. “Maaf, maaf. Tadi cuma bercanda kok. Saranghaeyo Park Chorong.” Ucap Woohyun sambil menatap tulus ke arah Chorong. Mata Chorong membulat, tidak percaya dengan perkataan Woohyun padanya. “Jadi, maukan jadi pacar gue?” “Ngga!” Chorong berlari meninggalkan Woohyun, namun Woohyun melihat senyumannya tadi dan berlari mengejarnya.

                “Ya! Ga usah sok jual mahal! Jelas-jelas tadi ada yang cemburu ngeliat gue sama cewek, siapa yaaaaaa?”

                “Duh ada yang ngomong ya?”

                “Yaaaaa! Park Chorooooong!”

                “Haahahhahaha ampun ampun”

 

THE END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
harakimmy #1
Chapter 3: Sukak deh sassy nam nya total disini. Good job author! Oya ada saran nih gmn kalo fanfic ini ditranslate ke bhs inggris pasti rame yg bakal baca hehe saran ajasih :)

Sincerely, woorong fanfics seeker
aee_eusebio
#2
Chapter 3: omaigatt level sassiness woohyun maksimal abissss
sukaaaaaa <3 ahahahahah
woorongx #3
Can this be translated into english?