Fin

Cancel

Irene menghela nafasnya frustasi melihat Wendy yang selalu saja menebar senyumannya pada gadis-gadis yang mencoba mendekati kekasihnya itu.

“Bisa ngak kamu tu biasa aja sama mereka, ngak usah pakai senyum-senyum segala.”

“Masa iya aku harus pasang muka datar Irene,”

“Ingat ya Wen, kamu udah punya pacar, jangan banyak tebar pesona,”

“Siapa yang tebar pesona sih, aku cuma berusaha ramah aja sama mereka,” Irene memasang wajah kesalnya dan meninggalkan Wendy yang tidak mengejarnya karena ia dipanggil oleh Profesor Kim.

 

 

“Ngak bisa apa wajahnya jangan ditekuk gitu,” ujar Suho yang berusaha menghibur Irene yang terlihat sangat kesal waktu duduk dan menghempaskan beberapa buku di atas mejanya.

“Wendy lagi?”

“Siapa lagi?,”

“Itu resiko kalau pacaran sama it girl nya kampus,” ujar Suho santai.

“Kamu juga populer di kampus, tapi kamu ngak tebar pesona kayak Wendy,” kesal Irene.

“Kalau kamu kesel pacaran sama Wendy sama aku aja, aku janji ngak bakal tebar pesona kayak Wendy,” ucapan Suho itu mendapatkan pukulan dari Irene.

“Jangan semabarang kalau ngomong,”

“Aku serius kok,” ujar Suho menatap Irene cukup lama, membuktikan kalau apa yang Suho katakan adalah sebuah kebenaran. Irene yang mendapatkan tatapan itu langsung mengalihkan perhatiannya kepada Prof Han yang kebetulan masuk untuk memulai perkuliahan mereka.

 

 

“Malam ini ada kegiatan lagi?”

“Iya, Prof Kim minta aku untuk mengorganisir anak padus, soalnya prof Kim berhalangan hadir.”

“Kok jadi kamu sih yang ambil alih,”

“Aku kan asisten porf. Kim Irene, kamu lupa ya.”

“Udah berapa kali kamu batalin janji kamu Wen,”

“Maaf Irene, tapi ini kegiatan Uni dan kamu tahu kan kalau Prof, Kim ngak bisa hadir itu berarti emang penting.”

“Kamu ngak usah antar aku pulang, aku balik sendiri aja.” Lagi-lagi Wendy Cuma bisa diam. Sekeras apapun ia berusaha untuk membujuk Irene mengantarnya pulang, tetap saja gadis itu akan menolaknya mentah-mentah. Ia melihat jam di tangannya, dua jam lagi ia harus mengurusi latihan anak-anak padus, jadinya ia langsung ke aula dan menyiapkan apa yang nanti diperlukan.

 

“Irene,” Suho segera berlari ke arah Irene yang berjalan seorang diri pagi itu.

“Ngak sama Wendy?”

“Pagi ini dia ngak ada mata kuliah,” jawab Irene seadanya,

“Nanti siang makan sama-sama yuk, aku yang traktir deh,”

“Terserah kamu aja,” Suho tersenyum karena Irene menerima ajakannya kali ini, karena setelah mengenal Irene cukup lama, baru kali ini ia mau makan siang berdua saja dengan Suho. Biasanya ia mengajukan syarat kalau harus ada teman lain yang ikut, tapi kali ini ia menerima begitu saja ajakan makan siang itu tanpa syarat apapun.

Mata Irene sedikit terbelalak saat melihat salah satu mahasiswi di kampusnya memeluk Wendy dan mengecup pipi Wendy, dan gadis itu hanya tersenyum mendapatkan perlakuan itu.

“Oh jadi ini alasan kenapa kamu betah ngurusin padus,”

“Maksudnya Rene?”

“Musti ya pakai pelukan sama cium pipi kayak gitu,”

“Kamu tadi liat Hyun Jin meluk aku?”

“Jadi namanya Hyun Jin?”

“Irene, dia cuma mau terima kasih sama aku,”

“Jadi ucapan terima kasih ke kamu harus meluk sama nyium pipi kamu,” Wendy tahu ia lebih baik diam kali ini, karena jika ia menjawab lebih banyak lagi, Irene malah akan makin kesal.

“Aku capek Wen punya hubungan kayak gini,”

“Maksud kamu apa Irene?”

“Aku ngak mau hati sama pikiran aku ngak tenang kayak gini, lebih baik kita sudahi aja Wen,”

“Tapi Irene,” Wendy berusaha menghentikan Irene namun gadis itu menepis tangan Wendy dan meminta Wendy untuk tidak mengikutinya lagi. Wendy pun menghentikan langkahnya dan berusaha untuk tidak mengejar Irene seperti keinginan gadis itu.

Wendy tahu mengapa Irene bersikap seperti ini. Memang berat bagi Irene untuk mempercayai Wendy setelah apa yang ia lihat. Butuh waktu 3 bulan bagi Wendy untuk meyakinkan Irene bahwa ia sangat menyayangi gadis itu, namun sepertinya sekuat apapun Wendy meyakinkan Irene, kenyataan bahwa Wendy memang dikelilingi banyak pengagumnya membuat Irene tidak begitu yakin pada Wendy. Padahal bagi Wendy, hanya Irene satu-satunya gadis yang memang dapat memiliki hatinya.

 

“Tumben betah banget di perpustakaan Wen,” goda Joy yang sejak tadi sedikit memperhatikan Wendy yang sangat sibuk dengan buku-bukunya.

“Biasanya makan siang sama Irene,”

“Kita udah putus,”

“Putus,” Joy yang terkejut sedikit berteriak, namun ia segera merendahkan volume bicaranya karena sadar beberapa orang sedang memperhatikannya dengan wajah sedikit terganggu.

“Beneran putus?” Wendy hanya mengangguk.

“Ngak usaha gitu buat balikan,”

“Kasian Irenenya, nanti bisa frustasi lama-lama pacaran sama aku,”

“Kamu juga sih, tebar pesona banget sama cewek-cewek itu”

“Udahlah Joy, mending kayak gini aja dulu,”

“Irene focus belajar, kamu focus godain cewek,” Wendy memandang Joy dengan tatapan tajam seperti siap menerkam Joy jika gadis itu tidak segera meninggalkan Wendy sendiri.

 

Wendy menghentikan langkahnya karena melihat Suho yang berlari kecil ke arah Irene dan segera menjalinkan kedua tangan mereka.

“Katanya capek pacaran sama aku, nyatanya deket sama Suho, dia ngak tahu apa kalau Suho juga banyak fans,” Wendy menggelengkan kepalanya dan berjalan berlawanan arah dengan Irene tanpa berusaha melihat gadis itu, pandangan Wendy lurus ke depan seolah-olah ia tidak melihat Irene yang melintas di sampingnya.

 

Wendy mendengar pintu asrama diketuk seseorang, ia yang sedang mengerjakan beberapa materi untuk mengisi kuliah Prof. Kim terpaksa harus menutup laptopnya dan melihat siapa yang ada di luar, ia tidak ingin tamunya kedinginan di cuaca seperti ini.

“Hai Wen,”

“Irene?, ayo masuk dulu,” Irene langsung masuk dan duduk di ruang tengah sementara Wendy membawakan coklat hangat, untuk menghangat tubuh gadis itu, karena Wendy yakin Irene pasti kedinginan.

“Tumben ke sini, ada apa?”

“Kangen sama kamu,” Wendy hanya tersenyum mendapatkan jawaban seperti itu dari Irene.

“Suho ngak marah kalau kamu ke sini,”

“Suho? Emang hubungan dia sama aku apa?”

“Kemaren aku lihat kalian gandengan,”

“Kapan?, perasaan langsung aku lepas deh, males banget gandengan sama Suho,”

“Jangan ngomong gitu nanti jadi cinta gimana, aku lihat usahanya buat deketin kamu getol banget,”

“Oh jadi kamu peratiin aku ni,”

“Kan masih sayang,” ujar Wendy sedikit malu.

“Wen, aku mau ngomong ke kamu,”

“Ngomong aja, aku dengerin kok,”

“Selama ini sebenarnya aku yang ngak percaya sama diri aku sendiri, jadinya aku mengerasa capek banget karena harus bersaing sama cewek-cewek itu, untuk dapat perhatian kamu” .

“Aku minta kita udahan untuk mengistrahatkan hati aku, tapi nyatanya, semakin aku jauh dari kamu malah semakin kepikiran dan hati aku malah lebih capek dari sebelumnya,” Wendy meraih tangan Irene dan dia elus pundak tangan gadis itu.

“Aku kangen sama kamu Wen, kangen banget,” tanpa ia sadari setetes air mata jatuh dari pipinya, Wendy hapus air mata itu perlahan.

“Kalau kangen tinggal ke sini aja Irene,”

“Tapi kita ngak bisa kayak dulu lagi, gelendotan sama kamu” Wendy tertawa langsung menarik Irene ke dalam pelukannya.

“Kamu bisa lakuin apa aja Irene, aku ngak akan protes,” Irene melapas pelukan itu dan menatap bibir indah Wendy, tanpa membuang kesempatana Irene langsung mengecup bibir itu dan melumatnya pelan.

“Selalu manis,” ujar Irene tersipu malu, mereka pun melanjutkan hal itu dan kemudian beralih ke tempat tidur saling berpelukan satu sama lain.

“Kita ngak jadi putus kan?”

“Cancel,” Wendy memeluk Irene gemas dan mengecup dahi gadis itu, ia pun lupa dengan tugasnya yang masih menunggu untuk ia kerjakan, karena memeluk Irene sampai keduanya tertidur mungkin saat ini lebih penting bagi Wendy.

 

-------------------------------------------------------------

Maafkan ke randoman aku ya...

Aku harap you guys enjoy the story

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Favebolous #1
Chapter 1: Cute
Jung1804
#2
Chapter 1: Yaaa kalaunya Wenrene, tetap saja enjoy! 😆😆
Wann77
#3
Chapter 1: Hah, untung nggak lama2 putus
Kirain angst...
Thank you thor