Up: Complete

Up (Song Fiction)
Please Subscribe to read the full chapter

I drew a broken heart

Right on your windowpane

 

Minjun menyesap kopi hitamnya, memejamkan matanya untuk meresapi pahitnya cairan hitam itu. Kopi itu dibelinya bertepatan dengan cuaca sore ini yang begitu dingin. Secangkir kecil kopi pesanannya ternyata mampu untuk menghangatkan tubuhnya yang sedikit bergetar.

Saat ini ia tengah menunggu seseorang untuk datang menemuinya. Sebenarnya mereka janji bertemu bukan di kedai kopi, hanya saja Minjun mendadak mengubah tempat pertemuan mereka di sini.

Bukan hanya minuman panas itu yang terasa pahit. Hatinya juga terasa pahit dan sakit. Alasannya sederhana, perkara cinta yang setiap insan dapat rasakan.

 

Waited for your reply

Here in the pouring rain

 

Minjun menoleh keluar, sekarang mulai hujan gerimis. Tidak lama setelah itu, suara gemerincing dari bel yang terkait di pintu terdengar nyaring. Seseorang tengah melangkah sedikit terburu-buru menuju Minjun yang membelakanginya. Minjun sendiri bisa menebak siapa yang tengah berjalan mendekat padanya. Pasti orang itu, orang yang sedari tadi sudah ditunggunya.

"Minjunnie, sudah lama menunggu?" tanya orang itu tepat setelah duduk di hadapan Minjun.

Pria bermata panda itu menggeleng, "Baru lima belas menit."

Lawan bicaranya mengangguk, "Maaf karena sedikit lama, aku ada urusan." Ucapan itu hanya dibalas oleh senyuman dari Minjun.

"Mau ke apartemenku? Sepertinya kalau di sini terlalu dingin, kau juga terlihat gemetaran."

"Kita ke apartemenku saja, Taec." Taec, atau yang dikenal dengan nama Taecyeon hanya menurut saja.

Minjun menghabiskan kopinya dan melangkah keluar diikuti oleh Taecyeon di belakangnya. Sama seperti biasanya, mereka akan pergi menggunakan bus umum ketika hanya berdua saja. Minjun duduk di sebelah kaca bus tanpa banyak bicara. Taecyeon sendiri juga bingung harus memulai percakapan seperti apa. Masalahnya, aura yang menguar di sekitar Minjun membuat keduanya jadi lebih canggung dari biasanya.

 

Just breathe against the glass

Leave me some kind of sign

 

Minjun menyuguhkan segelas coklat panas untuk Taecyeon yang sedari tadi hanya duduk diam di sofa ruang tamu, "Langsung diminum saja, tidak enak kalau sudah mulai dingin."

"Terima kasih," Taecyeon meniup dan mulai menyesap coklat panas itu dengan perlahan. Uap panas dengan begitu jelas terlihat di sekitar wajah Taecyeon. Minjun hanya menatap pria tampan di depannya tanpa berkomentar apapun. Ketika Taecyeon meletakkan gelasnya, barulah Minjun mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Maafkan aku, Minjunnie. Sudah sebulan ini hubungan kita renggang."

Minjun menggigit bibirnya, "A—aku bisa maklum, belakangan ini kau kan memang sibuk dengan setiap jadwal syutingmu."

Taecyeon menepuk sisi sofa yang kosong, tanda kalau ia ingin pria mungil itu mendekat padanya.

"Kau masih mencintaiku?" Minjun tak menjawab. Untuk kali ini menurutnya pertanyaan yang baru dilontarkan oleh Taecyeon itu sangat berisiko. Jika menjawab iya, pasti ia akan segera mendengar suatu hal yang buruk. Jika menjawab tidak, sudah pasti berbohong.

"Aku anggap kau masih mencintaiku." Taecyeon kini menghadap pada Minjun sehingga ia dapat melihat pria itu dengan lebih jelas, "Aku juga mencintaimu, Minjunnie."

"Sejak kapan?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari bibir Minjun.

"Apa maksudmu?"

"Sekarang kau sudah punya seorang wanita yang dapat sepenuhnya menggantikanku. Aku tahu itu, aku tahu semuanya. Aku tahu tentang itu sejak awal."

Taecyeon memberikan tatapan terkejut, "M—Minjunnie... Kau—"

Sebuah senyuman tipis segera menyapa indera penglihatan Taecyeon, "Ayah dan Ibumu yang bercerita padaku. Mereka terlihat begitu senang karena anak laki-laki mereka sudah menemukan sesosok wanita yang bisa menjadi pendamping hidupnya."

Taecyeon meneguk salivanya dengan gugup, "Ke—kenapa tidak segera bilang padaku? Kenapa kau hanya diam saja?"

"Bagaimana aku bisa bicara kalau kita saja jarang bertemu selama satu bulan ini? Ayah dan Ibumu juga terlihat sangat membatasi kita untuk bertemu. Tidakkah kau menyadarinya? Kurasa itu dapat terlihat dengan jelas." Mata Minjun tampak berkaca-kaca. Namun postur tubuhnya begitu tegap sehingga membuatnya terlihat jauh lebih kuat dari apa yang sebenarnya ia rasakan.

Taecyeon merengkuh tubuh Minjun dengan erat. Hal itu dengan begitu mudahnya membuat tangisan Minjun pecah. Ia menangis hebat dengan tangan yang mencengkeram kemeja Taecyeon, guna melampiaskan rasa sakit yang selama ini ia pendam. Taecyeon mau tak mau juga ikut menangis. Mereka ini masih berstatus sebagai sepasang kekasih. Hal itu membuat mereka dengan begitu pasti akan berbagi setiap kesenangan maupun kesedihan yang ada.

 

I know the hurt won't pass

Just tell me it's not the end of the line

Just tell me it's not the end of the line

 

Taecyeon memberikan kecupan pada rambut Minjun yang beraroma stroberi. Mulutnya terus menerus mengatakan, "Maafkan aku, aku mencintaimu." Berulang kali hingga mereka sendiri tak tahu sudah berapa banyak kalimat itu terlontar.

Setelah hampir dua puluh menit berbagi kesedihan bersama, suara dering handphone Taecyeon terdengar nyaring. Terpampang nama ayahnya di layar utama. Minjun melepas pelukan mereka dan kini memilih untuk berjalan ke dapur. Mencari air dingin untuk kembali menyegarkannya. Ia tidak bisa mendengar percakapan Taecyeon dengan jelas, apalagi kini matanya kembali berair. Sepertinya hari ini ia sial sekali. Minjun memukul-mukul dan meremas dadanya kala rasa sakit itu kembali datang menghantamnya. Rasanya jadi lebih sakit

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
YoungieChannie
#1
Chapter 2: Sebenernya sih aku gak rela liat taeckay menderita tapi kalo dipaksa milih siapa yg harus menderita maka aku pilih taec yg menderita
1 sisi seneng minjunnie udah ada khunnie yg cinta banget sama dia tapi di sisi lain aku gak tega liat taeccie yg merindukan minjunnie

Oke update jangan lama2