end

Sunrise
Please Subscribe to read the full chapter

Tubuh mungilnya terasa berat. Sieun berjalan memasuki kamar hotelnya dengan sedikit sempoyongan. Acara lokakarya yang dilaksanakan organisasi di kampusnya telah selesai beberapa saat yang lalu. Meninggalkan lelah dan penat yang membuat Sieun ingin cepat-cepat mengistirahatkan diri.

Meski tenaganya benar-benar habis, Sieun memaksakan diri untuk membersihkan tubuh sebelum tidur. Biar bagaimanapun, tidur dengan tubuh yang lengket karena beraktivitas seharian tidaklah nyaman. Itu hanya akan mengganggu tidur Sieun dan membuatnya lelah dua kali lipat.

Setelah membersihkan tubuh, Sieun dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di ruang tengah. Hanya punggungnya yang terlihat, sementara orang itu memandang lautan dari kaca jendela hotel yang tirainya dibiarkan terbuka. Namun meski hanya punggung saja yang terlihat, Sieun dapat memastikan bahwa orang itu adalah Bae Sumin, salah satu teman kelasnya.

Sieun baru akan melangkahkan kaki mendekati Sumin ketika gadis itu berbalik. Mata mereka bertemu pandang. Sumin menampilkan senyum tipisnya.

"Hai. Maaf masuk tanpa izin. Ketua Shin bilang tidak ada kamar lagi yang tersisa. Karena itu dia menyuruhku untuk bermalam di kamarmu. Apa kau tidak keberatan?"

"Tidak. Um, kau bisa menggunakan kamar mandi kalau ingin mandi. Aku sudah selesai."

Sumin menyunggingkan senyum lagi, kali ini sedikit lebih lebar. Berjalan mendekati Sieun, mengangguk kecil, sebelum melenggang pergi ke belakang. Sieun ikut berbalik, memandangi punggung Sumin yang semakin menjauh, sampai menghilang di belokan menuju kamar mandi. Kemudian menghela napas pelan.

Sembari menunggu Sumin selesai, Sieun duduk bersandar di kepala ranjang. Mencoba menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Melupakan rasa lelahnya yang ia keluhkan beberapa saat yang lalu. Tetapi setelah cukup lama menunggu, Sumin tak kunjung datang ke kamar. Karena penasaran, Sieun memutuskan untuk keluar. Dia melihat Sumin di ruang tengah. Bergelung tak nyaman di sofa kecil di sana.

Sumin membalikkan tubuh, berganti posisi, hingga matanya menangkap Sieun yang berdiri beberapa meter darinya. Dia sedikit terkejut namun segera menggantinya dengan senyuman.

"Oh hai, Sieun. Mengapa belum tertidur?"

"Kenapa kau tidur di situ?" Sieun mengembalikan pertanyaan.

"Ah, aku hanya tak ingin membuatmu tak nyaman kalau harus berbagi ranjang."

"Kenapa? Bukankah tidur di sofa tidaklah nyaman?"

"Itu memang benar, tapiㅡ"

"Tidurlah di ranjang." Sieun memotong ucapan Sumin sebelum gadis itu dapat menyelesaikannya.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Sumin, ragu.

Sieun mengangguk. "Lagipula kau dan aku sama-sama perempuan. Tidak ada masalah dengan itu."

Berpikir selama beberapa saat, Sumin sampai pada kesimpulannya dan mengangguk kecil. Berdiri dari posisi telentangnya di sofa. Meraih tas ranselnya dibawah, kemudian mengikuti Sieun di belakang.

Begitu mereka menempatkan diri masing-masing di ranjang, tidak lupa Sumin mengucapkan selamat malam kepada Sieun. Entah kenapa, Sieun merasa tidurnya teramat nyeny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet