prolog

like a doll

Nama Yuki diberikan kepada seorang bayi perempuan yang lahir dipertengahan Desember. Desember yang bersalju. Putih dan bercahaya, orang tuanya berharap anak itu akan tumbuh secantik namanya. Namun, tak pernah mereka berpikir bahwa salju bisa menjadi sesuatu yang teramat dingin dan tak besuara.

 

Dengan alasan sibuk, Yuki dititipkan kepada kakek dan neneknya di Jepang semenjak berumur enam tahun. Mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Kim Jongwoon yang memilih tinggal bersama keluarga mereka yang lain di Korea. Kedua orang tua mereka memiliki rumah makan di Amerika dan menetap di sana lebih dari umur Yuki.

 

Seperti namanya, Yuki tumbuh menyerupai salju. Dia adalah gadis cantik namun sikap tertutupnya membuatnya lebih menyerupai salju. Sedingin es ketika berbicara kepada orang lain, dia hanya akan menanggapi kalimat yang orang lain tujukan kepadanya dengan jawabann 'iya' atau 'tidak'. Bahkan, dia bisa hanya diam seolah-olah tak pernah ada yang mengajaknya bicara. Senyum indah dan suara riangnya hanya dia tunjukkan di depan kakek-neneknya dan Kim Jongwoon.

 

Tertutup. Dia sengaja menghindari setiap orang yang mencoba akrab dengannya. Kutu buku. Karena ingin menghindari banyak orang, dia lebih memilih bersemayam diantara tumpukkan buku ketimbang berceloteh bersama remaja lain ketika jam istirahat berlangsung. Makanpun akan dia lupakan saat ratusan kata menyatu menjadi paragraf di dalam sebuah buku tersaji di hadapannya. Melahap semua teori dari dalam buku dan menikmatinya seperti memakan chocolate cake. Bukan kalori yang dia dapat setelah melahap semua hidangan itu melainkan kecerdasan yang tidak dimiliki anak seusianya.

 

Diumurnya yang kesembilan belas. Disaat anak lainnya baru memulai masa-masa kuliah, Yuki sudah berhasil mendapat gelar sarjana.

 

"Tidak akan ada perusahaan yang mau menerimaku sebagai pegawainya..."

 

"Waeyo?"

 

"Kamu terlalu muda untuk mulai bekerja..."

 

Jongwoon menelpon Yuki disore itu. Menanyakan kabar adik perempuannya yang berada sangat jauh darinya. Kemudian dengan senang hati dia mendengarkan keluhan Yuki yang sudah merasa bosan berdiam diri di rumah. Adiknya ingin memiliki kegiatan. Bekerja.

 

"Ketika bekerja kamu harus bersosialisasi dengan karyawan lain. Apa kamu siap?"

 

"Entahlah..."

 

"Yuki-ya, tinggallah bersamaku di Seoul. Belajarlah berteman dengan orang lain. Dimulai denganku. Keluarga di sini. Pelan-pelan saja."

 

Yukipun pindah ke Seoul. Tinggal di rumah besar milik paman mereka yang selama ini membesarkan Jongwoon. Yuki berjanji akan bersikap terbuka kepada orang lain, terutama kepada anggota keluarga di dalam rumah itu. Sebulan berjalan baik-baik saja, namun setelahnya Yuki menolak untuk tetap tinggal di sana. Orang-orang di rumah itu sering membicarakan keburukan dirinya saat Jongwoon tak ada. Yuki tidak suka. Dan demi adiknya, Jongwoonpun membeli apartement baru di daerah Gangnam. Hanya dia dan Yuki di sana.

 

"Oppa..." Yuki meletakkan sebuah buku tabungan di pangkuan Jongwoon saat keduanya sedang menonton tivi.

 

Jongwoon mengamati tiap angka yang tersusun rapi di ujung kiri dari lembaran buku tabungan itu. Sebelas alisnya terangkat, kemudian menatap Yuki menuntut penjelasan.

 

"Aku menyisihkan gajihku selama setahun ini. Oppa, biarkan aku membayar separuh harga apartement ini."

 

Jongwoon melotot.

 

"Oppa... Terima saja. Aku tak suka berhutang budi. Aku juga mendiami tempat ini jadi aku berhak membayarnya."

 

"Bukan aku yang meminta."

 

Yukipun tersenyum. Usahanya mengumpulkan uang setahun ini tidaklah sia-sia. Gaji pertama yang dia dapat dari menjadiaccounting di sebuah perusahaan bernama FnC langsung dia sisihkan untuk membayar separuh dari harga Jongwoon membeli apartement yang mereka tempati.

 

"Seharusnya uangmu kamu gunakan untuk bersenang-senang bersama teman-temanmu. Sekarang sudah mempunyai teman kan?" Jongwoon tidak sepenuhnya bertanya. "Berdandanlah sedikit dan carilah pacar."

 

Jongwoon sedang menasehati adiknya, namun yang dinasehati hanya tertawa.

 

"Kamu tak ingin berkencan?"

 

Yuki beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya. "Aku sedang berkencan dengan seseorang, oppa..."

 

"Mwo?!" Pekik Jongwoon yang diabaikan Yuki.

 

Rupanya Yuki berhasil merubah sikapnya yang tertutup. Meski masih tak suka ketika seseorang mencoba akrab dengannya, sekarang dia memiliki beberapa teman. Dan anehnya, dengan sikap dinginnya yang terkenal hampir ke seluruh gedung perusahaan, dia bisa mempunyai teman hati. Pacar.

 

Siapa dia?

 

Dia adalah namja cantik yang kadang terlihat angkuh. Rahang wajahnya yang kuat membuat ekpresinya terlihat keras saat dia diam.

 

Bagaimana awalnya?

 

Malam itu, ketika Yuki baru pulang dari jam lemburnya, ada sebuah pintu yang sedikit terbuka. Seseorang tertidur di dalam ruangan itu yang adalah ruangan latihan milik salah satu artis perusahaan tempatnya bekerja. Sepertinya orang itu sengaja ditinggalkan sendiri. Tak diajak pulang ke dorm bersama member yang lain. Merasa kasihan, Yukipun mengambilkan selimut untuk orang itu dan menyelimutinya dengan hati-hati agar tak terbangun.

 

"Tak kusangka, princess ice sepertimu bersedia mengambilkan selimut untukku."

 

Langkah Yuki terhenti. Dia berbalik dan terkejut orang yang baru saja dia selimuti terbangun.

 

"Princess Ice?" Ulang Yuki.

 

"Kudengar kamu tak suka menolong orang lain."

 

"Bukan tak suka." Yuki membantah. "Lagipula artis sepertimu tak boleh sakit. Perusahaan tidak akan suka kamu sakit."

 

Orang itu mengangguk. Seperti telah menyimpulkan sesuatu. "Kamu mengenalku..." Dia bergumam.

 

"Tentu."

 

Siapa yang tak mengenal leader dari group band bernama FT Island itu.

 

"Duduklah. Temani aku sebentar."

 

Jonghoon meminta bukan memaksa, dan si Princess Ice yang terkenal dingin itu mau saja memenuhi permintaan sang Leader. Duduk di sofa yang sama dan berbagi cerita.

 

Satu malam...

 

Malam berikutnya. Yang kemudian berlangsung hingga malam-malam lainnya. Obrolan yang mereka lakukan membuat mereka semakin akrab. Hingga tumbuh rasa lain selain rasa 'akrab'.

 

Cinta...

 

Dan ketahuilah betapa bangganya Jonghoon akan dirinya yang menjadi satu-satunya mengenal Yuki.

 

"Hanya bicara banyak padaku. Hanya bercerita kepadaku. Tak boleh ada yang mengenalmu selain aku."

 

Yuki menatap Jonghoon. "Kamu mengenalku?"

 

Dengan senyuman tampannya Jonghoon mengangguk.

 

Yuki terdiam. Tanpa Jonghoon sadari raut wanita itu berubah. Yuki mengalihkan tatapannya dari Jonghoon.

 

Dan juga, ketahuilah, bahwa tak ada seorangpun yang benar-benar mengenal Yuki termasuk dirinya sendiri. Sangatlah salah jika Jonghoon menganggap dirinya mengetahui semua tentang wanita yang kini menjadi kekasihnya itu.

 

ιθ)

 

Kenapa Yuki tidak mengijinkan orang lain akrab dengannya

 

Karena dia takut apabila orang itu bertanya tentang dirinya, dia tak tahu harus menjawab apa

 

Ada penggalan ingatan dimasa lalu yang menghilang dari dalam kepalanya.

 

Tak tahu dimana

 

Bagaimana penggalan  cerita yang hilang itu

 

Bertahun-tahun dia mencoba mengingat namun tak ada hasil

 

Menyerah

 

Dia membiarkan yang hilang biarlah menghilang meski terkadang dia akan bertanya

 

Siapa dirinya sebelum sekarang

 

ιθ)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet