Spring Rain

| Title : Spring Rain | Author : ©yllials | Rating : All | Length : 999 words | Genre : Slice of life, school life, absolutely romance |  

--- main cast ---

Oh Sehun as Oh Sehun
Oh Hayoung
as Oh Hayoung

 

--- DISCLAIMER ---

(1)     Plot was adapted from Meitantei Conan Movie 11 but the improve is actually mine. If you ever watched the movie you’ll really know how big the differences is.   (2) This fanfiction ever be published in flowercalyx.wordpress.com

 

 

 

[][][]

 

 

 

Ketika itu hujan deras melanda daerah Seoul secara tiba-tiba. Bertepatan itu pula siswa-siswi Hanyang High School sedang dalam perjalanan pulang, tak terkecuali Oh Hayoung.

 

Tik

Tik tik tik

 

Hayoung merasakan sesuatu yg basah mengenai kepalanya, dia mendongak, “아, 비다! (Aduh, hujan!) ” 

 

Kemudian butiran air itu segera jatuh dengan jumlah banyak. Segera Hayoung berlari mencari tempat untuk berteduh. Begitu pula orang-orang disekitarnya yang tidak membawa payung. Beberapa terlihat lebih memilih untuk menembus hujan daripada berdiam diri.

 

Hayoung berteduh di depan toko buku. Didongakkan kepalanya untuk mengintip langit yang berwarna pucat. Sepertinya hujan akan turun lama. Ia mendesah, “Aku terjebak di sini ..” ia melirik jam dinding toko yang terlihat melalui kaca.

 

Ia menghela nafas panjang, kemudian beralih pada rintikan hujan. “Cepatlah reda..” harapnya.

 

Hari ini, adiknya yang sedang belajar di sekolah musik Amerika baru pulang untuk menjenguknya. Jadwal di akademi musik adiknya sangatlah ketat, bodoh sekali Hayoung jika melewatkan waktu untuk bertemu dengannya. Jun pasti sudah susah payah mencari waktu luang untuk kembali ke Korea.

 

 

Hayoung dalam hati mengucap maaf kepada Jun. Ia juga ingin segera pulang. Tetapi hujan ini sepertinya akan lama. Tidak mungkin Hayoung menembus hujan. Kondisi kesehatannya sudah cukup menurun karena kegiatan organisasi akhir-akhir ini.

 

 

Hayoung menerawang. Membayangkan adiknya dengan topi hitam dan jersey merah yang sering dipakai sebelum ia pergi ke Amerika. Ah, Hayoung ingin segera sampai rumah.

 

Hayoung kembali melirik ke dalam toko. Sudah 3 menit berlalu, hujan masih belum terangkat. 3 menit adalah durasi untuk 1 lagu, biasanya terasa sangat singkat tetapi terasa panjang kali ini.

 

Ketika Hayoung sibuk dengan pikirannya sendiri. Seseorang dari dalam toko berjalan keluar menemuinya.

 

“Ini, pakai ini ..” sebuah tangan menyodorkan payung berwarna hijau, “Kau harus cepat pulang kan?”  

 

Hayoung melirik seseorang yang berdiri di hadapannya, Ia mengenakan seragam sekolah yang sama dengan miliknya. Hayoung mendongak.  

Oh Sehun.

Ia mencerna sebentar. Ia kembali melihat toko buku. Ah, rupanya Sehun datang dari dalam sana. Hayoung mengangguk dengan pikirannya sendiri, kemudian teringat tawaran yang baru disodorkan padanya.

Tentu saja! Dia harus cepat pulang!

“ㄴ네, 고마워… (y,ya terimakasih)” Hayoung tanpa ragu menerima payung hijau itu. Girang sekali ia mengingat lelaki bertopi di rumah —Jun— yang sudah menunggu kedatangannya.

Tetapi kemudian, Hayoung kembali menghadap Sehun, “tetapi, bagaimana denganmu?” Hayoung melirik rintik hujan, “hujannya terlihat semakin deras..”

 

Sehun hanya tersenyum sambil menatap langit. “Kau pikir aku bodoh?” kemudian ia menepuk-tepuk pundaknya, bermaksud menepuk ransel. Ia menatap Hayoung sebentar,  “Aku sudah memikirkan dengan matang.  Ramalan cuaca hari ini mengatakan hujan akan turun deras, sehingga aku memutuskan membawa payung dan jas hujan,” ia melirik Hayoung, “seorang marga Oh  yang penuh persiapan ‘kan?” ia menaikkan alisnya satu.

Hayoung mundur sedikit, merasa tersindir. Ia tak menyangka sahabat kecilnya –yang kini agak menjauh— tak pernah lepas dari rasa bangga akan dirinya sendiri. Untunglah yang seperti itu hanya ia tunjukkan kepada Hayoung.

 

Hayoung tersenyum lega, tidak sabar sampai rumah rasanya.  Ia melihat Sehun yang sepertinya akan baik-baik saja tanpa dirinya.

 

“Kau benar-benar membawa jas hujan kan?” Hayoung memastikan.

 

“Oe, tentu saja. Aku tidak sepertimu yang ceroboh. Stasiun teve menyiarkan ramalan cuaca bukan untuk omong kosong.”

 

Hayoung mengangguk tak menghiraukan, lalu segera bersiap menembus hujan,

“Baiklah aku mengerti, aku pulang dulu ya. Besok pasti akan aku kembalikan!” Payung hijau itu merekah, “Aku pergi!”

 

 “Berhati-hati! Salam ke Jun!”

Arra!

 

Pyat pyat pyat pyat.

 

Suara percikan air akibat hentakan kaki itu kian tak terdengar.

 

Punggung itu perlahan menghilang ditelan hujan. Sehun tersenyum lega. Ia memandang terima kasih kepada hujan.

 

Sudah lama sekali rasanya … ketika ia berbicara dengan Hayoung sedekat tadi.

 

Sehun mengadahkan tangannya. Membiarkan rintikan-rintikan air hujan mengalir melalui telapak tangannya. Sehun tersenyum.

 

Dingin….namun segar.  Seperti perasaannya.

 

Rupanya hari ini Sehun bisa mengonfirmasi perasaan itu. Alasan ia selalu ingin menghindar ketika Hayoung di dekatnya. Alasan ia memandang Hayoung diam-diam. Alasan ia merindukannya ketika Hayoung tak disekitarnya.

Sekarang Sehun mengetahuinya…dengan jelas.

Sehun menertawakan dirinya. Ternyata ia sangat rindu dengan gadis itu. Bodohnya ia tak menyadari perasaan itu dengan cepat.

Sungguh….perasaannya sesegar air hujan yang mengalir di atas telapak tangannya.

 

“Ck, ah..” Sehun mengibas-kibaskan tangannya. Bagian pergelangan seragamnya basah terkena air hujan. Bodoh. Kalau begi—

 

Eh?

cham.. ” (seriously)

 

Memangnya kenapa? Untuk apa ia mengibaskan tangannya yang basah. Toh, sebentar lagi seluruh tubuhnya akan basah kuyup karena air hujan.

 

Sehun kembali membodohi dirinya sendiri. Ia payungkan kepalanya dengan kedua telapak tangan, kemudian berlari menembus hujan. Membiarkan pundaknya basah.

Seharusnya Hayoung tahu, bahwa tidak ada jas hujan atau pun payung cadangan di dalam ranselnya.

 

---

 

Esoknya …

 

“Dasar keras kepala!”

 

“A—hastyu!”

 

“Seorang marga Oh yang penuh persiapan macam apa?!”

 

“Ak—hastyuu!“

 

“Kau ini bodoh! Bodoh bodoh bodoh!”

 

“Ak—hastyuuu! Ah, pilek ini menyiksaku..” keluh Sehun.

 

“Kau sudah tahu hujan badai seperti itu malah membiarkan diri basah-basahan! Memberikan payung itu padaku lagi,” Hayoung tiada hentinya mengomeli Sehun yang meringkuk dibungkus selimut karena demam. “Lihat, padahal waktu itu Jun sudah bermaksud menjemputku. Ah, kau ini keras kepala sekali. Pakai menyombongkan diri sebagai seorang yang penuh persiapan. Huh.”

 

“Sudahl..ha..ha—hastyuu!” Sehun mengambil tissue dengan gusar.

 

“Membawa payung dan jas hujan. Membawa payung dan jas hujan,” Hayoung mengulangi perkataan Sehun kemarin. “Kenapa tidak bilang saja kalau kau hanya membawa satu payung—ck!” Hayoung memasukkan thermometer ke mulut Sehun.

 

Sehun hanya meringis. “Twapwi kwau bwerhwaswil mwenwemwuii Jwun kwan?”

 

“Tapi itu tindakan bodoh, tahu? Sekarang lihat, kau jadi sakit sendiri.”

 

“Jadi kau ingin menemaniku sakit—seperti itu?” goda Sehun.

 

Hayoung tersipu sebentar. Oh. Ada apa dengannya? Kenapa ia menjadi sangat canggung dihadapan Sehun sekarang?

 

 “TIDUUR!” perintah Hayoung lagi.

 

“Owh, lihat.. pipimu memerah.”

 

“…”

 

“Baiklah baiklah, aku akan tidur.” Sehun menarik selimut hingga atas kepalanya. Dan yah, meskipun dicaci berkali-kali ia tetap tersenyum. “Kau tahu, aku sangat rindu dengan teman kecilku yang bernama Oh Hayoung” gumam Sehun kemudian benar-benar terpejam.

Sementara Hayoung, dengan kepala yang cenat-cenut memeras handuk seraya berkata, “marga Oh yang penuh persiapan apanya?!”

  

 

[][END][]

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet