---

I Promise

Siang itu Jungkook bersama teman-teman kuliahnya berkumpul di teras rumah Jungkook, mereka sibuk dengan tugas kuliah mereka, modul dan kertas berserakan di lantai teras. Jungkook duduk di kursi dengan laptop di pangkuannya, sesekali mengacak-acak rambutnya sendiri, karena tugas ini tak kunjung selesai meskipun mereka sudah mengerjakannya sedari pagi hingga sekarang matahari sudah mau terbenam. Another whole day spending with deadline. Ia melirik Yoongi di kursi sebelahnya, kelihatan sama frustasinya, matanya melihat ke arah kertas dan ke layar laptopnya secara bergantian dengan kening berkerut. Hanya Namjun yang terlihat santai, tidak terlihat seperti orang yang sedang diburu waktu. Namjun satu-satunya yang duduk di lantai, menghadap ke arah barisan pot tanaman hidroponik sambil menghisap rokoknya.

“Are you done with your part?” Jungkook kicks Namjun.

Namjun tidak menoleh dan malah mengepulkan asap rokok dari mulutnya dengan mata menerawang ke langit yang kini sudah berwarna oranye.

Sebelum Jungkook bertanya lagi, pagar rumahnya terbuka, menimbulkan suara derit yang membuat ketiga orang di teras melihat ke arah pagar.

“Fay, you come” Ucap Jungkook, seraya mengangkat tangannya, mengajak tos. Tapi suasana hati sepupunya itu kelihatan buruk, Fay mengabaikan ajakan tos itu dan menatap tajam ke arah Namjun.

Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, Namjun sudah sering ke rumah Jungkook, dan Fay yang rumahnya tepat di samping rumah Jungkook sudah sering melihat teman-teman Jungkook seperti Jungkook sering melihat teman-teman Fay. Fay membuka mulutnya, ini adalah pertama kalinya Fay mengatakan sesuatu pada Namjun, dan Namjun tidak pernah menyangka kalimat pertama yang dilontarkan Fay padanya adalah, “Can you stop smoking there?”

Namjun menoleh, matanya bertemu dengan mata Fay yang memancarkan sesuatu, sesuatu seperti pecahan es yang dapat menembus dingin ke dalam matanya.

“Why?” Namjun balik bertanya.

Fay terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “You giving the bad air to my plants.”

Namjun mengangkat alis, mengikuti pandangan Fay ke arah deretan tanaman hidroponik tepat di depannya. “Oh, this is yours,”

“Actually, Kookie moms owned it but I took the part of gardening and treat it too, so.. yeah. Please dont giving the pollution to that plants”

Namjun sedikit terkesiap, tapi tiga detik kemudian ia sudah mematikan rokoknya dan membuangnya ke asbak. He looking at Fay with a gaze that said ‘done, right?’

“Thank you.” Ujar Fay lalu berbalik masuk ke dalam rumah, tapi Jungkook menarik lengannya sebelum masuk. “What?”

“You dont need to say that to him, tidak akan terjadi apa-apa pada tanamanmu hanya karena dia merokok disitu,” Jungkook lebih memelankan suaranya, melirik Namjun yang kini sudah memunggungi mereka, “Kau bersikap seperti asap rokok itu dapat membunuh tanaman hanya dalam sekali tiup”

Fay rolled her eyes, “I didnt do that just for the plants”

“And then?”

“You know, your mom is always worried you could turn as smoker as your friends. I just do that as a prevention”

Fay smiled and before Jungkook saying anything, she walk in. Without knowing that Namjun hear it all, and he surprisingly feeling impressed.

*

Di suatu hari berhujan, Namjun memutuskan untuk menepikan motornya ke convenience store, hujannya semakin deras membuatnya mengurungkan niatnya untuk menerobos hujan. Ia membuka lock ponselnya sembari berjalan masuk ke store, mengirim sms ke Jungkook mengabarkan kalau ia akan telat datang ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok. Saat Namjun mengunci kembali ponselnya dan memasukkannya ke saku, saat itulah matanya menangkap sosok yang ia kenali, terlihat di balik kaca, di balik logo convenience store yang bergaris merah dan hijau. Gadis itu juga mengenali Namjun, dan dia terlihat lebih terkejut dari Namjun, tapi dengan sekejap ia kembali menunduk, menatap gelas kopinya seolah-olah ada tunas tumbuh disitu. Apakah dia malu? Atau dia salah tingkah? Namjun tidak berani mengambil kesimpulan.

“Hi Fay” Sapa Namjun menghampiri gadis itu, Fay mengangkat wajahnya lalu balas tersenyum.

“Hi.. Are you going to Kookie’s house?”

“Yaps, but as you see, its raining hard outside. I dont want to catch a cold” Namjun memberikan cengiran khasnya di ujung kalimat.

“Yeah me too, thats why I’m here. Waiting for the rain to stopped”

Namjun lalu meletakkan ranselnya di atas meja di samping Fay, “Wait, I’ll be back after bought a coffee”

“Ummm are you sure you dont want to sit in smoking area?” Fay menunjuk ke atas, lantai atas memang smoking area store itu.

“Why you think that way?”

“Kookie said you are hard smoker, more than any of his friends. So..”

“I will not smoke in front of you. No, after what you’ve said to me a few days ago”

Fay sedikit terkejut karena ternyata Namjun masih mengingat itu, Fay tertawa, “But you can smoke here, see... theres no plants here, no needs to worry”

“Are you using sarcarsm?”

“No, I mean—“

“Yeah theres no plants here, but you are here. And I will not smoke in front of you”

Untuk beberapa saat Fay merasa dia salah dengar tapi kemudian Namjun melangkahkan kakinya ke mesin kopi dengan santai seolah tidak mengatakan apapun.

Hujan deras hari itu turun dalam waktu yang lama, membuat Fay dan Namjun lama duduk disitu, di balik kaca, menghadap ke arah jalanan yang diguyur hujan dan kendaraan yang lalu lalang.

Mereka mengobrol apa saja, mendiskusikan apa saja, bahkan mendiskusikan pantulan genangan air, ada sesuatu dalam diri Namjun yang membuat Fay merasa takkan keberatan jika hujan tetap turun sampai senja tiba atau berjam-jam lagi. Ada sesuatu yang menelusup ke dalam hati mereka masing-masing seiring mengalirnya obrolan mereka, ditemani kopi hangat dan suara hujan yang menimpa atap dan kaca yang berembun karena pendingin ruangan.

Saat hujan akhirnya reda dan mereka bersiap pergi, Fay mendengar Namjun berkata, “Besok pulang jam berapa? I will pick you up”

*

Dua belas minggu telah berlalu, selama itu keberadaan Namjun seperti angin. Fay hampir tidak pernah bertemu Namjun lagi, they didnt keep in contact and Fay knows deep in her heart she missed Namjun... so much.

“Fay? Are you alright?” Junmyun mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Fay yang melamun.

“Ah, yes. I’m alright”

“Kamu sering melamun,”

“Umm, I just not feeling well today”

Junmyun menatap Fay ragu, akhirnya ia berkata, “Kita sudah sampai di rumahmu, masuklah. You need rest”

“Oh, we arrived already?” Fay menoleh, benar, mereka sudah tiba tepat di depan rumahnya. Dia benar-benar kebanyakan melamun. “Makasih udah nganterin aku ke rumah ya” Fay berkata sambil melepaskan sabuk pengamannya.

“Anytime” Junmyun tersenyum.

Fay turun dari mobil, matanya sedikit melirik ke rumah sebelahnya, rumah sepupunya, berharap akan menemukan Namjun duduk di teras. Tapi sepertinya rumah itu sepi, akhir-akhir ini Jungkook juga sering pulang malam dari kampusnya. Fay menghela napas, setelah menatap mobil Junmyun menghilang di belokan, ia membuka pagar rumahnya sendiri.

Dan ia hampir saja menjatuhkan buku-buku dalam dekapannya ketika mendengar deru motor yang ia kenali, semakin mendekat ke arahnya. Fay menarik kembali tangannya dari pagar dan berbalik, mendapati Namjun ada disana, menghentikan motornya tepat di depannya. Namjun melepas helmnya, membiarkan Fay melihat cengiran khasnya.

“Hi Fay, how are you?”

Fay rasanya ingin marah, ingin mengeluarkan kekesalannya yang ia pendam selama ini, kesal karena Namjun tidak pernah menghubunginya selama tiga bulan terakhir. Tapi yang keluar dari mulutnya hanya: “Where have you been?”

“I’m sorry, I’m busy with my thesis,” Wajah Namjun terlihat menyesal, apalagi melihat Fay tidak bereaksi apapun, ia lalu memutuskna mengganti topik “Who are him? Yang di mobil tadi”

“Kim Junmyun, temen kakakku” Fay menjawab singkat.

Melihat Fay yang masih kelihatan dingin dan merasa bahwa akan ada kompetitor yang kuat, akhirnya Namjun memutuskan untuk mengatakannya sekarang, sebelum terlambat.

“Fay?”

“Hm?”

“Go out with me”

“Sorry?”

“Go out with me. Be my girlfriend,”

Fay mengerjap-ngerjapkan matanya, sedikit tidak percaya bahwa Namjun baru saja ‘menembaknya’.

“I wont smoke, not just in front of you, I will not smoking in front everyone, and in front of myself. I will be your ideal boyfriend, I promise”

Fay terdiam.

“Fay-“

“Dek?” Tiba-tiba terdengar suara Hanbin dari balik pagar, “Dek, are you there? Ayo cepet masuk”

“We talk about it later” Fay berkata tanpa memandang mata Namjun lalu masuk ke rumahnya, meninggalkan Namjun yang berdiri mematung.

*

Hanbin mengetuk pintu kamar Fay berkali-kali, menimbulkan keributan di Minggu pagi yang tenang itu. Ketukan isengnya berhenti tepat saat Fay membuka pintu, “Ketok sekali kan bisa, Mas”

Hanbin mengacak rambut adiknya jahil, “Nih ada paket buat lo. Lo beli barang dari online shop ya?”

Fay mengerutkan dahinya, ia tidak pernah merasa membeli barang dari online shop akhir-akhir ini. Tapi ia tetap mengambil paket berupa kotak yang dibungkus kertas coklat itu dari tangan kakaknya.

“Ati-ati bom dek, berat sih. Hehe”

“Ga lucu” Fay mencibir sambil menutup kembali pintu kamarnya sebelum Hanbin menerobos masuk dan ikut membuka paketnya.

Fay meletakkan paket itu di atas meja belajarnya, matanya menatap kotak itu dengan heran, karena hanya ada namanya tertera disitu, tidak ada nama maupun alamat pengirim, sepertinya langsung diletakkan di depan rumahnya. Fay lalu mendapati secarik kertas tertempel di bagian bawah kotak, ia membuka lipatan kertas itu dan entah kenapa hatinya berdebar. Saat membacanya, ia tahu mengapa jantungnya semakin berdegup lebih kencang daripada seharusnya. Pengirimnya Namjun.

I stopped smoking in fear of losing you forever. I went by your place to tell you that I broke my bad habit. I saw you with someone new. Mw walk home was lonely and the only thing pressed to my lips was a cigarette. I guess its time to quit my bad habit.

Fay, the content of the box is my cigarette’s stock, are you suprised because I quiet smoke so bad until I had my own cigarette stock that much? Yah, Jungkook told you I’m a hard smoker anyway.

I give it all to you, and please dont think I was rude to send you the box full of cigarette, I just want to hand you my past life. You can throw it, you can burn it, its up to you. That cigarettes is my past and all yours now. Hopefully after I gave you my dark past, I can facing the present and the future of my life with you....

By the way, today marked as Day 30 I quit smoking. Lets celebrate the next Day 50, Day 100 and so on... together.

-Kim Namjoon

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet