Outside the Window

Outside the Window (Indonesian)

[FF ini terinspirasi dari sebuah cuplikan yang pernah author tonton. Author hanya terinspirasi. Bukan plagiat atau mengcopypaste(?) karena ceritanya tidak sama persis dengan cuplikan yang di tonton. Author hanya sedikit menggubahnya menjadi FF xD]

 

Happy reading~

 

.

 

.

 

 

Ada 2 orang sahabat. Seorang buta dan seorang pengidap penyakit jantung yang sangat parah. Yang buta bernama Kim Sunggyu, sedangkan pengidap penyakit jantung bernama Nam Woohyun. Mereka berdua dirawat di rumah sakit dan kamar yang sama. Tempat tidur Woohyun bersebelahan dengan jendela sehingga dia bisa melihat semua yang terjadi di luar jendela.

 

Setiap hari Nam Woohyun selalu menceritakan semua yang terjadi di luar jendela pada sahabatnya yang buta, Kim Sunggyu. Sunggyu merasa sangat senang karena meski dia buta, dia bisa membayangkan hal-hal yang menyenangkan yang diucapkan oleh sahabatnya.

 

“Woohyun-ah, apa hari ini ada tontonan bagus?” tanya Sunggyu yang kedua matanya diperban pada Woohyun yang sedang tiduran di sebelahnya.

 

“Hm? Jamkkanman, hyung.. Aku akan mengechecknya.” jawab Woohyun sambil menarik tali untuk membuka gorden jendelanya. “Hmmm..” dehumnya saat melihat keluar jendela.

 

“Mwo? Apa yang kau lihat diluar sana?” tanya Sunggyu penasaran.

 

“Seorang namja..” ucap Woohyun sambil memperhatikan keluar jendela dengan tatapan serius.

 

“Namja?” sahut Sunggyu sambil bergumam. “Apa yang sedang namja itu lakukan?” tanyanya penasaran.

 

“Dia memberikan bunga pada seorang yeoja.” jawab Woohyun sambil tersenyum geli.

 

“Eh? Jinjja???!” tanya Sunggyu excited.

 

“Eum.” angguk Woohyun.

 

“Lalu bagaimana kelanjutannya???”

 

Woohyun memicingkan matanya, untuk melihat keadaan di luar jendela lebih jelas. “Yeoja itu melempar bunganya..” ucap Woohyun.

 

“Lalu????!” tanya Sunggyu penuh antusias.

 

“Dia pergi! Hahahaha!!!” seru Woohyun sambil tertawa geli. “Hyung! Yeoja itu menolaknya! Hahaha!” tawa Woohyun lagi.

 

“Jinjjaro??!” sahut Sunggyu sambil menahan tawa. “Pfffft, Hahahahah!!!” Sunggyu ikut tertawa terbahak-bahak bersama Woohyun. “Aigo, kasihan sekali namja itu!” seru Sunggyu sambil memegangi perutnya, tak kuat menahan tawanya yang pecah.

 

“Hati-hati kalau bicara, hyung. Siapa tahu saja di masa depan kau akan ditolak oleh yeoja yang kau suka..” ejek Woohyun sambil terkekeh kecil.

 

“Hah.” decak Sunggyu masih dengan tawa kecilnya. “Tidak usah mengatakan hal seperti itu padaku.” ucapnya. “Lagipula, mana ada yeoja yang mau padaku? Aku kan buta..” lanjut Sunggyu.

 

“Ah, kau benar.” sahut Woohyun sambil mengangguk. “Tapi kau tak perlu khawatir, hyung. Karena jika ada seseorang yang mendonorkan korneanya untukmu, maka kau tidak akan buta lagi!” seru Woohyun senang.

 

“Hmmm, benar juga.” Sunggyu mengangguk-angguk kecil. “Dan kalau aku bisa melihat nanti, aku pasti bisa melihat wajah sahabatku. Aku penasaran seperti apa wajahmu. Aku tahu kau pasti tampan. Tapi, tetap saja aku lebih tampan darimu!” seru Sunggyu sambil tertawa gembira.

 

“Aigo, hyung.. Kau selalu saja percaya diri!” celetuk Woohyun sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.

 

“Ah, mianhae!” seru Sunggyu, masih dengan tawanya.

 

“Ani. Gwaenchanha.” ucap Woohyun sambil tersenyum manis. “Lagipula, memang benar kok. Sunggyu hyung memang lebih tampan dariku.” lanjut Woohyun sambil menggaruk belakang telinganya.

 

“Hah? Ada-ada saja kau, Nam Woohyun!” seru Sunggyu.

 

Pintu kamar mereka terbuka. Seorang suster masuk ke dalam kamar mereka untuk mengecheck keadaan mereka berdua.

 

“Sunggyu-ssi, bagaimana keadaanmu?” tanya suster itu lembut pada Sunggyu.

 

Sunggyu mengangguk cepat. “Aku senang!” jawab Sunggyu cepat.

 

“Senang? Wae?” tanya suster itu lagi sambil mengecheck keadaan Sunggyu.

 

“Aku senang karena Woohyun sahabatku berada di sebelahku.” jawab Sunggyu dengan senyum lucunya.

 

Woohyun tersentuh mendengar jawaban Sunggyu. Dia tersenyum manis, lalu terkekeh senang. “Hyung, kau selalu membuatku malu!” ucap Woohyun senang.

 

“Malu? Hahaha.” kekeh Sunggyu. “Aigo, pasti sahabatku terlihat sangat imut sekarang!” serunya.

 

“Tuh, kan.. Hyung membuatku malu lagi!” seru Woohyun dengan kedua pipi yang merona merah.

 

“Yap, sudah selesai.” ucap suster yang telah selesai memeriksa Sunggyu. “Sekarang giliranmu, Woohyun-ssi.” ucap suster itu.

 

Suster itu mengecheck keadaan Woohyun. “Cepat sekali kau malu. Kau benar-benar seperti anak perempuan!” goda Sunggyu dengan kekehannya yang lucu.

 

“Hahaha, hyung! Seharusnya kau bercermin terlebih dahulu sebelum mengatakanku seperti anak perempuan!” seru Woohyun yang ikut terkekeh. “Kau jauh lebih mirip anak perempuan daripada aku!” ledek Woohyun.

 

“Ah, kau pembual kecil. Aku tahu kau hanya meledekku!” seru Sunggyu. “Aku ini tampan. Tidak cantik seperti anak perempuan!” kekeh Sunggyu.

 

“Nah, sudah selesai.” ucap suster yang memeriksa Woohyun. “Sunggyu-ssi dan Woohyun-ssi, kalian berdua beristirahatlah!” suruh suster itu pada kedua pasiennya.

 

“Tapi suster, kami masih ingin bercanda!” rengek Sunggyu manja.

 

“Aigo, Sunggyu-ssi.. Kalian bisa bercanda lagi setelah kalian bangun. Sekarang, beristirahatlah.” ucap suster itu lembut.

 

“Ah, geuraeyo..” hela Sunggyu kecewa sambil menarik selimutnya hingga sebatas leher.

 

Woohyun membenarkan posisi tidurnya hingga dia mendapat posisi nyamannya, lalu menarik selimut hingga sebatas lehernya.

 

“Nam Woohyun-ssi..” panggil suster itu.

 

“Ne?” sahut Woohyun sambil menatap suster itu.

 

“Anda akan menjalani operasi besok. Karena itu, anda harus banyak-banyak beristirahat.” suster itu menasehati Woohyun.

 

Woohyun mengangguk cepat. “Geurae, geurae!” sahut Woohyun senang. “Aku akan banyak istirahat sekarang!” lanjut Woohyun.

 

“Geurae, kalau begitu, saya permisi.” ucap suster itu sambil menundukkan kepala sejenak pada Woohyun dan juga Sunggyu. Setelah itu dia pergi meninggalkan kamar mereka berdua.

 

“Woohyun-ah.” panggil Sunggyu datar.

 

“Ne, hyung?” sahut Woohyun sambil menatap sahabatnya.

 

“Bolehkah aku meminta sesuatu padamu?” tanya Sunggyu.

 

“Apa itu?” tanya Woohyun bingung.

 

“Jangan pernah lupakan persahabatan kita.” jawab Sunggyu dengan suara bergetar. “P-persahabatan kita.. P-p-persahabatan kita sangat berharga, kau tahu?” lanjut Sunggyu sesenggukan.

 

Woohyun terhenyak mendengar ucapan Sunggyu. Dia kembali teringat dengan hari-hari dimana dia selalu bersama Sunggyu sejak pertama kali dia dirawat di rumah sakit itu. Woohyun tersenyum manis, senyuman yang tulus seperti seorang malaikat.

 

“Geurae, hyung.. Kau tak perlu khawatir. Aku akan mengingat persahabatan kita!” seru Woohyun mantap.

 

Sunggyu tersenyum senang, namun tersirat kesedihan dari senyumannya. Dia senang karena Woohyun akan segera sembuh dan tetap akan mengingat persahabatan mereka. Tapi, Sunggyu juga sedih karena itu artinya Sunggyu akan menjalani hari-harinya di rumah sakit seorang diri karena dia tahu Woohyun tidak akan mungkin 24 jam full menemaninya. Dia tahu Woohyun pasti mempunyai pekerjaan atau kegiatan lain yang harus dia kerjakan.

 

“Geurae!” seru Sunggyu senang. “Kalau begitu, ayo kita istirahat. Aku ingin yang terbaik untuk sahabatku.” ucap Sunggyu dengan senyum manis. “Aku ingin operasimu berhasil!”

 

Woohyun tersenyum kecil mendengar ucapan sahabatnya. “Ne, hyung.” angguk Woohyun sambil memejamkan kedua matanya. “Setelah operasiku berhasil, aku akan mencarikan seseorang yang rela mendonorkan korneanya untukmu. Aku ingin kita berdua bisa keluar dari rumah sakit ini untuk menikmati indahnya dunia di luar jendela!” ucap Woohyun, tersenyum bahagia.

 

Sunggyu terdiam, lalu tersenyum kecil. “Ne, Woohyun-ah..” sahut Sunggyu dengan mata terpejam, masuk ke dalam alam tidurnya.

 

***

 

Keesokan paginya.

 

“Woohyun-ah, hari ini ada apa lagi?” tanya Sunggyu pada Woohyun yang bersiap-siap untuk menjalani operasi.

 

Woohyun menarik tali untuk membuka gorden. “Namja yang sama seperti kemarin..” ucap Woohyun.

 

“Apa yang dia lakukan? Apa dia memberikan bunga untuk yeoja yang menolaknya kemarin? Hehehe.” kekeh Sunggyu menerka-nerka.

 

Woohyun menggeleng pelan. “Kau benar.” ucap Woohyun. “Tapi..” lanjut Woohyun, menggantungkan ucapannya.

 

“Tapi apa, Woohyun-ah?” tanya Sunggyu penasaran.

 

“Tapi dia tidak memberikannya untuk seorang yeoja!” pekik Woohyun dengan kedua mata yang membulat sempurna.

 

“Ehh??? J-jadi.. Namja itu memberikan bunga itu pada..” Sunggyu tidak melanjutkan ucapannya, merasa aneh untuk melanjutkan ucapannya. “Namj——”

 

“Anak anjing.” tukas Woohyun cepat sambil memicingkan matanya.

 

“Hah??” sahut Sunggyu bingung. “Kenapa anak anjing? Apa dia sudah tidak normal karena ditolak?”

 

“Hmmm.” dehum Woohyun yang memperhatikan namja itu dari jendela kamarnya. “Ah!” serunya sambil mencetikkan jarinya. “Dia memberikan bunga itu pada anak anjing, dan menyuruhnya untuk mengantarkan bunga itu pada yeoja yang kemarin menolaknya!” seru Woohyun antusias.

 

“Mwo? Menggunakan anak anjing untuk mengantar bunga pada yeoja?” Sunggyu menaikkan kedua alisnya. “Romantis sekali!” serunya gembira.

 

“Ahh, hyung! Yeoja itu datang!” seru Woohyun yang dengan antusiasnya menceritakan apa yang dilihatnya dari jendela kamarnya.

 

“Apa yang yeoja itu lakukan? Apa dia melempar bunganya lagi??” tebak Sunggyu.

 

“Umm, yeoja itu..” Woohyun memicingkan matanya lagi. “Ahhh, dia menerimanya! Yeoja itu menerima bunga dari namja itu!” seru Woohyun.

 

“Wah!!” decak Sunggyu gembira.

 

“Wow, hyung!! Yeoja itu memeluknya!” seru Woohyun dengan mulut yang membulat lebar.

 

“Ehh?? Lalu, lalu?!” pekik Sunggyu penasaran.

 

“Ahhhh!!! Namja itu mencium bibir yeoja itu!!! Waaaa!! Manis sekali, hyung!!” seru Woohyun sambil memukul-mukul jendelanya antusias, membuat Sunggyu semakin excited dan gembira hingga tertawa terbahak-bahak.

 

“Hahahaha!!!” tawa Sunggyu senang. “Itu kisah cinta termanis yang pernah kudengar!!” seru Sunggyu penuh sukacita.

 

“Kau benar, hyung!!” sahut Woohyun yang ikut sukacita bersama Sunggyu.

 

“Hahahaha.” Sunggyu terus tertawa gembira, hingga membuatnya hampir menangis. “Woohyun-ah..” panggil Sunggyu sambil menyeka sebutir air mata yang keluar dari mata segarisnya.

 

“Ne, hyung? Wae?” sahut Woohyun sambil menatap sahabatnya.

 

“Gomawo..” ucap Sunggyu sambil tersenyum penuh arti.

 

“Eh? Gomawo untuk apa, hyung?” tanya Woohyun tak mengerti.

 

Sunggyu terkekeh kecil. “Gomawo..” ulang Sunggyu. “Karena meski aku buta, aku tetap bisa bersukacita karena ada sahabatku disini yang menceritakan semua yang terjadi di luar sana padaku..” ungkap Sunggyu sambil tersenyum bahagia.

 

Woohyun terdiam, beberapa detik kemudian dia ikut tersenyum bahagia seperti sahabatnya. “Gwaenchanha, hyung. Itu bukan sesuatu yang besar.” ucap Woohyun merendah. “Bukankah seorang sahabat itu seperti bintang?” ucapnya lagi dengan senyum manisnya.

 

“Um? Bintang?” bingung Sunggyu.

 

“Sahabat itu seperti bintang. Bintang tidak hanya ada di siang hari disaat kau sedang bahagia. Bintang justru ada di malam hari, bahkan bersinar jauh lebih terang disaat malam saat kau sedang bersedih hingga kau menangis.” jawab Woohyun dengan kedua mata yang memerah menahan tangis.

 

Sunggyu tersenyum senang, hingga membuatnya ingin menangis. Dia benar-benar tersentuh sekaligus bahagia mempunyai sahabat seperti Woohyun. Sunggyu sangat beruntung. Karena di zaman sekarang, sangat susah untuk menemukan sahabat seperti Woohyun, sahabat yang justru akan bersinar lebih terang disaat dirinya merasa sendirian dan membutuhkan seseorang untuk berada disisinya.

 

“Woohyun-ah, gomawo lagi..” ucap Sunggyu setengah terisak.

 

Suster membuka pintu kamar mereka. Dia membawa 1 kursi roda yang akan digunakan untuk mengantar Woohyun ke ruang operasi. “Annyeong Sunggyu-ssi, Woohyun-ssi..” sapa suster itu sambil mendorong kursi roda itu ke tempat tidur Woohyun.

 

“Annyeong, suster..” Woohyun menyapa balik.

 

“Sekarang anda akan menjalankan operasi.” ucap suster itu sambil membantu Woohyun untuk duduk di kursi roda.

 

“Ne, arasseo.” angguk Woohyun mengerti setelah dia berhasil duduk di kursi rodanya.

 

Suster mendorong kursi roda Woohyun, namun terhenti karena suster itu tahu jika ada sesuatu yang ingin diucapkan Sunggyu.

 

“Namstar..” panggil Sunggyu dengan panggilan yang berbeda.

 

“Eh??” Woohyun menyahut bingung sambil menoleh menatap Sunggyu.

 

Sunggyu tersenyum kecil sambil mengangguk. “Kau seperti bintang.” ucap Sunggyu yang mengerti kebingungan Woohyun. “Karena itu, mulai sekarang, aku akan memanggilmu ‘Namstar’.” lanjut Sunggyu dengan senyum manisnya.

 

Woohyun terdiam. Perlahan-lahan air matanya menetes dari kedua manik coklatnya. “N-Namstar..” ucap Woohyun sedikit terisak. “Itu.. Namstar.. Nama itu..” isak Woohyun sambil menyeka air matanya. “Manis..” lanjutnya dengan senyumnya, berusaha agar tidak membuat Sunggyu khawatir.

 

“N-Namstar..” ucap Sunggyu terbata-bata, menahan tangisnya agar tidak pecah. “Jadilah bintangku.” pintanya dengan suaranya yang tertahan. “A-aku.. Aku membutuhkanmu untuk menyinari hidupku yang gelap..” lanjut Sunggyu dengan wajah tertunduk.

 

Woohyun tersenyum senang, lalu mengangguk mantap. “Tentu! Aku akan menjadi bintangmu, yang bahkan bersinar lebih terang disaat kau sendirian dan membutuhkan seseorang untuk menemani dan menerimamu apa adanya!” seru Woohyun sambil meringis, menahan air matanya agar tidak tumpah lagi.

 

Sunggyu mengangguk mengerti. “Geurae, Namstar.. Semoga operasimu berhasil..” ucap Sunggyu getir. “Aku akan berdoa untukmu..” lanjut Sunggyu sambil memeluk tubuhnya sendiri. “Dan aku.. Aku akan menunggumu disini..”

 

Woohyun tersenyum lagi dengan air matanya yang kembali tumpah. “G-geurae.. Kau jangan khawatir.. Aku pasti akan kembali padamu.. Aku janji.” janji Woohyun mantap. “Bahkan jika aku kembali hanya dengan kedua mataku saja..” gumam Woohyun pelan, hingga tak terdengar oleh Sunggyu.

 

“Geurae, ayo kita ke ruang operasi sekarang. Dokter Lee sudah menunggu anda.” ucap suster sambil bersiap untuk mendorong kursi roda Wohyun lagi. “Mianhae, Sunggyu-ssi.. Saya harus membawa Woohyun-ssi ke ruang operasi. Berdoalah agar operasi ini berjalan lancar agar Woohyun-ssi bisa kembali lagi untuk menemanimu.” ucap suster itu lalu mendorong kursi roda Woohyun menuju ruang operasi.

 

Sunggyu mematung di tempatnya. “Aku..” ucap Sunggyu pelan. “Aku merindukanmu..” Sunggyu memeluk lututnya erat dengan wajah yang dibenamkan diantara kedua lututnya.

 

‘Namstar Woohyun.’

 

***

 

Sunggyu menatap langit-langit kamarnya dengan mata kecilnya yang sembab akibat terlalu banyak menangis. Seorang suster kembali masuk ke dalam kamar inapnya.

 

Suster itu merapikan tempat tidur Woohyun. “Suster..” panggil Sunggyu.

 

Suster itu menoleh ke arah Sunggyu. “Ne, Sunggyu-ssi?” sahut suster itu.

 

“Bagaimana dengan sahabatku?” tanya Sunggyu cemas.

 

Suster itu terdiam, lalu menghembuskan nafas panjang sambil menggeleng pelan. “Mianhae..” ucap suster itu sedih. “Woohyun-ssi tidak berhasil melewati fase kritisnya.” jawab suster itu. “Woohyun-ssi gagal menjalani operasi.” lanjutnya.

 

Sunggyu terdiam, lalu tersenyum untuk menahan rasa sedih dan kehilangan yang amat sangat dalam di hatinya. “Ah, geuraekuna..” ucapnya sambil mengangguk kecil. Sunggyu menarik nafas panjang, lalu menghembusnya perlahan. “Suster, bisakah kau memberitahuku ada apa di luar jendela itu?” pintanya pada suster yang masih merapikan tempat tidur Woohyun.

 

Suster itu menarik tali untuk membuka gordennya, dan tampak sebuah dinding besar yang terbuat dari batu bata berwarna merah. “Tidak ada apa-apa.” jawab suster itu.

 

“Ehh?” sahut Sunggyu bingung. “B-bukankah, di luar sana ada taman yang sangat indah?” tanya Sunggyu dengan suara yang bergetar.

 

Suster itu menggeleng dan melihat keluar jendela lagi. “Mianhae, Sunggyu-ssi.. Tapi di luar jendela ini hanya ada dinding yang sangat besar terbuat dari batu bata berwarna merah.” suster itu menjelaskan lagi.

 

Sunggyu terdiam cukup lama. Apa Woohyun berbohong padanya? Kenapa Woohyun bohong? Apa Woohyun sengaja membohonginya hanya untuk membuatnya sukacita? Jika itu alasan Woohyun untuk berbohong padanya, Sunggyu sangat berterima kasih pada Woohyun. Bukan, bukan berterima kasih karena Woohyun membohonginya. Tapi Sunggyu berterima kasih karena Woohyun melakukannya itu hanya demi untuk membuat dirinya gembira dan mengetahui bagaimana indahnya dunia yang selama ini tidak pernah dilihatnya.

 

Sunggyu menangis sejadi-jadinya. Dia menangis, menangis menyadari betapa berharganya perjuangan yang Woohyun lakukan untuk membuatnya bahagia. Sunggyu sangat sedih, dan sangat bangga dengan sahabatnya yang kini sudah berpulang.

 

Sekarang Sunggyu sendirian. Tidak ada lagi sosok ceria yang akan menghiburnya saat dia kesepian. Tidak ada lagi sosok pengertian yang akan mendengarkan semua keluh kesahnya. Tidak ada lagi sosok jahil yang selalu menjahilinya. Tidak ada lagi sosok nakal yang menggodanya. Dan tidak ada lagi sosok bintang yang akan bersinar saat dirinya sendirian di tengah gelapnya malam dan orang-orang yang tidak menerima kekurangannya.

 

“A-ani..” gumam Sunggyu sambil menggeleng. “Kau tidak pergi, Namstar.. Kau masih disini..” lirihnya sambil mencoba untuk tersenyum.

 

“Kau ada disini, di dalam hatiku.” ucap Sunggyu sambil menunjuk dadanya.

 

“Ah, Sunggyu-ssi.. Ada sesuatu yang lupa saya sampaikan.” ucap suster itu setelah Sunggyu sedikit lebih tenang.

 

“Ne? Apa itu, suster?” tanya Sunggyu lemah.

 

“Ada seseorang yang mendonorkan korneanya untukmu.” jawab suster itu sambil tersenyum pedih melihat Sunggyu yang sangat sedih karena kehilangan sahabatnya.

 

“Kornea? Untukku?” tanyanya lagi memastikan.

 

Suster itu mengangguk. “Benar. Ada orang yang mendonorkan korneanya untukmu. Baru saja dia meminta pada kami untuk mendonorkan matanya untuk pasien bernama Kim Sunggyu.” lanjut suster itu lirih, ikut merasakan kesedihan Sunggyu.

 

“Ah, geuraekuna..” Sunggyu mengangguk kecil sambil tersenyum bahagia.

 

“Geurae, nanti suster Kim akan mengantarmu ke ruang operasi. Sekarang, anda bersiap-siaplah, Sunggyu-ssi..” ucap suster itu lalu pergi meninggalkan kamar Sunggyu.

 

Sunggyu mengangguk mengerti. “Ne..” ucapnya lirih.

 

Sunggyu membenarkan posisi tidurannya. Tes. Tes. Tes.

 

Bulir-bulir air mata itu kembali menetes dari iris kecil namja manis itu. Sungyu kembali menangis, mengingat perkataan Woohyun yang diucapkannya kemarin.

 

”Jika ada seseorang yang mendonorkan korneanya untukmu, maka kau tidak akan buta lagi!”

 

Sunggyu kembali teringat dengan ucapan Woohyun. Sunggyu menangis semakin keras. Dia sangat berterima kasih dan bersyukur karena dia mempunyai Woohyun. Woohyun selalu menghiburnya dan mengorbankan segalanya untuk membuat Sunggyu bahagia. Bahkan sekarang, dia rela mengorbankan kedua korneanya hanya untuk Sunggyu agar Sunggyu bisa melihat keindahan dunia di luar jendela.

 

“Namstar, kau memang sahabatku yang terbaik!” seru Sunggyu sambil menyeka air matanya.

 

“Gomawo sudah mengisi hari-hariku. Mulai sekarang, kau adalah bintangku. Bintang yang sesungguhnya!” Sunggyu tersenyum senang, meski air matanya masih mengalir.

 

“Meski kau sudah tidak di dunia ini lagi, tapi, aku percaya kau mengawasiku dari surga. Aku tahu kau tidak akan pernah berhenti untuk mengawasi sahabat kecilmu yang lucu ini.” kekeh Sunggyu senang.

 

“Namstar, terimakasih karena kau memberikan korneamu untukku. Aku janji, aku akan merawat pemberianmu dengan hati-hati.” Sunggyu memeluk lututnya erat.

 

“Mulai sekarang, kita berdua akan melihat indahnya dunia dengan kedua mata kita. Terima kasih, Namstar.. T-terima kasih!!” seru Sunggyu bahagia dengan tangisan yang pecah.

 

‘Kita akan melihat bersama-sama, Namstar.. Selalu dan selamanya!’

 

***

 

Sunggyu menatap pantulan wajahnya di cermin yang dia pinjam dari salah satu suster. Dia menatap pantulannya dengan datar. Tampak 2 kantong mata berwarna kehitaman menghiasi kedua mata kecilnya.

 

“Kau benar, Woohyun-ah.” ucapnya lirih. “Wajahku cantik. Seperti anak perempuan. Haha.” kekeh Sunggyu datar.

 

Sunggyu terus memperhatikan wajahnya di cermin. Dia mencoba untuk tersenyum, ingin mengetahui bagaimana wajahnya saat tersenyum. Berulang kali dia mencoba namun gagal. Sunggyu gagal untuk tersenyum. Kehilangan seorang sahabat yang sangat berharga membuat Sunggyu kehilangan keceriaannya.

 

Seorang suster memasuki kamar inap Sunggyu lagi. “Sunggyu-ssi, kau sudah bisa pulang malam ini. Saya sudah memberi tahu Kim Myungsoo-ssi tentang kesembuhan anda.” ucapnya.

 

Sunggyu mengangguk pelan. “Geurae.” sahutnya datar. “Gomawo.”

 

Suster itu mengangguk pelan, lalu pergi meninggalkan kamar Sunggyu setelah permisi pada penghuni kamar.

 

‘Woohyun-ah.. Apa kau melihatku sekarang? Aku bisa melihat!’ batin Sunggyu senang walau ekspresinya masih datar.

 

Tes .

 

Tes ..

 

Tes ...

 

‘Woohyun-ah.. Hiks, Woohyun-ah!!’ jerit Sunggyu dalam hati. Air matanya sudah mengalir sangat deras. Ya, Sunggyu menangis. Sunggyu kembali menangis saat mengingat sahabatnya yang sangat dia cintai.

 

‘Kenapa Tuhan mengambilmu dariku, Woohyun-ah? Woohyun-ah wae? Woohyun-ah!!!!’ pekik Sunggyu frustasi.

 

Hiks..

 

‘Kenapa.. Kenapa kita harus berpisah? Hiks..’

 

‘Aku merindukanmu, Woohyun-ah. Aku rindu semua kenakalanmu. Aku rindu kejahilanmu. Aku rindu keceriaanmu.’

 

Hikss, hikss..

 

‘Dan aku satu hal yang paling kurindukan darimu, Woohyun-ah.’

 

‘Aku.. Hiks, A-aku..’

 

‘Aku rindu kebohonganmu yang membuatku terus bersukacita.’

 

Hiks..

 

Hikss..

 

Hikss...

 

“NAM WOOHYUN DORAWAJWO!!!!!!!!”

 

————————————————————————————————————————————————————————

 

END.

 

 

Monggo di Read, Like, dan Comment neee~~ XD

 

Awalnya author hanya terinspirasi sama cuplikannya. Author ngga kepikiran buat nambahin scene pemberian nama ‘Namstar’ itu. Tapi pas buat scene tentang persahabatan mereka tiba-tiba author kepikiran tentang bintang dan munculah ide tentang asal usul kenapa Woohyun disebut ‘Namstar’  sama Gyugyu (asal usulnya beda jauh dari asal usul yang asli. Asal usul yang ini murni ide author sendiri xD). 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
mowmow33 #1
Chapter 1: Author nim.... Gimana nih... Saya nangis sejadi jadinya.... Bantal saya basah.... Entar ditanyain ortu "KENAPA NANGIS?!" aku jawab aja "ini ff nya sedih banget mah... TT TT HUHU" ya?:))))

P.s. Aku jadi tahu apa itu arti persahabatan..... Ngehe:)))